Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Minggu, 18 November 2012

Kasih Sayang

               
          Pada suatu ketika ada suatu pulau yang dihuni semua sifat manusia. Ini berlangsung lama sebelum mereka menghuni tubuh manusia. Sebelum kita mengkotak-kotakannya ke dalam istilah baik atau buruk. Sifat-sifat ini berdiri sendiri sebagai manusia dengan masing-masing ciri khasnya. Optimisme, Pesimisme, Pengetahuan, Kemakmuran, Kesombongan, Kasih sayang, dan sifat-sifat manusia lainnya.

           Suatu hari ada pemberitahuan bahwa pulau itu akan tenggelam pelan-pelan. Sifat-sifat ini dilanda kepanikan. Mereka segera menyiapkan perbekalan dan bersiap-siap meninggakan pulau dengan perahu yang mereka miliki.
       
          Kasih sayang belum siap. Dia tidak memiliki perahu sendiri. Mungkin dia telah meminjamkannya kepada seseorang bertahun-tahun yang lalu. Dia menunda keberangkatannya pada saat-saat terakhir karena sibuk membantu teman yang lain bersiap-siap. Akhirnya Kasih sayang memutuskan ia perlu meminta bantuan.
       
          Kemakmuran baru saja akan berangkat dengan perahu yang besar lengkap dengan teknologi mutakhir. “Kemakmuran, bolehkah aku ikut denganmu?” tanya Kasih sayang.
      
           “Tidak bisa!!”, jawab kemakmuran. “Perahuku sudah penuh dengan seluruh emas, perak, perabotan antik, dan koleksi seni. Tak ada ruang untukmu disini”.
      
           Lalu Kasih sayang minta tolong kepada kesombongan yang lewat dengan perahu yang indah.
          “Kesombongan, sudikah engkau menolongku?”
       
          “Maaf”, jawab Kesombongan, “Aku tidak bisa menolongmu. Kamu basah kuyup dan kotor. Nanti dek perahuku yang mengkilat ini kotor jika kau naik.”
       
          Kasih sayang melihat Pesimisme yang sedang bersusah payah mendorong perahunya ke air. Pesimisme terus-menerus mengeluh soal perahu yang terlalu berat, pasir yang terlalu lembut, air terlalu dingin. Dan kenapa pulau ini mesti tenggelam? Kenapa semua kesialan ini mesti menimpanya? Meski Pesimisme mungkin bukanlah teman perjalan menyenangkan. Kasih sayang sudah sangat terdesak.
          “Pesimisme, bolehkah aku menumpang perahumu?”.
     
            “Oh Kasih sayang, kau terlalu baik untuk berlayar denganku. Perhatianmu membuatku merasa lebih bersalah lagi. Bagaimana kalau nanti ada ombak besar yang menghantam perahuku dan kau tenggelam? Tidak, aku tidak tega mengajakmu”.
       
          Salah satu perahu paling akhir meninggalkan pulau adalah Optimisme. Itu karena dia tidak percaya tentang bencana dan hal-hal yang buruk, termasuk bahwa pulau ini akan tenggelam. Kasih sayang berteriak memanggilnya, tetapi Optimisme tak mendengar. Ia terlalu sibuk menatap ke depan dan memikirkan tujuan berikutnya. Kasih sayang memanggilnya lagi tetapi bagi Optimisme tak ada istilah menoleh ke belakang. Ia terus berlayar ke depan.
      
           Pada saat Kasih sayang sudah nyaris putus asa, dia mendengar sebuah suara. 

          “Ayo naiklah ke perahuku!” 
  
          Kasih sayang merasa begitu lelah sehingga dia meringkuk di atas perahu dan langsung tertidur sepanjang jalan sapai nakhoda kapal mengatakan mereka sudah sampai di daratan kering. Ia begitu berterima kasih, meloncat turun dan melambaikan tangan kepada nakhoda baik hati itu. Tapi ia lupa menanyakan namanya.
      
           Ketika di pantai, ia bertemu Pengetahuan dan bertanya, “Siapa tadi yang menolongku?”. 

          “Itu tadi waktu”, jawab Pengetahuan.
      
           “Waktu?” tanya Kasih sayang. 

          “Kenapa hanya waktu yang mau menolongku ketika semua orang tidak mau mengulurkan tangan?”
       
          Pengetahuan tersenyum dan menjawab,”Sebab hanya waktu yang mampu mengerti betapa hebatnya Kasih sayang”.


Dikutip dari :  buku “101 kisah yang memberdayakan sebagai media penyembuhan” karya George W Burns

Senin, 22 Oktober 2012

The Letter

            There’s nothing wrong with you. I know that you are a good man. Probably the one that  wrong was me... But one thing I will not forget is.... I’m very grateful that till today you’re entrusting your feeling to me.

When God stop you to come, I’m a little bit happy. I feel that God gave me a little more time. So one day I can welcome you with a better smile.
Not because I don’t like you. But, the past is not so easily left behind. The heart that once I gave you, I’m also not sure if all of them have come back to me or there’s a part that still left in you.
I don’t mean to turn you down. I just want you to come slowly. How can I let you to move so fast  while you can’t convince me, not fully get my heart?
I’ve fallen..... and I haven’t really recovered. I’m sure you can help me get back up if you keep trying and never give up.
That’s why......  I’m sorry.... I’m so sorry....maybe  I was too coward to say it to you directly. Maybe I’m only a child who still too young. Maybe I can’t face my own problems properly. I just want you to understand that I’m still in doubt, and I need a little more time.... Because I also don’t want to hurt you. Because if you’re keep forcing.... Maybe I would be upset, and make you sad...
But, I know, waiting is not an easy thing. Therefore, if one day you feel tired, tell me.... I’ll let you go.  And..... if you had left me,  I would stop trying too. Because now, I’m also giving my effort, to accept you one more time...
I don’t know after this everything is going to be better or worse instead. But of course I wish us the best. It’s just a letter that I wrote with a sense of guilty. Maybe after reading this letter you will feel sad or even angry. But, If you texted me after read this, I would welcome you with a smile. Because I know..... You must have understood....

Sabtu, 29 September 2012

Capacity Building STAN Part 6 (Epilog)


Sabtu, 29 September 2012. Setelah sekitar 3 hari menganggur tanpa tujuan hidup (dramatisasi) akhirnya hari ini aku memutuskan untuk menjemput sahabatku yang siang ini akan pulang dari CB gelombang 3. Selain itu juga sekaligus dalam rangka memenuhi undangan Kompi A untuk kumpul-kumpul kembali. Hmmm, gelombang 3 dipangkas waktu CB nya jadi cuma sampai hari Sabtu. Membuatku sedikit bersyukur bisa mendapat waktu lebih lama mengukir kenangan disana *terharu*

Waahhhh..... melihat kembali baret merah rasanya senang sekali. Mendengar lagi banyolan pelatih Hendri dan pelatih Galih benar-benar sesuatu sekali. Serasa bertemu kawan lama *sok akrab*. Dan suasana CB kembali terbawa saat kompi B alumni CB gelombang 2 kompak menyanyikan yel Salam Satu Cinta nya. Hmmm..... terharu... *serius*

Tak banyak pelatih yang ikut hari itu. Aku hanya melihat pelatih You-Know-Who (maaf, sampai sekarang aku belum ingat namanya), duo kompor (pelatih Hendri & Galih), Trio kwek-kwek, pelatih Roxy, dan satu lagi Cako yang aku lupa namanya dan pelatih Joseph.

Setelah gelombang 3 dibubarkan sebenarnya masih ada sesi foto-foto untuk terakhir kalinya bersama para pelatih. Tapi aku memilih untuk tidak ikut karena tampaknya sahabatku sudah begitu lelah dan aku ingin segera mengantarnya pulang. Dan sepanjang perjalanan kampus-PJMI (kosan sahabatku) rentetan cerita tentang CB mengalir mulus dari kami berdua. Haha hihi mengenang ini itu, ketawa saat ternyata kami merasakan hal yang sama. Haha....

Capacity Building, bahkan berminggu-minggu setelah acara itu berakhir, cerita tentang kegiatannya masih tetap menjadi topik seru yang menarik untuk diperbincangkan. Di acara kumpul kelas, kumpul kosan, kumpul-kumpul bersama sahabat, selalu saja kenangan tentang CB nyempil. “gagal move on” istilah yang aku dan dua orang sahabatku pakai untuk menyebut sindrom CB-nisme ini. Malah ketika aku dan teman-teman tingkat satuku kumpul-kumpul makan malam, sempet ada yang BT gara-gara kita terus-terusan ngebahas CB, padahal saat itu kita harusnya ngomongin rencana jalan-jalan bareng kelas. Haha….

Bahkan di dua momen penting kami selanjutnya, yaitu judisium dan wisuda, CB tetap terbawa-bawa. Saat judisium misalnya, kami kembali dikumpulkan per gelombang CB. Kemudian kami bergiliran menggetarkan gedung G dengan teriakan yel-yel per gelombang. Aku yang saat itu berada di tribun atas saja sempat khawatir kalau lantai yang kuinjak akan runtuh karena hentakan kaki kami :D Dan tentunya tak lupa juga foto-foto selama CB ikut terpampang di slide kenangan yang diputar oleh sekre.

Dan kisah CB semakin tak berujung saat akhirnya kompi A mengadakan first gathering di taman CD. Walaupun tak semua anggota hadir tapi cukup untuk memeriahkan suasana pagi itu.

Sementara itu, saat wisuda, kami disambut dengan lagu yang pasti sudah hafal luar kepala bagi alumni CB. Walaupun liriknya berbeda (karena memang yang diputar adalah versi originalnya) tapi feelingnya sama. Selamat datang satria muda....

Dan lebih waw lagi saat ada salah satu kelas yang mengadakan push up massal di depan lokasi wisuda. Waw, never ending CB, haha....

Dan yang pasti harus tak pernah terlupa adalah....

Maaf.... Tolong.... Terima kasih...

Tiga kata yang baru benar-benar kusadar ketika di CB adalah trio yang dampaknya bagi kehidupan sangat luar biasa. Setiap kali salah, ucapkan maaf. Sebelum meminta bantuan pun ucapkan maaf. Dan ketika meminta bantuan ucapkan tolong. Dan setelah menerima bantuan ataupun sebuah pemberian ucapkan terimakasih. Pada siapapun... bukan hanya bawahan pada atasan maupun antar teman. Ketika menjadi atasan maupun orang yang status sosialnya lebih tinggi, tiga kata ini akan membawa kita menjadi orang yang dihargai, dihormati, disenangi dan memiliki nilai lebih dalam kehidupan. I’ll remember that!

Capacity Building STAN 2012..... Never ending feeling......

Salam satu cinta!! :D



















             Song : Trouble is a Friend by Lenka
             Lyric:


Siswa STAN gelombang dua selalu tetap semangat, hooo~
Siswa STAN gelombang dua tetap gagah perkasa, hooo~
Kitalah sang juara berlatih di Makopassus
Jangan terpecah belah ayo kita semua bersatuuu~

Reff:
            Gelombang dua kita paling kompak
Kompi ABC semua tetap semangat
Gelombang dua selalu tetap Berjaya

Gelombang dua tetap semangat
Satu tujuan raih kemenangan
Gelombang dua selalu tetap Berjaya

Gelombang dua!!!!

Thanks to:
-Mrs. Tsuza dan Jeng Dizzy atas cerita-ceritanya.
-Mahasiswa STAN dan Sekre yang telah memosting foto CB di manapun (FB, blog, web), saya lupa foto-foto ini nyomot dari mana saja. Yang merasa salah satu foto itu bersumber dari situsnya, monggo boleh minta credit kesini :)

Selasa, 25 September 2012

Capacity Building STAN Part 5 (Day 6, penutupan)

Hari Keenam (Senin)


Aku lupa lebih tepatnya kapan air di kamar mandi mulai mati. Dan itu benar-benar merusak hari-hari indahku di CB. Haih... oke lupakan! Jalani dengan cinta.

Hari terakhir ini full ceramah. Hhh... aku lebih suka dijemur latihan PBB, atau gerak kesana-kemari daripada harus duduk dengerin materi begini. Ngantuknya itu yang ngga ngenakin.


Sesi pertama adalah materi tentang GPS. Materi ini khusus ada di gelombang 2 karena kemaren pelatih U-Know-Who (again, lupa namanya) menjanjikan ini pada kami. Materinya menarik, jadi sempat berpikiran untuk beli GPS buat ngawasin orang. Haha...

Dilanjutkan dengan materi Tata Upacara Militer. Gyaaahhh!!! diselipin kuis lagi di tengah-tengahnya. Haduh…. Mata terkantuk-kantuk dimana materi hidup segan mati tak mau masuk ke otakku, plus ingatan yang ngga bagus-bagus amat, membuatku cukup bersyukur karena ngga kena tunjuk. Hehe…

Makan siang hari terakhir. Ada kejutan. Hmmm....*curiga*. Ya, makan siang kali ini bisa jadi salah satu momen makan paling adorable (?) selama CB. Bukan hanya diperintahkan untuk menghabiskan makan secepat mungkin, tapi kami diharuskan untuk suap-suapan. Begitu mendengar pengumuman itu sontak mata langsung membidik teman di depanku yang akan menjadi pasangan suap menyuapku siang ini. Dan.... haha.... Pandanganku bertemu dengan mata Mrs. Tsuza yang sudah duduk manis di depanku. Haha, ya iyalah, ini sudah masuk dalam skenario kami berdua memang. So, siang itu aku menikmati makan siang romantis bersama Mrs. Tsuza. Entah saat itu caraku menyuapi dia manusiawi atau tidak, yang pasti kami habis tepat waktu dengan bahagia. Haha...

Setelah makan siang ini seingatku masih ada agenda ceramah. Tapi aku lupa ceramah apa. Atau ceramah yang dari KPK itu ya? Maybe. Yang pasti sebelum ceramah dimulai kami ber yel-yel ria dulu. Habis makan nih, jadi lumayan gahar lah pita suara dan hentakan kaki kami. Apalagi kalau tidak salah saat itu ada yang bilang bahwa itulah penilaian yel-yel nya, makin gila aja lah gerak badan kami ikut irama :D

Malam terakhir ini menjadi malam yang paliiiiiiiiiiing panjang selama CB, dan paling berkesan. Bagaimana tidak, seingatku aku baru bisa benar-benar memjamkan mata sekitar jam satu lebih. Acaranya panjang tapi menyenangkan. Dan tak terlupakan.

Setelah ritual makan malam terakhir kami bergerak menuju Nanggala untuk mengikuti Bintal Motivasi. Satu penyesalan di malam itu adalah kenapa aku lupa membawa tisuuuuu?!?!? Dan itu fatal *kumatlebay*. Tak ada penyelamat dikala air mata ini membanjir. Hhh...

Bintal motivasi selesai sekitar pukul 9. Dan sejak itulah the real fun dimulai. Hahaha.... acara selanjutnya adalah... malam perpisahan!!! Atau lebih kami kenal dengan istilah dangdutan :D

Yang berkesan dari malam ini.... mmm... apa ya? Bingung.... terlalu banyak yang istimewa. Kalau Mbak Tsuza pasti yang terkenang adalah goyang jempol :P

Intinya malam ini kami bebas bernyanyi dan menari. Tapi tentunya saya ngga ikut goyang koplo jejingkrakan lah. Cukup duduk manis sambil ngelambai-lambaiin tangan dengan sesekali nyumbang suara samar-samar ikut nyanyi.

Jam sebelas sepertinya pelatih sudah mulai menghentikan acara nyanyi dan goyang massal itu. Kami berbaris menuju depan barak. Dan agenda selanjutnya ternyata bukan tidur, melainkan kami diberi kebebasan apabila ingin perpisahan masing-masing kompi. Dan akhirnya, dengan mata setengah melek setengah merem kami duduk di bagian timur lapangan depan barak. Menggerombol membentuk setengah lingkaran, memperhatikan petuah-petuah dari pelatih Hendri dan pelatih Galih.

Malam itu pelatih Pratiwi turut bergabung bersama kami. Berhubung kemaren dia belum kenalan, maka malam in puas-puasin deh tu tanya ini itu saat pelatih Pratiwi perkenalan. Hmm, anak SMA 5 Madiun lho, ya, tetangga kampung lah. Hehe... berhubung pelatih Tiwi ini satu-satunya kowad muda yang perkenalan malam itu, jadilah dia dimanja sekali sama para siswa. Tanya ini tanya itu. Saya maklum kok *merem*.

Dan selain itu trio kwek kwek entah kenapa disuruh perkenalan lagi. Saat pelatih Fomy dan Alam yang perkenalan, semuanya sunyi senyap, entah itu karena emang sudah tahu atau karena emang ngga mau tahu tentang mereka. Haha. Tapi begitu de’ Ficky yang kenalan, hmmm, mulai deh itu pertanyaan dari segala nomor hp, pesbuk, Pin, dll meluncur. Ya ya ya.... serah deh.... mataku udah dari tadi ngelirik-lirik ke lantai dua dimana surga kecilku seolah melambai-lambaikan tangan memanggilku.

Lagi-lagi pelatih Galih yang banyak berbagi kisah di malam ini. Hhh... namanya juga malam perpisahan, suasana haru dan semburat-semburat kesedihan pasti ada lah. Walaupun aku terkantuk-kantuk tapi hatiku tak tidur (Eciiee), tetap bisa merasakan aura-aura perpisahan yang sedikit disayangkan.

Acara terus berlanjut hingga setengah satu sepertinya. Setelah beberapa orang mulai tampak menguap terkantuk-kantuk, akhirnya acara malam perpisahan itu diakhiri dan kamipun beranjak dengan sisa tenaga yang ada menuju barak.

Penutupan

Senam pagi kemarin ternyata menjadi senam pagi terakhir di CB. Yaahh, ngga bakal ada lagi gerakan-gerakan tambahan gara-gara tepukan tangan berlebihan saat gerakan pemanasan dong? Tak ada lagi teriakan sikap pokok? Ngga ada lagi orasi tentang rematik kuku? Yaahhh….yasudahlah, ikhlaskan. Pagi itu kami hanya menjalani apel pagi sebagai pengawal kegiatan. Setelah itu seperti biasa, sarapan pagi, terakhir.

Setelah itu, kami membereskan barak, dan bersiap menyeret seluruh barang kami untuk turun ke bawah. Berduyun-duyun kami menenteng tas besar, menyeret koper, dan menjinjing tas tangan menuju Nanggala. Kami semua sudah berpakaian hitam putih rapi, sama seperti saat pertama kali kami datang.

Kami berbaris secara acak di samping Nanggala, tidak lagi berdasar pleton, kelas, maupun kompi. Kompi A, B, C semua berbaur jadi satu. Dan saat itulah kami menyanyikan yel gelombang 2. Selain yel dasar yang diajarkan memang khusus untuk gelombang 2, kami juga mencomot satu yel dari masing-masing kompi untuk diubah liriknya dan dijadikan yel gelombang. Kompi A mengajarkan yel nya pada kompi B dan C, begitu juga kompi B dan C mengajarkan yelnya pada kami semua. Saat-saat hendak berpisah seperti ini memang kadang menimbulkan kesan tersendiri.

Setelah itu kami masuk ke dalam Nanggala untuk gladi resik upacara penutupan. Disini kami kembali berbaris per kompi. Upacara Penutupan berjalan lancar. Dan disana kami diijinkan untuk membawa alat komunikasi dengan tujuan agar kami bisa mengabadikan momen-momen terakhir ini. Alhasil setelah upacara penutupan selesai kami bebas jeprat-jepret sana sini.

Selain berfoto dengan kamera masing-masing, kami juga diberi kesempatan untuk foto per pleton secara bergiliran bersama para pelatih. Aku mau foto yang itu tapi minta ke siapa ya?  

Kemarin sempat ada yang bilang kalau sebelum pulang akan diputarkan video yang isinya kumpulan foto-foto selama CB. Tapi ternyata yang ditunggu-tunggu tak datang. Padahal sejak beberapa hari lalu pelatih Rosida sudah wara-wiri kesana kemari dengan kamera digitalnya. Jepret sana jepret sini siap tayang gitu deh. Ternyata.... *kecewa* Tapi ini bukan semata-mata karena pengen liat mukaku nampang lho ya, lagipula aku juga ngga eksis di depan kamera kok. Cuma pengen mengenang masa-masa CB aja. Yang awalnya penuh wajah-wajah muram durja, makin bertambah hari nampaknya mulai banyak tawa.

Setelah ini agendanya adalah makan snack + makan siang. Makan kali ini tidak ditentukan batas waktunya. Kami bebas menikmatinya. Dan bahkan beberapa pelatih ikut makan berbaris bersama kami. Tampak beberapa siswa makan sambil mengobrol juga dengan para pelatih. Dan setelah makan selesai, maka kami diberi waktu istirahat sebentar sebelum persiapan pulang. Nah, disinilah barisan kami mulai berantakan. Pasalnya anak-anak mulai wara-wiri kesana kemari, minta foto bareng pelatih ini pelatih itu, fotoin gerombolan siswa sini siswa situ. Tapi tenang saja, tidak akan dimarahi, kami diberi kebebasan untuk berfoto sesuka hati.


Foto: Kompi A bersama Papa Joseph
Foto: Kompi A bersama Pelatih Galih (baret merah) dan Pelatih Ficky
Foto: Kompi A bersama pelatih Hendri
Foto: Komandan Yel bersama Pelatih Galih

Foto: Kata-kata perpisahan dari Pelatih Joseph
















             Menjelang keberangkatan, kami dibariskan kembali. Pelatih membagi kami menjadi beberapa kelompok berdasarkan nomor bus. Setelah itu kami dipersilahkan untuk mengambil barang-barang yang tadi ditinggal begitu saja di samping Nanggala dan segera naik ke bus yang telah ditentukan. Nah, mulailah disini berasa sedihnya....

Dari dalam bis yang panasnya lumayan itu, aku duduk bersandar di kursiku sambil memandangi setiap sudut Makopassus yang bisa tertangkap mataku. Memuas-muaskan hasrat untuk mengukir kenangan terakhir di tempat yang sebenarnya mulai kusukai itu. Hhh.... sebentar lagi pulang. Saat pertama kali datang aku tak pernah menyangka bahwa akan seberat ini meninggalkan Makopassus *tanpa dramatisir*

Setelah lumayan lama puas bersauna ria di dalam bis tanpa AC itu kamipun diberangkatkan. Di perjalanan pulang kali ini tak ada lagi pelatih Borlak yang mengatakan bahwa kami akan direndam di kali Ciliwung kalau sampai tertidur. Haha.... jadilah wajah-wajah lelah itu terlelap sepanjang perjalanan Cijantung-Bintaro, begitupun denganku.

Dan ketika kaki kami menginjak kembali tanah Bintaro, melihat teman-teman gelombang 3 yang telah menanti dengan wajah masih segar putih berkilau, semangat kami pun seolah terbakar. Semangat untuk menunjukkan bahwa kami pulang sebagai satria muda yang lebih baik. Dan semangat untuk menunjukkan pada para pelatih, untuk terakhir kalinya, semangat kami yang telah sekian hari mereka gembleng *membara*

Di lapangan A siang itulah kami menumpahkan sisa-sisa tenaga kami untuk berteriak sekencang mungkin, bergerak selincah mungkin, bernyanyi sesemangat mungkin. Dan setelah menyelesaikan upacara serah terima, dan mendengarkan sepatah dua patah kata dari pelatih Galih (yang entah kenapa mendengarnya jadi sedih sedih haru gimana gitu) kamipun dibubarkan dan dilepas untuk kembali ke kosan masing-masing.

Dan sejak itulah, kami berpisah dengan para pelatih. Tapi, bukan akhir dari kisah kami.....

Minggu, 23 September 2012

Capacity Building STAN Part 4 (Day 4, 5)

Hari Keempat (Sabtu)

Ingatanku yang memang terkadang kurang bisa diandalkan membuatku tak bisa menjabarkan kegiatan yang kami jalani pagi sampai siang ini. Aku lupa -_-!

Dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Today is the day. Yang ngga mau basah-basahan dan guling-gulingan di aspal mari kita konsentrasi hingga titik maksimal demi mendengarkan aba-aba pimpinan barisan. Saatnya lomba PBB. Dan pada akhirnya kami semua ikut lomba, tanpa terkecuali.

                             Dimulai dari Kompi A putra, kemudian barulah giliran kami (kompi A putri). Hhh... nervous? Tak terhindarkan. Melihat kompi A putra berlaga ini bibir udah sibuk komat kamit doa. Dan ketika tiba giliran kami, eeaaaa..... al iz wel..... semoga ....  :D yang pasti kami sudah berusaha sebisa mungkin, sekonsentrasi mungkin, sefokus mungkin.

Hmmm... dan para pelatih ketiga kompi pun ngga mau tinggal diam. Ini dalam artian sebenarnya. Yaitu mereka ngga diam. Ya ngga diam. Jiwa kompor mulai nampak lagi lah. Apalagi waktu kompi C beraksi dan setelah diketahui ternyata jumlah kesalahannya lebih banyak dari kompi A. Ingat banget lah ketawa ngikiknya pelatih Hendri sambil bilang “Lihat itu, Borlak pusing itu.” Haha.... Lucu lah lucu....

Setelah sempat terhenti sejenak karena kami diharuskan melakukan penghormatan saat di kejauhan nampak beberapa orang Kopassus melakukan penurunan bendera, akhirnya perlombaan usai saat matahari sudah sepenuhnya tergelincir. Dan kami pun kembali ke barak untuk pembersihan (mandi + istirahat sejenak).

Makan malam..... auranya beda. Haha..., aura kemenangan emang beda rasanya *nyombong* :P Pasalnya sebelum makan malam diumumkanlah hasil dari perlombaan tadi. Dan... Yeay, kami (Kompi A putri) juara pertama. Sedangkan untuk putra dipegang oleh kompi C. Selamat yaaa.... hadiahnya, bukan uang bukan barang, tapi waktu. Ecieee.... maksudnya, hadiah sebagai pemenang adalah kami diberi tambahan waktu makan. Jadi 8 menit apa ya? (lupa). Pokoknya setidaknya bisa untuk menikmati daging ayam yang gedenya ngga kira-kira itu lah. Hadiahnya emang ngga seberapa, tapi feel semangatnya itu.... Membara.... Oh iya, untuk kompi A putra mendapat juara 2. Selamat ya Bro...

Di malam harinya, dengan masih diselimuti semarak aura kemenangan, kami berkesempatan untuk mengobrol panjang lebar dengan para pelatih. Malam itu agendanya adalah kumpul kompi untuk membicarakan masalah perkembangan yel-yel kami plus ada acara perkenalan pelatih bagi kompi A. Entah kenapa baru sekarang perkenalannya padahal kegiatan bersama mereka sudah dari kapan hari. Jadilah aku baru ngeh kalau ternyata tiap-tiap kompi itu sudah dibagi pelatihnya sendiri-sendiri. Haha... 

Jadi, kami kompi A, kebagian dibimbing oleh pelatih Hendri, pelatih Galih, pelatih Trio Kwek-Kwek (istilah ini bukan aku lho ya yang bikin, pelatih Hendri ini yang ngasih julukan), pelatih Tiwi, pelatih Edi dan Papa Joseph (maaf jika ada yang kurang atau malah mungkin kelebihan). Tapi malam itu yang bisa berkenalan hanya pelatih Hendri, pelatih galih, dan pelatih trio kwek-kwek.

Pelatih Hendri, dari hari pertama juga aku sudah tahu kalau beliau ini pelatih kami, danton kami malah. Pelatih Galih juga sejak orientasi lapangan kemaren sudah memperkenalkan diri sebagai juru yel-yel kompi A. Pelatih Edi yang melatih PBB khusus siswi, sementara Papa Joseph sering nampil (?) di depan memberikan motivasi atau pengarahan-pengarahan untuk kompi A. Nah, pelatih trio kwek-kwek ini yang aku baru tahu kalau ternyata mereka pelatih khusus kompi A. Aku pikir mereka pokoknya ngelatih kompi mana saja.

Dan ternyata trio kwek-kwek itu benar-benar lebih muda dari saya?!?! Ada yang jauh banget malah?!?! I can’t believe it *lebay*. Ya, dari kemaren-kemaren sempat dengar sih kalau rata-rata pelatih bertopi hitam di CB ini mungkin lebih muda, tapi ya kupikir cuma sebulan dua bulan lah. Ternyata.... si Ficky (sekarang boleh manggil sekenanya) anak 92, si Alam apalagi....

Jadi teringat malam sebelumnya saat pelatih Fomy memerintahkan salah satu siswa untuk push up dengan nada sedikit membentak karena marah, aku pun langsung menaikkan alis sebelah dengan tatapan huh!!-anak-kecil-main-bentak-orang-tua. Haha.... Dan maaf Pelatih Fomy, ternyata kesimpulan yang kudapat malam ini dia satu-satunya trio kwek-kwek yang lebih tua dariku -_-! Kabar burungnya simpang siur sih *nyalahinorang*. Maaf, selingan tak penting, kita kembali ke malam syahdu.

Malam itu pelatih Galih cerita banyaaaaaaaaaaakkkk banget. Sayangnya suaranya tak begitu jelas. Tapi tetap bisa terdengarlah untaian kisah mengharu biru pelatih Galih menjadi seorang tentara. Haih, teringatlah salah satu kalimatnya menanggapi adanya siswa yang sakit engsel. Kurang lebih “Kalau tentara itu baru bisa disebut sakit engsel kalau jatuh dari pesawat terbang”. Hmmm… *manggut-manggut*

BTW, mempertemukan mahasiswa/i STAN seluruh spes dalam CB ternyata memiliki manfaat tersendiri bagi beberapa orang. Ya, baik untuk sekedar lirik-lirik teman sekampus yang ternyata banyak yang cling, atau bahkan ada juga yang sempet PDKT (bahkan di gelombang satu katanya sempet ada yang main tembak menembak di muka umum). Dan disini saya jadi saksi salah satu proses PDKT yang terjadi antar pleton 3 kompi A. Siapa? Ada deh. Bukan untuk konsumsi publik. Haduh haduh, walaupun wajah si cewe udah BT gimana gitu, si cowo tetep gencar lah ya :D *ngelirik sambil nyengir*

Hari Kelima (Minggu)

Pagi ini tak ada senam pagi. Begitu selesai apel pagi kami langsung diarahkan menuju gedung Candrasa untuk mengikuti Bintal Keagamaan. Hmmm, benar-benar Bintal Keagamaan yang unik. Baru kali ini aku melihat, sekaligus mengikuti Bintal Keagamaan macam begini.

Kami sudah siap duduk berbaris rapi di lantai Candrasa yang dingin ber AC itu. Di hadapan kami telah nampak sebuah meja panjang dengan 4 mic di atasnya. Mulai bertanya-tanya kenapa ada begitu banyak mic. Dan lebih bertanya-tanya lagi saat di depan masing-masing mic itu telah duduk 4 orang pria dengan penampilan yang berbeda-beda, dimana pasti kami semua bisa menebak dari penampilan mereka bahwa mereka berkeyakinan berbeda. Dan benar saja, keempat orang itu ada disana memang untuk menyampaikan bintal 4 agama sekaligus. Islam, Hindhu, Kristen, dan satu lagi..... apa ya, Katolik kah? Aku tidak tahu pasti.

Jadi, pagi itu (dalam keadaan lapar :D ) kami diharuskan mendengarkan ceramah 4 agama secara bergantian. Diawali dengan ceramah agama Islam. Isinya.... tentang hati..... Islam sekali lah pokoknya. Mengutip ayat ini, mengingat hadits itu, dll. Sedikit awkward saat melihat penceramah yang lain mulai menunjukkan gelagat aneh karena waktu ceramah agama Islam ini molor jadi panjaaaaang banget. Dan akhirnya waktu ceramah 3 orang lainnya tinggal bersisa kurang dari setengah jam.

Awalnya kupikir 3 orang penceramah nonis itu akan menyampaikan materi yang agama banget, mengutip kitab ini itu layaknya ceramah Islam tadi, tapi ternyata tidak, mereka menyampaikan hal yang berlaku umum bagi kehidupan sehari-hari. Malah ada yang menyampaikan tentang bagaimana membedakan sifat seseorang dari cara tidurnya. Hahai....

Oh iya, tak lupa pagi itu ada Papa Kusmono ikut berkunjung. Senang? Iya lah... kenapa? I dunno :D Papaaaa~!!

Setelah acara bintal keagamaan selesai langsung lah dilanjutkan dengan sarapan pagi. Sepertinya para pelatih pun juga tidak menyangka kalau acara bintal tadi bisa sedemikian molor sehingga jam makan pagi pun ikut mundur.

               Next session adalah Materi Kepemimpinan. Merasa kembali terlempar ke masa-masa LDK OSSIS dulu :’) Materinya mirip-mirip gitu deh. Materi ini dibawakan oleh pelatih yang langsung bikin mata melek. Bukan apa-apa lho ya. Pasalnya, setelah kami tadi sempat terkantuk-kantuk (Astagfirullah) selama bintal keagamaan (walaupun tak sampai benar-benar tertidur karena kalau sampai tertidur maka kami diharuskan berbasah-basahan di pagi sedingin itu), begitu pelatih ini memulai materinya dengan penuh semangat dan kalimat-kalimat yang ditata sedemikian menariknya kami pun turut semangat memperhatikannya. Dan setelah sesi ini beberapa siswi (mungkin juga siswa) kagum pada sifat kepemimpinan Bapak itu (lagi-lagi aku lupa namanya).

Setelah itu adalah materi Pertolongan Pertama Lapangan. Beda pembicara, beda mood. Setelah tadi semangat 5-5 mendengar Materi Kepemimpinan, begitu menginjak materi Longmalap ini rasa kantuk mulai wara-wiri di sekelilingku. Hoahhmmm.... cukup menguras tenaga juga untuk bertahan agar mata tidak terpejam... tapi sedikit-sedikit aku masih bisa menyerap lah materi Longmalap yang disampaikan pelatih itu (lagi-lagi lupa namanya) dengan pelatih Ficky sebagai alat peraganya.

Berhubung ini hari Minggu, maka agenda selanjutnya adalah Kebaktian (bagi siswa siswi yang beragama Non Muslim). Sementara itu kami yang muslim diberi kesempatan untuk berlatih yel-yel, karena yel-yel ini juga akan dilombakan loh. Dan makin hari urusan per yel-yelan ini udah berasa kayak perang antar kompi. Yel-yel balasan sudah disiapkan untuk memblokade serangan kompi sebelah. Makin rame, makin panas, makin berantakan. Haha..... tapi makin seru...

Setelah dhuhur agendanya adalah ceramah tentang Fiskal. Seperti layaknya kuliah di kelas saat masih aktif KBM di kampus, banyak yang terkantuk-kantuk. Cuma yang otaknya Joss joss aja yang masih bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermutu di akhir materi. Aku? Cukup mengangguk-angguk tanda mengerti. Setidaknya ngga blank-blank amat :D Dan satu metode kutemukan cukup ampuh mengusir kantuk. Duduk siap, itu caranya. Believe me, it works!!

Dilanjutkan dengan Building game. Terus terang aja nih ya, baru melihat peralatan game berderet di atas meja saja aku udah ngerasa bad feeling. Ya, memang sejak dulu aku paling ngga suka, dan ngga berminat dengan yang namanya game. Jadilah acara Building Game ini menjadi acara di CB yang paling tak kunikmati, dan ingin segera diakhiri, ya walaupun bisa lah menikmati sedikit-sedikit, tapi ngga banyak-banyak amat, tapi ya menarik lah, tapi tetep ngga suka, tapi seru sih, tapi tetep pengen cepet selesai, tapi ngga juga.... (-_-‘!)-c<’0’) #apasiiihhh?!?!?















Dan acara Building Game yang dimulai sejak sebelum ashar ini terus berlanjut hingga setelah sholat ashar dan baru berakhir saat matahari hampir tenggelam.

Cara makan malam hari ini berbeda dari biasanya. Lebih unik. Kami tidak diijinkan untuk memakan lauk bersama nasi atau sayur secara bersamaan. Pelatih memberi kami aba-aba untuk menyantap masing-masing jenis makanan yang ada di dalam kotak secara TERPISAH. Jika pelatih berkata “habiskan sayurnya!!” maka kami pun hanya diijinkan untuk melahap sayur saja, tidak lebih. Begitu juga dengan lauknya, lauk saja. Dan akhirnya, tinggallah sang nasi seorang diri. Ketika pelatih berteriak “Sekarang habiskan nasinya!” maka mau tak mau kami harus memaksakan butiran-butiran nasi tanpa pendamping itu meluncur kesepian di tenggorokan, secepat mungkin. Nasi yang kering tanpa siraman kuah, dan yang pasti tanpa rasa, cukup sulit untuk melenggang kangkung menuju lambung, butuh usaha cukup keras. Sulitkah? Aku tak pernah menemui kesulitan dalam cara makan, satu-satunya problem adalah frekuensi makan. Too much!

Sejauh ini, aku menjadi manusia yang cukup berguna lah disaat makan. Pasalnya aku bisa memenuhi permintaan tolong dari kawan kanan/kiri/depan untuk membantu mereka menghabiskan makanan. Haha.... bukan karena akunya rakus. Tapi karena aku masih punya banyak waktu tersisa, sementara teman di kanan kiriku masih kesulitan dan nyaris terkena hukuman. So, jiwa korsa dong. Tapi, yang menyebalkan itu pelatih yang tidak sependapat satu sama lain. Pelatih satunya ngomong “ayo, dibantu temannya yang belum habis” sementara yang satu lagi ngomong “Jangan dibantu! Siapa yang nyuruh kalian main bantu-bantu begitu?!?!?” Ngik ngek....

Jumat, 21 September 2012

Capacity Building STAN Part 3 (Day 2, 3)

Hari kedua (Kamis)

Ada yang berbeda di awal kegiatan hari ini. Ada senam pagi!!! Dan disinilah kami mengenal pelatih Johnson, orang timur yang menurutku wajahnya unyu (seneng aja ngeliatnya, kayaknya orangnya lucu dan humoris). Pelatih inilah yang selama beberapa hari ke depan akan membina kami dalam hal bersenam ria. Tapi, ada satu syarat untuk  bisa mengikuti kegiatan ini, yaitu bagi yang merasa sakit silahkan istirahat saja. Begitupun yang merasa rematik otot, rematik engsel, sampai rematik jari, bahkan rematik hidung, rematik kuku dan rematik rambut pun boleh ikut istirahat. Haha.... ada-ada saja Pak Johnson ini. Dan hati-hati dengan beliau, dia bilang di badannya ada radar. Radar itu bisa mendeteksi kalau ada siswa yang gerakan senamnya ngga bener, dan juga bisa mendeteksi aqua gelas yang belum habis saat makan :D

Dan yang paling eksis dari kegiatan senam-bersenam ini ya pasti si “Sikap Pokok!!!!!” kata-kata penuh arti dan makna yang selalu tak pernah ketinggalan di awal setiap gerakan pemanasan. Hingga akhirnya kata-kata ini pun ikut eksis dalam yel-yel kompi A kami :D

Selesai senam akan dilanjutkan dengan makan pagi kemudian diteruskan dengan apel pagi. Setelah itu barulah dimulai rangkaian kegiatan inti hari ini, yaitu pelatihan dasar baris berbaris. Jadi, sejak hari ini kami bakal dijemur habis-abisan dalam rangka PBB ini.

Dan aku, rasanya hampir menangis saat pertama kali menjalani pelatihan PBB ini. Bukannya apa-apa, aku merasa seperti terlempar ke masa-masa SMA dulu, PBB adalah makanan sehari-hari. Ratusan kali push up sudah kujalani karena salah melakukan gerakan PBB, dan banyak kegiatan berskala lumayan yang sudah kuikuti karena PBB ini juga. Ahhhh, PBB, tak kusangka aku akan sebegitu terharunya saat bertemu kembali denganmu setelah perpisahan yang cukup lama (padahal dulu girang bukan main saat akhirnya pensiun dari urusan PBB). Oke, hentikan kelebaian ini, kita lanjut.....


    Pagi itu kami dijemur macam ikan asin di samping Balai Komando. Duduk rapi, anteng, manis dan cantik memperhatikan peragaan cara baris-berbaris yang diselingi dengan penjelasan-penjelasannya oleh para pelatih. Peragaan ini dibawakan oleh beberapa Prada/Cako/pelatih-pelatih bertopi hitam. Diawali dengan peragaan bagaimana memanggil pasukan untuk membentuk sebuah barisan. Yang ditunjuk sebagai komandan adalah pelatih Gilang. Dan setelah pelatih gilang mengucapkan mantra tertentu (hehe, yang pernah belajar PBB tahu lah) maka berduyun-duyun datanglah 9 orang Cako lain yang dalam sepersekian menit kemudian telah rapi berbaris membentuk 3 saf dan 3 banjar. Dan peragaan pun dimulai...

Di sela-sela latihan seperti biasa kami kembali dibariskan berhadap-hadapan. Apalagi kalau bukan untuk makan snack pagi. Barisan manusia plus barisan kotak snack yang panjaaaaaaang dari ujung ke ujung wajib rapi. Sampai ada siswa paling ujung yang hampir tiarap demi mengintip kelurusan barisan kotak snacknya. Hmmmm.... Dan setelah ritual makan snack selesai maka peragaan PBB pun dilanjutkan hingga saatnya ishoma.

Setelah selesai ishoma kami kembali menuju Balai Komando untuk meneruskan latihan PBB. Kegiatan ini berlanjut hingga waktu sholat asar dan diteruskan kembali setelahnya.

Hari ketiga (Jumat)

 Hari ketiga ini masih full of PBB. Pasalnya, besok adalah puncaknya, yaitu lomba PBB. Dimana menurut informan dari gelombang satu, kompi mana yang kalah maka hukumannya adalah berbasah-basahan kemudian merayap dan guling-guling di atas aspal. Info ini cukup untuk membuat kami pasang otot demi setidaknya menghindari peringkat terakhir.

Dan para pelatih pun tak mau kalah tentunya. Demi mempertahankan harkat dan martabat kompi yang ia bawahi, plus juga harkat dan martabatnya sendiri tentunya, mereka melatih kami dengan semangat 5-5 (ini juga salah satu kata-kata eksis). Dari sini udah mulai nampak mana yang berjiwa kompor :D Seru lah melihat pelatih Hendri dan pelatih Borlak saling lirik-lirikan dan saling lempar sindiran. Haha...

Siang ini latihan PBB dipisah antara putra dan putri. Ribet memang ngikutin langkah cowo cowo yang cepet banget. Maka karena itulah kompi A putri dilatih sendiri oleh pelatih Edi. Sekedar selingan, pelatih ini wajahnya kebapakan sekali. Adem lihat wajahnya. Kalem tapi tegas. Jadi kangen bapak di rumah. Hoho...

Dan setelah kami berlatih selama beberapa jam, tanpa disangka kami diminta untuk melakukan peragaan di depan kompi A putra. Heeeeeee?!?!? Ngga salah? Tapi mau bagaimana lagi, masa iya kita mau bilang “ngga mau pelati~iih” sambil berwajah memelas. Ya pasti langsung kita iyain aja lah, walaupun mau maju ke depan itu rasanya maju mundur maju mundur. Haha... hasilnya? Ya lumayan lah, dapet pujian dari pelatih. “Lihat  itu yang putri, rapi, bagus” *nyombong*

Dan sebagai hadiahnya, setelah selesai peragaan itu kami yang putri dipersilahkan beristirahat sembari menonton para putra latihan. Hoho... kipas kipas like a boss...

Tapi ada sedikit tragedi lah hari ini. Ada salah satu siswa yang (entah keceplosan atau gimana) ngomong kasar pada pelatih saat dilatih PBB. Walhasil siwa itu jadi bulan-bulanan lah. Disuruh basah-basahan, dipajang di depan, dll. Dan bahkan sampai makan malam pun siswa ini tetep jadi pajangan.

Berhubung hari ini sholat jumat maka kegiatan kami dihentikan lebih awal agar para lelaki bisa mempersiapkan diri untuk menunaikan kewajibannya. Dan kami para wanita diijinkan untuk beristirahat di barak sampai mereka kembali. Istirahat? Jangan coba-coba untuk tidur. Atau kalau tidak kalian akan di-push up-kan oleh pelatih siswak, eh, pelatih Linda maksudnya. Dan kata-kata “Siswaaaaa’!!! (jangan sampai lupa dengan apostrop di akhir kata, karena tanpa tanda ini kata-kata tersebut bukanlah siapa-siapa :D ) adalah panggilan paling eksis seusai CB. Jadi, pasalnya, beberapa orang siswi siang itu mendapat hadiah kecil dari pelatih Linda yaitu push up karena ketahuan tidur. Sementara aku, aku lupa saat itu aku sedang apa yang jelas aku tidak tidur (faktor keberuntungan dan kebetulan).

Setelah para lelaki itu pulang dari masjid maka agenda selanjutnya adalah makan siang, dan setelah itu kami diperbolehkan untuk istirahat kembali sampai sekitar jam 2 (sepertinya).

Setelah puas menghela nafas selama istirahat siang (ingat, tanpa tidur), kamipun melanjutkan hari kami, yang memang masih panjang, dengan kembali menjalani latihan PBB. Di sesi latihan kali ini kami baris berbaris dalam satu pleton. Dan saat itulah pelatih Hendri bertanya pada kami siapa saja yang mau ikut mewakili dalam lomba PBB besok. Beberapa orang ada yang memutuskan mengundurkan diri dan tentu saja harus ada yang bertahan. Masing-masing pasti sudah memikirkan dampak baik dan buruknya untuk kompi kami. Dan aku sendiri? Tak ada alasan untuk tak ikut. Malu pada diri sendiri kalau sampai tidak ikut karena kondisi badan juga sehat walafiat, dan lagi aku bergumul dengan PBB sudah dalam hitungan tahun, bukan hari ataupun minggu.

Sore ini langit Cijantung kurang bersahabat. Perjalanan kami menuju barak selepas latihan PBB agak sedikit berbeda sore ini. Pasalnya kami kembali ke barak bukan dengan berjalan, tapi berlari, berkejaran dengan hujan yang makin deras. Berhubung aku, dan beberapa kaum hawa lainnya mungkin memang tak berbakat berlari, jadilah sore itu kami basah kuyup (tos sama Mrs. Tsuza yang saat itu sama denganku menjadi kloter terakhir yang menginjakkan kaki di barak).

Apel malam hari ini sedikit berbeda, dan berkesan (khususnya bagi para lelaki. Malam ini mereka diberi sebuah keistimewaan karena diijinkan untuk memandangi langit malam yang syahdu kala itu. Hoho, terdengar menyenangkan, tapi sebenarnya....

Jadi, malam itu pelatih menghukum seluruh siswa (kami para siwi dipersilahkan untuk “menonton” dari pinggir lapangan, hanya berdiri memandangi perjuangan mereka tanpa bisa berbuat apa-apa -_-! ). Alasan mereka dihukum, karena katanya waktu sholat jumat tadi mereka berisik dan tidak rapi. Selain itu masih ada faktor tambahan yaitu karena kami makan snacknya lama (mentang-mentang ga dibatasin waktunya).

   Yang pasti malam itu mereka harus tiarap, kemudian berguling-guling kesana kemari di atas serakan sampah bekas snack malam, kemudian tidur telentang menghadap langit, dan kemudian berguling lagi, lagi, dan lagi, dan setelahnya mereka disuruh membersihkan semua sampah yang ada di lapangan itu. Dan kami, tetap terdiam tanpa bisa berbuat apapun. Hingga akhirnya rangkaian kegiatan hukum menghukum itu ditutup dengan menyanyikan lagu syukur bersama-sama (-_-‘!)