Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Minggu, 26 Oktober 2014

Planetarium dan Observatorium

         Datang ke Planetarium untuk kedua kalinya (yang pertama datang tapi kehabisan tiket). Sampai sana kurang lebih setengah satu. Ramai sekali dengan rombongan anak sekolah (dulu juga begitu). Sudah kelihatan memang dari tempat parkirnya, penuh bis-bis besar.

     Di depan loket sudah disediakan kursi berderet untuk orang-orang yang akan antre membeli tiket. Saat itu loketnya dalam keadaan masih tutup dengan puluhan orang sudah mengantre di depannya. Di sisi yang lain, rombongan anak sekolah sudah antre mengular di bawah tangga menuju ruang pertunjukan. Mereka dapat jatah pertunjukan pukul 13.00, sedangkan aku mengantri (jam setengah satu itu) untuk pertunjukan pukul 14.30. Loket pun baru buka sekitar pukul 13.30-an.

       Beruntung sekali masih kebagian tiket. Satu kali pertunjukan hanya muat untuk 300 orang (katanya). Meskipun harus menunggu lagi kurang lebih satu jam tak papa lah. Demi "ngidam" yang belum keturutan :D

      Menjelang setengah tiga kami dipersilahkan masuk ruang pertunjukan. Ruangannya terlihat seperti bioskop tanpa layar dengan sebuah bola besar di tengah-tengah ruangan yang berfungsi seperti proyektor gitu kali ya. Bentuk ruangannya melingkar dan atapnya cembung ke atas. AC-nya dingin -___- 

       Dapat tempat duduk di tengah-tengah, dekat dengan si bola besar. Ketika pertunjukan dimulai, lampu semuanya dimatikan. Gelap gulita. Suara genderang musik mulai berderum. Lumayan lama, sampai mikir kok ngga habis-habis ini musiknya. Dan tiba-tiba...

       Akkkkkk!!!!
       Atapnya berubah jadi langit penuh bintang #suka# @.@
     Langsung merasakan merinding di sekujur badan karena sudah saking lamanya tidak melihat pemandangan langit seindah itu. Eh, tiba-tiba ada beberapa orang yang menyalakan gadget-nya untuk mengambil foto. Cahaya yang berasal dari gadget mereka membuat langitnya jadi jelek. Untung segera diperingatkan oleh pengisi suaranya.

       Setelah suasana kembali gelap, mulailah kami menjelajah angkasa. Dengan bapak-bapak pengisi suara yang lucu menambah fun petualangan kami. Dan itu suara bapaknya bukan rekaman. Waw... ngga capek apa ya itu bapak ngomong panjang lebar gitu berkali-kali dalam sehari. 

       Belum sampai satu jam (harusnya kalau sesuai jadwal) itu pertunjukan sudah selesai. Yahhh, belum ingin beranjak rasanya. Terasa sebentar sekali. Pas keluar ada adik kecil yang bilang ke papanya "itu film nya dipotong ya? Dulu kan lama. Banyak filmnya". Ooohhh... begitu...

Dan satu lagi tempat yang ingin kukunjungi akhirnya terpenuhi.
Kemana lagi ya selanjutnya...
Ada ide? :D

Sabtu, 25 Oktober 2014

Jakarta Tour

      Akhirnya keturutan juga naik bus tingkat city tour. Hari Sabtu pekan lalu, akhirnya membulatkan tekad untuk benar-benar merealisasikan keinginan yang telah lama terpendam. Dimulai dengan browsing halte mana saja yang dilewati city tour
Hasilnya:
  • Untuk hari kerja bus akan melewati Halte Bundaran Hotel Indonesia, Halte Museum Nasional, Halte Pecenongan, Halte Pasar Baru, Halte Masjid Istiqlal, Halte Monas 1, Halte Monas 2, Halte Balai Kota, dan Halte Sarinah. Penumpang boleh naik dan turun dari dan di halte mana pun. 
  • Untuk hari libur bus tersebut hanya akan berhenti di beberapa tempat, dan sistemnya adalah penumpang naik dan turun di halte yang sama. Jadwalnya adalah: Bus 1 (Bundaran Hotel Indonesia), Bus 2 (Museum Nasional, Gedung Kesenian Jakarta, Sarinah), Bus 3 (Masjid Istiqlal, Monas 1), Bus 4 (Balai Kota, Monas 2) dan Bus 5 (Balai Kota, Bundaran Hotel Indonesia). 
  • Jam operasionalnya adalah Senin-Sabtu dari pukul 09.00 sampai pukul 19.00 dan hari Minggu dari pukul 12.00 sampai pukul 19.00.
      Untuk info lebih lanjut bisa kunjungi twitter @CityTourJakarta Kalau ada perubahan jadwal biasanya juga diinfokan melalui akun itu.

      Pagi-pagi meniatkan diri untuk berangkat dengan segala kemungkinan. Entah akan menunggu lama, entah akan ramai, entah panas, pokoknya berangkat. Tujuannya adalah halte Monas. 

      Sampai di monas, jalan dulu dari parkiran ke haltenya. Sempat melihat barisan bus tingkat city tour di halaman tugu monas. Hendak naik salah satunya, eh, ternyata itu bus khusus rombongan anak TK. Memang harus naik dari halte :D

      Ternyata di halte antriannya sudah banyak, anak-anak sih kebanyakan. Dan butuh waktu lama hingga busnya datang. Ngga ada tempat duduknya, berdirilah sampai kaki lumayan pegal. Dan ketika busnya datang orang-orang langsung berebut naik. Akhirnya tak dapatlah bus pertama, harus nunggu lagi, baru dapat bus selanjutnya. Alhamdulillah sekarang masih gratis :D 

      Kebagian tempat di lantai dua. Duduk dekat jendela. AC nya lumayan kerasa. AC nya ngga boleh ditutup kata tour guidenya, bisa kebakaran. Hehe... Dan ngga boleh makan minum di dalam bus.

      Ketika bus berjalan, mulailah tour guide-nya ngomong. Kalau didengar-dengarkan, itu bukan suara rekaman. Dia menjelaskan gedung-gedung yang dilewati, nama jalan, dan beberapa cerita sejarah. Bus ini nama panggilannya Mpok Siti ternyata. Total waktu safari dengan bus ini kurang lebih 1 jam-an. Tapi kemarin itu rutenya dipotong, ngga lewat balai kota.





      Kesan setelah naik city tour...
    Haha, biasa saja. Terlalu biasa malah. Mungkin memang cukup menarik kalau untuk turis dari luar jakarta yang ingin lebih mengenal kota ini. Tapi, kalau untuk orang-orang (aku) yang tiap harinya "melototin" Jakarta, ya cuma kayak naik trans jakarta atau bus biasa. Cuma bedanya angle ngeliatnya agak tinggi (dari lantai dua bus) dan jalannya lebih santai aja :D

       Tapi setidaknya sudah tau rasanya. Udah ngga penasaran lagi.

Senin, 20 Oktober 2014

Ketukan Tengah Malam

Tidur tak terlalu larut sudah menjadi kebiasaan. Jam 9 paling tidak sudah bersiap-siap untuk menutup hari. Begitu pula malam kemarin. Belum ada jam 9 malah, nampaknya aku sudah terlelap.

Belum juga alarm pagi berbunyi, sebuah suara membangunkanku. Suara ketukan di pintu. Sejenak kuintip jam ponsel yang terletak di atas meja. Pukul 00.04. Haa?

Dengan muka bantal, rambut singa, dan mata sipit, sejenak mikir. Terdengar seperti suara raya_za yang memanggil. Tapi kemudian mikir, ini tengah malam, raya_za tau pasti kalau jam segini aku pasti sudah tidur. Tapi, dia memanggilku. Benarkah itu dia? atau.... @.@

Kuberanikan membuka pintu. Bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk (?)

Dan...

Haha, ternyata memang dia :D

Ternyata, dia membangunkanku karena butuh bantuan untuk mengeluarkan kapas cotton bud yang tertinggal di dalam telinganya -___-
Aku sendiri bingung harus bagaimana. Korek sana korek sini, tak juga membuahkan hasil. Takut kalau-kalau jadi iritasi. Sempat terpikir untuk membiarkannya hingga esok hari agar kemudian meminta bantuan dokter THT untuk mengeluarkannya.

Hingga akhirnya, menjelang keputusasaan, kami memutuskan untuk gugling. Mencari-cari siapa tau ada orang-orang berpengalaman serupa yang memosting solusi. Dan kamipun menemukannya. Langsung praktik. Sedikit ragu, tapi tetap mencoba.

Caranya:
1. Mengambil sebatang lidi kemudian mematahkannya. Membiarkan ujung patahan yang bertekstur kasar.
2. Memasukkan ujung lidi yang kasar itu ke dalam telinga, dengan mencari-cari posisi kapas yang akan diambil.
3. Setelah terasa sampai pada kapas yang hendak diambil, putar lidi hingga kapas tersangkut dan melilit ujung kasar lidi tersebut.
4. Setelah lidi dirasa sudah terlilit, tarik perlahan.

Dan wowww!!! 
Kapas berhasil keluar.
Ahhhhh,,,, lega sekali dia nampaknya. Haha...
Jadikan pelajaran saja lah :)

Minggu, 19 Oktober 2014

Tentang si "Kecil"

Tiba-tiba saja pengen nulis yang labil dan agak alay dikit . Hahaha...
Berawal dari excitement menonton Hitam Putih hari Senin, 20 Oktober kemarin.
Edisi spesial Marc Marquez dan Dani Pedrosa. 

Tak terasa sudah 9 tahun kurang lebih aku menyukai acara balap Motogp yg rutin ditayangkan di tv tiap musimnya. Sejak SMP kelas 2 kalau tak salah. Kala itu nontonnya ya hanya sekedar nonton. Suka dengan keseruannya. Belum terlalu terpaku pada siapa-siapa rider-nya.

Tapi mulai musim kedua aku nonton, kelas 3 SMP, mulai ada yang berbeda. Seperti layaknya tahun-tahun sebelumnya, musim baru Motogp dimulai sekitar bulan Maret. Dan di musim baru itu, ada beberapa rider yang naik kelas dari 250cc ke kelas utama (motogp). Dan mulailah dari sana. Hahahaha...
Anak "kecil" umur 20 tahun sebagai salah satu rider yang naik kelas langsung membuatku ketagihan nonton motogp sampai sekarang. Haha, siapa lagi?


 


 

















The Little Spaniard, begitu orang-orang biasa menyebutnya. Bukan karena usia mudanya. Tapi karena memang posturnya yang kecil. Mungil sekali. Dengan tinggi hanya 158 cm dan berat 52 kg, dia mengakui kalu dirinya memang yang paling kecil di antara rider-rider yang lain.

Enam tahun aku bertahan untuk bersorak sorai di depan tv mendukung dia, tak peduli hingga saat ini dia tak pernah jadi juara dunia di kelas utama. Makin kesini sih bentuk dukungannya makin "dewasa". Paling cuma mantengin race sambil komen-komen dikit. Cukup menghela napas saat dia kalah ataupun terjatuh dan turut lega kalau dia menang.

Kalau dulu, huuuu, hebohnya saya. Dibela-belain ngumpulin kliping koran yang ada artikel tentang dia. Pasti selalu nitip ke ayah "kalau ada koran yang bahas tentang motogp bawa pulang ya, Pak". hahaha... digunting-gunting, ditempel-tempel :D
Dibela-belain ngamuk kalau adek lagi menguasai tv saat ada race. Dibela-belain sampai mewek-mewek kalau dia kalah apalagi jatuh. Dibela-belain loncat-loncat heboh kalau dia menang. hahaha... heboh kali lah pokoknya.

Tapi sejak musim tahun 2012, mungkin aku mulai lelah dengan performanya yang gitu-gitu aja :P
Perhatianku mulai sedikit beralih. Ada anak kelahiran 93 yang berkilau di 250cc. Haha, si Marc. Sampai akhirnya, musim 2013 dia naik ke kelas utama, masuk tim Honda, sama seperti Pedrosa. 
Dan 90% dukunganku langsung berpindah padanya. Hahaha... apalagi saat akhirnya dia juara dunia di tahun pertamanya menginjak kelas utama. Pedrosa? udah lupa tuh :D

Aihh, kenapa jadi panjang sekali ini tulisan. Padahal intinya cuma mau cerita tentang Hitam Putih episode spesial yang aku tonton kemarin. Intinya.... Hahahaha... sekarang 50:50 lah dukungnya buat 2 rider Honda ini kalau nonton Motogp :D

Masih terngiang-ngiang hebohnya kami (KAMI ya!!! KAMI! bukan gue doang) saat nonton kemaren. Nonton bersama si C, H, dan S (tenang saja, aku ngga pake nama asli agar harga diri kalian tetap terjaga :P)
C? H? S? aku I. Ihwaw... CHSI #oposehhh# #selingan#

Berikut beberapa kutipan kalimat-kalimat "keramat" yang sempat terucap saat nonton itu. Ini hanya beberapa ya. Masih ada yang lainnya.

C: "udah, Pedrosa jangan senyum."
Kayaknya tiap kali si "kecil" senyum, itu hati pada rontok. Dan tiap kali dia senyum, S langsung gegulingan. Hahahahaha....

S: "Abang, syahadat dong"
Hahahahaha... ngakak guling-guling :'D 

Ibu Kos: (teriak dari lantai dasar, tampak kaget dan sedikit bingung) "Apa mba yang jatuh???"
Hahaha... mungkin dia terkejut gegara suara teriakan heboh kami -___-

Keesokan harinya:
C: "Masih kebayang-bayang Dani Pedrosa"
hahahahaha...

Dan aku...
hahaha...
Bikin orang ngambek gara-gara heboh nyeritain dia. Haduh... 

Ya begitulah kira-kira.
Lagi pengen cerita yang agak ababil dikit. Rusak-rusak deh ni imej
#anak pendiam dan santun#
:D

Sabtu, 18 Oktober 2014

Tetangga Masa Gitu????

          Ini adalah salah satu problem ketika pulang kampung. Kehidupan di desa memang terbiasa dengan pergaulan yang erat dan akrab. Tuntutan untuk mengenal satu sama lain adalah keharusan. Berkaca dari orang tuaku, mulai dari ujung kulon sampai ujung timur kampung, mereka bisa mengenal dan dikenal, atau minimal tau nama satu sama lain.

Dan disinilah letak problemnya....

          Bermain-main menjelajah kampung hanya berlangsung hingga kelas 6 SD. Begitu masuk SMP di kota, secara otomatis lingkungan pergaulankupun berubah. Beralih ke lingkungan sekolah, dan ketika pulang, lingkungan bergaulkupun menyempit menjadi hanya sebatas satu RW (ibaratnya).

          Beranjak SMA, padatnya kegiatan sekolah makin menyita waktu. Les dan ekstrakurikuler hingga sore hari, ibarat menyempitkan pergaulan rumahku menjadi hanya sebatas satu RT. Dan kemudian kuliah. Jangan ditanya... Pulang hanya enam bulan sekali saat libur semester. Begitu sampai rumah, entah sibuk ini itu, sampai kadang tak sempat bergaul dengan lingkungan. Ditambah dengan ingatanku yang kurang tajam. Disinilah awal mula problemnya.

          Aku mulai lupa. Sulit mengingat nama-nama orang. Nama-nama tetangga. Jangankan ujung kulon sampai ujung timur, orang seberang RW saja sudah susah sekali kuingat namanya.

          Pernah satu ketika ada mbah-mbah datang mengantarkan pesanan ibu. Aku yang kebetulan ada di rumah. Mbah-mbah ini beda RW, aku mengenalnya sangat baik. wajahnya akrab sekali di ingatanku. Akupun menyambutnya dengan ramah seperti (dulu) biasa. Dan kemudian diapun pulang. Ibuku datang. Dan ketika aku hendak menyampaikan pada ibu, aku harus berpusing-pusing dulu mengingat nama mbah itu. Rancu. Beberapa nama muncul di otak. Nama mbah-mbah RW sebelah yang rumahnya berdekatan. Antara Mbah X, Mbah Y, atau Mbah Z.

Akhirnya aku hanya bilang "Bu, itu pesenan ibu tadi dianter."
Terus ibu jawab "Oh, dari Mbah Y ya?"
Barulah aku ingat.  
Ah ya, Mbah Y.

          Pada orang-orang tua yang dulu menjadi "teman pergaulan" masa kecil saja aku lupa. Apalagi dengan orang-orang muda. Anaknya Mbah A yang dari luar Jawa sekarang pindah kesini, pendatang baru. Anaknya Mbah Y yang sekarang sudah besar. Anaknya Mba B yang baru lahir. Aihhhh... tak cukup jika harus diawang dalam pikiran. Perlu dicatat nampaknya. Hingga pernah suatu ketika aku memaksa adikku untuk menyebutkan nama-nama orang-orang dari ujung ke ujung. Dan adikku pun ngomel, bilang aku kurang kerjaan. Ahhh, kau tak mengerti perasaanku #helleh
-____-






















apakah itu wajar?

Kamis, 16 Oktober 2014

Daehan, Minguk, Manse!!!!!!!!!

Sedang suka sekali menonton salah satu reality show dari negeri ginseng (ahhh... lagi-lagi aku terpengaruh oleh raya_za )
Reality show yang menampilkan para ayah selama 48 jam mengasuh anaknya tanpa ibu. 
Para Superman yang dulu pernah tampil:
1. Hyun Sung dengan anak lelakinya Junu (11 tahun) dan Jun-seo (7 tahun)
2. Kyung-wan dengan calon anaknya Kkom Kkom (di reality show ini ditampilkan bagaimana saat istrinya hamil sampai proses melahirkan dan beberapa minggu setelah melahirkan)

Para Superman yang saat ini masih tampil:
1. Tablo (rapper) dengan anak perempuannya Haru (4 tahun) yang suka sekali (banget banget banget) sama ikan.
2. Sung Hoon (atlit Judo) dengan anak perempuannya bernama Sarang (2 tahun).
3. Hwi  Jae (presenter TV) dengan dua orang anak laki-laki kembarnya (1 tahun).

dan yang terakhir dan paliiiiiiiingggggg paling paling paling aku suka banget banget banget adalah....
4. Il Kook (aktor) dengan tiga orang anak kembarnya Daehan, Minguk, Manse!!!!!! (2 tahun).
Aku jatuh cinta sekali dengan triplets ini. Nonton mereka, mau diulang sekali dua kali pun tak bosan. Dan kalau mereka sudah menampakkan kelucuannya (dan hampir selalu) pasti mata ini sudah berkaca-kaca. Aaakkk... mau punya kayak itu!!! #tunjuk triplets# 
#Plakkkk!!!#











 









Il Kook yang menggendong 3 orang anaknya sekaligus saat membawa obor Asian Games kemarin. Keren sekali bapak ini. Sering sekali di episode-episode The Return of Superman dia menggendong 3 anaknya itu sekaligus.


















Kereta!!!
Haha... mereka punya alat transportasi (?) yang lucu-lucu. Ini salah satunya. Ada satu lagi kereta mereka yang biasanya dipakai kalau sang ayah bersepeda. Kereta itu disambungan ke sepeda ayahnya daaaaann.... siap untuk menjelajah kotaaaa. Hahahaha...






















Saat makan adalah saat yang paling menggemaskan. Sang Ayah memasak sendiri untuk anak-anaknya. Dan makanannya tampak sehat sekali. Ada nasi, lauk, dan sayur. Dan mereka makan dengan antengnya. Sudah bisa makan sendiri-sendiri. Lahaaaaappp sekali kalau makan. Dan banyak.
Heboh sekali kalau mereka sudah lapar sementara makanan belum siap. Beginilah jadinya. Mereka merengek-rengek di depan dapur. Hahaha...

 




























Ahh, masih banyak harusnya yang bisa diceritakan. tapi rasanya tak cukup kalau belum menonton sendiri.

Link Video:

Salam kenal dari
Daehan (anak pertama)










Min guk (anak kedua)












Manse (anak ketiga)














Daehan Minguk Manse!!!!!!
:D 
<3

Senin, 13 Oktober 2014

Selamat Jalan Dedek Bayi

"Sebenar-benar cinta seseorang kepada orang yang belum pernah ditemui adalah cinta seorang ibu kepada calon anaknya"
(begitu kira-kira inti salah satu kalimat yang bisa kuingat dari note seseorang di Facebook yang bercerita tentang suka duka melahirkan)

Kemarin, mendapat kabar bahwa satu lagi teman satu angkatan yang melahirkan, sebut saja namanya Cantik. Alhamdulillah... ponakan baru #bahagia campur iri# :D
Sorenya, salah satu teman kosan yang pulang dari menjenguk dedek bayi itu bercerita dengan semangatnya tentang bagaimana saat dia bertandang ke rumah Cantik. Tentang bagaimana bahagianya sang ibu, dan betapa lucunya si bayi. Alhamdulillah... #masih bahagia campur iri#
Tapi, siang ini, tiba-tiba mendapat kabar kalau dedek bayi yang baru lahir itu meninggal dunia pagi tadi.
Innalillahi...
Tak terkira sedihnya. Sebagai teman jauh yang hanya bisa membayangkan saja rasanya mata ini sudah panas, apalagi orang tua yang mengalaminya langsung.
Terlepas dari apakah saat ini jiwa keibuanku sedang besar (kata temanku), tapi sungguh rasanya sediiihhh sekali.
Hanya bisa mendoakan, dan sedikit belajar sebagai pengalaman.
Selamat jalan dedek bayi. Semoga dirimu menjadi penyambut orang tuamu di pintu surga.

Layar Merah Jambu

Aku sedang jatuh cinta.
Aura cintaku menyebar kemana-mana.
Pipiku bersemu merona.
Tanda jatuh cinta katanya.

Merah muda lambang warnanya.
cerah ceria itu nuansanya.
Tapi,
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ngga gini jugaaaa....
T.T
T.T












Ini bukan puisi.
Ini curhatan. Komputerku error. Layarnya jadi begitu. Pas mau ditinggal sholat dzuhur masih baik-baik saja. Eh, begitu balik, jreng jreng!! #shock#
Terus aku kudu piye???

Sabtu, 11 Oktober 2014

Gorontalo!!!!!

30 September - 2 Oktober 2014.
Perjalanan pertamaku ke luar Jawa. Menjadi perjalanan terlamaku di dalam pesawat dengan menghabiskan lima jam penerbangan (dengan 20 menit transit di Makassar). Belum ditambah hampir dua jam perjalanan darat (perjalanan dari kosan ke bandara + dari bandara ke hotel) :D

Saat pesawat masih melayang-layang di atas Gorontalo sudah nampak hamparan petak-petak sawah yang mengingatkanku pada pemandangan sekitar rumahku di kampung sana. Pemandangan yang tak bisa ditemukan di hiruk pikuknya Jekardah. Kemudian mengamati dari atas penampakan bandara tempat dimana pesawat akan mendarat beserta pemandangan di sekitarnya. Dalam hati bertanya-tanya "sebelah mana kotanya?" karena jika dilihat dari atas, yang nampak di sekitar bandara adalah hamparan sawah dan beberapa blok kecil yang nampak seperti rumah-rumah, tapi tidak cukup untuk diasumsikan bahwa itu kota.

Dan kesan pertama saat mendarat adalah banyak sapi!!! Hahaha... ada sapi di pinggiran bandara. Bukan di aspalnya tapi. Mereka menikmati hamparan rumput di tepi-tepi landasan.

Mobil jemputan sudah datang dan siap membawa kami ke hotel. Di tengah perjalanan, kami mampir dulu ke rumah makan "Mas Djoko" yang menyediakan menu khas Gorontalo. Apalagi kalau bukan ikan-ikanan. Dan itu adalah awal dari 3 hari kami dengan menu makanan serba ikan (melulu).

Hotelnya terletak di pusat kota. Jalanan ini masih sepi. Berarti masih lama. #kemudian hendak tidur#
Tiba-tiba mobil berbelok, dan mereka bilang "sampai". #melongo#
"Ini udah di kota?" hahaha...

Hotelnya nyaman. Lebih nyaman dengan adanya mall di basement. haha... cocok untuk anak gahoel sepertiku.

Pemandangan dari balkon kamar hotel















Saatnya jalan-jalaaaaan (memanfaatkan sedikit waktu yang tersisa) :D

1. Teluk Tomini. 
Cukup indah untuk snorkeling (katanya). Aku sih cuma kecipak kecipuk di pinggiran pantai yang airnya cuma sampai separuh betis (itu sudah merupakan suatu kemajuan pesat. Biasanya memandang laut aja merinding).
Betah disana hingga matahari tenggelam. Setelah gelap barulah kami pulang.

Sunset di Teluk Tomini















2. Benteng Otanaha + Danau Limboto
Setelah melewati bukit berliku-liku, sampailah di sebuah gapura bertuliskan Benteng Otanaha, dengan pintu masuknya hanya dipalang dengan sebilah bambu bertali, dan dijaga oleh ibu-ibu di dalam bangunan kecil (seperti pos ronda) yang ketika mobil kami hendak masuk si ibu sedang tidur. Hehe...

Sebelum sampai di benteng, harus melalui hutan-hutan di kanan kiri jalan yang hanya cukup untuk satu mobil. Dan di sepanjang jalan itu masih ada saja rumah penduduk. Tak punya tetangga, kiri kanan hutan @.@

Daaannn... Jreng jreng!!!
salah satu bentuk benteng di Otanaha. Love!















Dari atas benteng otanaha akan nampak pemandangan Danau Limboto. Satu-satunya danau di Gorontalo (kata mbah gugel). Sayang danaunya mulai mengering.
Danau Limboto















Di tengah udara yang memanas, berteduh di bawah bangunan benteng sungguh menyejukkan. Angin semilir mengundang kantuk. Ditambah pemandangan di bawah yang memanja mata. Hummm...
Berteduh di salah satu benteng




































Bagian atas benteng















3. Museum Pendaratan Pesawat Ampibi Soekarno
Dulu, kalau Bung Karno berkunjungan ke Gorontalo naiknya pesawat Ampibi. Pesawat akan mendarat di tepi Danau Limboto (yang sekarang mulai mengering). Disana terdapat rumah kecil yang di dindingnya terpasang foto2 Soekarno saat berkunjung ke Gorontalo.

Tempat mendarat pesawat ampibi















Dan ditutuplah hari-hari kami di Gorontalo dengan bersantap makanan padang. haha... Karena kami sudah bosan makan ikan -___-

Cerita tambahan:
Kembali menempuh 5 jam perjalanan udara.
Tapi... ada yang beda!!!
Apa itu???
Aaaakkkkkk!!!
Ada Rise di playlist pesawat 
#bahagia# #sangat bahagia# #bahagia itu sederhana#
:D
(mohon dimaafkan dengan akhir penulisan yang tidak penting. Hanya orang-orang tertentu yang dapat mengerti)