Perdebatan itu tak terasa seperti perdebatan sepasang kekasih.
Tak seperti perdebatan calon istri dengan calon suami.
Perdebatan itu terasa seperti dua orang tak saling kenal yang beradu argumen di media sosial.
Seperti pembela dua kubu berbeda yang bentrok pendapat di saat pilkada.
Seperti pendukung lain fraksi yang berperang ide di rapat DPR.
Perdebatan itu terasa seperti dua orang tak saling kenal yang beradu argumen di media sosial.
Seperti pembela dua kubu berbeda yang bentrok pendapat di saat pilkada.
Seperti pendukung lain fraksi yang berperang ide di rapat DPR.
Tak ada rasa cinta.
Tak terdengar kalimat-kalimat berbeda pendapat tapi bernada gemas.
Dingin, datar.
Tak terdengar kalimat-kalimat berbeda pendapat tapi bernada gemas.
Dingin, datar.
"Tak lagi punya idealis..."
"Bohong..."
"Kata kata tak pantas..."
"Bohong..."
"Kata kata tak pantas..."
Terbayang bagaimana rasanya jika kata itu terucap di depan muka.
Dengan wajah dingin dan kecewa....
Selesailah semua.
Dengan wajah dingin dan kecewa....
Selesailah semua.
Dengan begini saja, sudah membuat dia enggan.
Habis sudah harga diri.
Hilang sudah semangat mencari.
"Bila aku telah tiada maafkanlah.
Pertengkaran semalam, memelankan langkah kakiku.
Terlalu banyak kebimbangan yang tak seharusnya ku risaukan."
Pertengkaran semalam, memelankan langkah kakiku.
Terlalu banyak kebimbangan yang tak seharusnya ku risaukan."
Note:
Terinspirasi dari lagu Marvells - Bila Aku. Karena tiba-tiba tadi seharian dengerin lagu ini. Nostalgia jaman beberapa tahun yang lalu.
Dengan penambahan dan pengurangan disana sini. Menceritakan tentang seseorang yang sangat aku kasihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....