Link Youtube:
Video Prajab5 - 23 Mei 2014 @Wisma Duta Wiyata, Komplek Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Jakarta, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jaksel
H-Banyak
Masih santai tapi deg-degan karena hari-H makin dekat. Menyempatkan diri untuk pulang kampung seminggu sebelumnya demi mengambil perlengkapan yang diperlukan (males beli baru). Menyempatkan survei tempat agar tidak tersesat ketika kelak berangkat. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari cerita para pendahulu.
H-1
Mulai menata koper, setrika ini itu, cek sekali lagi list barang yang harus dibawa, dan menyiapkan mental yang pasti. Sungguh yg terakhir ini lumayan berat. Membayangkan apa yang akan terjadi besok, dan mencoba merefleksikan beberapa adegan berdasarkan cerita teman-teman yang sudah berangkat pada gelombang sebelumnya.
Hari-H
Berangkat naik taksi bersama dua orang teman yang lain sekitar jam setengah 2. Perjalanan terasa begitu mendebarkan. Sesaat ikut larut dalam obrolan ini itu. Namun, kemudian lebih banyak diam dengan pikiran masing-masing.
Dan sampailah kami di Wisma Duta Wiyata, tempat yang dituju. Tempatnya... lumayan...
Sudah ada beberapa teman lain yang check in. Kepala-kepala lelaki yang hampir plontos mewarnai pemandangan disana-sini.
Check-in. Kamar A-106, bersama dua orang temanku yang lain. Sebut saja Weka dan Endang :D
Sore hari sekitar pukul 5 kami bersiap untuk upacara pembukaan. Dengan mengenakan batik, untuk pertama kalinya kami dikumpulkan di sebuah aula besar. Masih di-handle orang-orang BPPK.
Agendanya sore itu adalah pembagian berdasarkan kelas, penunjukan ketua kelas tetap, dan penunjukan senat (ketua angkatan) serta wakil senat.
Aku lupa agenda lainnya, sepertinya maghrib sudah selesai. Dan setelah itu tinggal makan malam dan istirahat sebelum esok hari semuanya akan benar-benar dimulai.
Hari Pertama:
Hari pertama diwajibkan mengenakan kaos orange yang sudah disediakan panitia. Acara lengkapnya aku lupa. Yang bisa kuingat adalah pagi itu kami diharuskan lari bolak-balik kamar-lapangan tiga kali. Alasannnya karena kami lelet waktu disuruh kumpul. Jadilah dalam hitungan sepuluh kami sudah harus mengunci diri di dalam kamar. Dan ketika peluit berbunyi maka secepat mungkin kembali ke lapangan. Begitu seterusnya sampai 3 kali. Dan hati-hati ketika di dalam kamar, jangan lupa pintu dikunci dari dalam. Karena kalau kunci masih tergantung di luar, siap-siap aja dikunciin sama pelatih #sungguh ini terjadi#
Kemudian kami diperkenalkan dengan merayap, merangkak, dan guling. Hari pertama masih ringan. Everything is okay. Saya kuat!!! :D
Tapi yang ngga kuat itu adalah momen makan. Momen makan menjadi saat yang sangat mengerikan. Yang mengerikan bukan makannya. Tapi minumnya. Setelah makan seporsi BESAR, kami masih diharuskan menenggak habis air mineral 600ml (T.T). Aye kagak kuat ngadepin yang ini. Dengan curi-curi terpaksa aye buang-buang itu air. Ampuni hamba ya Allah...
Hari pertama kami tidur sangat larut. Lewat tengah malam. menyempatkan diri sedikit membersihkan lumpur-lumpur yang nemplok di baju (banyak banget. itu baju udah ngga ada rupa) karena besok baju itu harus tetap dipakai.
Hari Kedua:
Udah dapet spoiler sih dari gelombang sebelumnya. Hari kedua adalah puncak penderitaan (-_-'!)
Dan benar. Everything is no longer fine. I'm sick. Very sick. Se-sick sick nya.
Masih tetap seperti kemaren, lari bolak balik kamar-lapangan tiga kali. Dan kemudian pelatih tanpa disangka melakukan sidak PUDD (sidak kerapian kamar). Bagi yang (menurut pelatih) kamarnya tidak rapi, kami disuruh berlari keliling lapangan sambil memanggul selimut dan berteriak "PUDD saya jelek!". Dan aku? Termasuk lah pasti :D (Padahal perasaan itu kamar udah rapi serapi rapinya.
Dan kemudian, penderitaan yang sesungguhnya pun dimulai. Sudah tak ingat lagi penyebabnya, yang pasti, merayap keliling lapangan, melewati lumpur-lumpur becek, merangkak entah berapa kali bolak-balik melintasi lapangan bola, dan yang paling memusingkan adalah GULING. Iya, guling. Gegulingan.
Untuk part ini mungkin alangkah lebih baiknya jika membacanya tidak sembari makan. Karena sungguh, aku menuliskannya saya sudah mual. Apalagi membayangkannya. #pucat
Entah saat itu karena apa #lupa# pelatih menghukum kami. Kami disuruh guling dari ujung lapangan sampai ujung lapangan lagi. Balik lagi. Guling lagi. Entah berapa kali. Tak terhitung sudah berapa orang yang mengeluarkan isi perutnya di sepanjang lintasan lapangan. So, spot-spot mun*ta*h*a*n pun bertebaran di hamparan lapangan itu. Dan kami harus tetap berguling di atasnya. Tak boleh menghindar, atau hukuman kami akan dilipat gandakan.
"Muntahkan saja! Biar lega!" begitu teriak pelatih. Jadi, ketika itu, muntah adalah main stream. Hanya orang-orang terpilihlah yang bisa bertahan. Termasuk aku. Hampir. Tapi ngga. Eh, salah. Belum.
Beruntung kami perempuan hanya berguling 3 kali bolak-balik. Setelah itu kami disuruh tidur berjajar di tepi lapangan bak ikan asing sedang dijemur. Tengkurap, mencium bumi. Biar cinta tanah air katanya. Baiklah....
Tapi bagi para lelaki, mereka terus digulung entah sampai berapa kali lagi. Melihatnya saja rasanya ingin menangis. Kasihan. Wajah mereka sudah pucat pasi. Ada yang muntah sekali, dua kali, bahkan mungkin tiga kali pun ada sepertinya. Sabar ya... Badai pasti berlalu.
Jam 9, kegiatan gegulingan dihentikan. Karena itu adalah jadwal snack pagi. Snacknya... Seplastik kacang hijau, tahu goreng, kue lapis, sebutir telur rebus setengah matang, seplastik teh tawar, dan tak ketinggalan, 600 ml air putih botolan. Melihat menu yang harus dihabiskan itu saja sudah pucat, apalagi menghabiskannya. Dan walhasil, air 600 ml itu lagi-lagi akan kubuang. Akan. Baru akan, tapi gagal. Karena pelatih mengawasi. Hahahahahaha...
Jadilah dengan wajah pucat pasi, karena makanan yang tertelan rasanya sudah sampai di tenggorokan, susah payah kuhabiskan air itu. Belum lagi telur setengah matang yang mengundang gejolak dalam perut. Gyahhhhh,,,,,
Udah gitu pakai neko-neko suruh duduk berdempetan. terus kita suap-suapan air gitu sama temen di samping. Udah perut ngga enak, posisi minum ngga enak. Dan jadilah, pertahanan ini akhirnya runtuh #muntah.
Dan seiring dengan keluarnya isi perut, keluar jugalah isi mata. Nangis T.T
Malu, tapi apa daya. Tak tertahankan. Dan ketika itu ada pejabat BPPK sedang meninjau. Itu bapak langsung mendekat dan nanya "Mba ngga papa. Duduk sini aja dulu kalau ngga kuat." Tapi aku dengan sok tegarnya bilang "Ngga papa, Pak." Weekkk...
-bersambung-
Kok horor banget sih Kaaa? Dulu pas jamanku ga sehoror itu.. Tapi ya emang sih rada nyeremin juga.
BalasHapusDuh, untung diklat prajab cuma sekali ya. :|
haha, ceritanya masih terus berlanjut. itu belum seberapa. tunggu episode lanjutannya... spektakuler...
Hapusmana sambungannya??? XD
BalasHapussabar jeung... lagi nyiapin mental. Sangat menyakitkan mengenangnya #lebay
Hapus