Pernahkah kau menangis karena ibu? Pernahkah ibu membuatmu menangis?
Bukan, yang ku tanyakan bukan menangis karena keinginanmu tak dituruti oleh ibu. Bukan juga perasaan sedih karena ibu memarahimu atau melarangmu melakukan suatu hal. Yang kutanyakan adalah menangis karena mengingat semua jasa-jasa ibu, menangis karena merasa betapa tak berbaktinya kita pada Ibu, dan menangis karena betapa kita belum melakukan apapun untuk membahagiakan ibu. Pernahkah?
Apa yang kutulis disini mungkin berdasarkan apa yang kurasakan sebagai seorang anak yang jauh dari orang tua, sekaligus sebagai seorang anak yang pernah mengalami “suatu hal” yang membuat ibunya menangis.
Ibu…
Ada sebuah artikel di majalah Tarbawi. Judulnya kurang lebih “Kita Salah Memahami Keinginan Ibu yang Sederhana”. Kira-kira apakah keinginan ibu yang salah kita pahami itu?
1) Sekedar ingin membuat kita senang
Pulang kampung adalah saat yang paling kutunggu. Dan setiap kali aku akan kembali ke perantauan pasti ibu akan membekaliku dengan segala apa yang sekiranya bisa ku bawa. Entah itu barang yang benar-benar kubutuhkan maupun terkadang hal yang menurutku sama sekali ngga penting. Dibawain oleh-oleh sampai penuh sekardus, bahkan kalau bisa mungkin berkardus-kardus jadilah aku disuruh bawa. Mulai dari selimut, boneka, bahkan kalau aku ngga ngomel-ngomel paling segala macem alat dapur seperti sendok, garpu, centong, dan segala macem bakal dijejalkan ke dalam tasku yang sudah menggembung. aku selalu bilang “berat, udah banyak nih bawaannya, dan sebagainya.” Tapi sebenarnya apa sih yang diinginkan oleh Ibu dengan membekali barang-barang sebanyak itu? Tak lain dan tak bukan adalah untuk membuatku senang. Membuatku nyaman di perantauan. Membuatku tak perlu kesusahan di kota orang. Tapi ya begitulah, aku selalu salah memahami keinginan ibu.
2) Sekedar ingin mengobati rasa sepi dan rindu
Mungkin semua anak juga mengalami ketika kita pergi jauh, atau bahkan mungkin hanya pergi ke suatu tempat yang dekat, ibu akan berpesan “nanti kalau udah nyampe sana sms ya.” Dan kita berlalu begitu saja hanya dengan gumaman ringan tanpa memperhatikan wajah ibu yang sungguh-sungguh mengharapkan bahwa kita akan memberi kabar kepadanya ketika kita sudah sampai. Dan karena meremehkan itulah seringkali kita akhirnya benar-benar lupa memberi kabar ketika kita sampai. Dari hal itu saja kita sudah salah mengartikan keinginan ibu yang sederhana. Kita anggap ibu terlalu khawatir, kita anggap ibu terlalu parno, atau over protektif lah. Tapi apa sih yang sebenarnya diinginkan ibu? Ibu ingin mengobati rasa rindunya ketika jauh dari kita walaupun hanya dengan satu kalimat lewat sms yang setidaknya membuat hati ibu tenang bahwa anaknya telah sampai tujuan dengan selamat.
3) Sekedar ingin membalas kebaikan orang lain yang pernah kita ceritakan
Masih cerita seputar pulang kampung. Selain ribet dengan barang-barang keperluanku, tak jarang ibu tetap memaksaku untuk membawa ini itu padahal apa yang kubawa itu bener-bener udah kayak bawaan TKI yang mau 2 tahun ngga pulang. Ibu bilang, sambil nunjuk barang-barang yang harus kubawa “Yang ini buat ibu sama bapak kos, yang ini buat ibu katering, yang ini buat temen-temen di kos, yang ini bagiin ke anak-anak di kelas ya. Terus yang ini jangan lupa dikasih ke tante.”
Aku yang melihat tambahan barang bawaan sekian tumpuk itu hanya menatap ibu sambil memasang wajah masam. Dalam hati tak bisa kupungkiri pasti ada aja perasaan dongkol kenapa sih ibu tu nyuruh bawa segini banyak. Ngga liat apa barangku yang udah menuhin bagasi bis ini? Dan disinilah sekali lagi aku merasa betapa aku telah salah memahami keinginan ibu yang sederhana. Apa sih sebenarnya yang ibu inginkan? Ibu hanya ingin membalas kebaikan semua orang yang telah berbuat baik kepadaku. Kita tak pernah tau betapa mungkin ibu sangat-sangat ingin menyampaikan langsung beribu-ribu ucapan terima kasih karena orang-orang tersebut karena telah membuat putrinya senang, telah banyak membantu putrinya, telah banyak berjasa bagi putrinya yang berada di perantauan. Ibu akan merasa senang jika kita juga senang. Dan itulah kenapa ibu selalu ingin membalas jasa siapapun yang telah berjasa bagi kita. Pada ibu kos yang sudah mau menjaga putrinya, yang sudah mau menganggapnya seperti anak sendiri. Kepada ibu katering yang sudah mau memasak bagi puterinya sehingga puterinya tidak perlu merasa kelaparan setelah seharian kuliah. Kepada teman-teman kos yang sudah mau menjadi teman puterinya sehari-hari. Kepada tante yang sudah mau sesekali menjenguk putrinya dan memberi sedikit oleh-oleh maupun menjadi tempat berkunjung puterinya ketika liburan
Hanya tiga hal itu yang bisa kuingat karena keterbatasan memori. Nanti kalau sempat mungkin akan kukopikan saja artikel yang ada di majalah Tarbawi. Mungkin masih banyak lagi keinginan ibu yang tak kita pahami dan seringkali justru membuat kita berburuk sangka pada Ibu.
Ibu…..
Ibulah yang paling mengerti apa yang kita inginkan. Dulu waktu masih bayi, jika kita menangis ibu selalu paham apa yang membuat kita menangis. Padahal kalau dipikir-pikir tangisan bayi itu suaranya kan gitu-gitu aja. Kalau lapar suaranya juga begitu, kalau haus suaranya juga sama, tapi ibu selalu tau apa yang kita inginkan setiap kali kita menangis.
Ibu rela bangun berkali-kali di malam hari demi menuruti kita yang terus menangis karena haus. Ibu dengan sabar menyusui kita tanpa mempedulikan rasa kantuk yang teramat sangat. Dan pasti ibu tidak berat hati dalam menjalankannya. Dengan sabar ia menyusui sambil menimang-nimang kita sampai tertidur krmbali kemudian ketika ibu baru tertidur sejenak tiba-tiba suara tangisan kita kembali membangunkannya, dan begitu seterusnya. Tak pernah sekalipun ibu akan membentak kita yang sedang menangis maupun ada hasrat untuk menyumpal mulut kita karena rasa kesal pada suara tangisan kita yang berisik. Justru ibu akan khawatir kenapa anaknya terus-menerus menangis di malam hari dan tidak bisa tertidur.
Kemudian ketika kita baru belajar makan. Ibu masak dengan susah payah tapi akhirnya kita tumpahkan. Ibu tidak akan mencubit kita karena makanan yang telah kita tumpahkan. Dengan sabar ibu akan kembali mengambil makanan yang baru, kemudian kembali dengan telaten menyuapi kita.
Ibu….
Jikalau saja Allah memberi pilihan lain, pasti Ibu akan memilih dialah yang menanggung derita kita. Ketika kita sakit, mungkin dalam hati ibu ada sedikit rasa keinginan untuk menggantikan kita merasakan sakit. Tak jarang ibu akan menitikkan air mata saat melihat kita terbaring lemas dengan wajah pucat dan tak mau makan apapun. Betapa mungkin tanpa kita tau tengah malam ibu akan bangun dan menengok kita di kamar sekedar memastikan apakah kita baik-baik saja lalu kemudian ia akan tenggelam dalam doa demi kesembuhan kita. Kita tak pernah tau kan?
Ada yang pernah mengatakan bahwa orang tua itu diibaratkan seperti pohon apel. Ketika kita kecil, pohon tersebut kita jadikan tempat bernaung dan bermain. Ketika kita beranjak remaja kita memetik buahnya untuk dimakan. Ketika kita dewasa kita menebang kayunya untuk dijadikan bahan bangunan. Sang pohon tidak akan pernah menolak setiap kali kita membutuhkannya. Bahkan ia akan merasa senang jika dirinya bisa bermanfaat bagi anak tersebut, bisa membuat anak tersebut bahagia. Namun ketika kita telah tua, kita meninggalkan pohon itu begitu saja tanpa mempedulikannya.
Naudzubillah, jangan sampai kita seperti itu.
Kita sebagai anak sudah sepatutnya untuk berbakti pada orang tua atau Birul Walidain.
Bicara tentang birul walidain kira-kira apa saja sih keutamaan-keutamaan yang dapat kita peroleh jika kita berbakti pada orang tua?
1.Merupakan salah satu amalan yang paling mulia.
Berdasarkan sebuah hadis (Dari Abu Amru Asy-Syaibaany) dinyatakan bahwa amal yang paling
dicintai Allah diantanranya adalah: - Sholat pada waktunya
-Berbakti kepada orang tua
-Jihad di jalan Allah
Kelihatan kan betapa berbakti kepada orang tua mempunyai keistimewaan tersendiri di hadapan
Allah. Bahkan derajatnyapun lebih tinggi dari Jihad.
2.Merupakan jalan masuk surga
3.Jalan mendapat Ridha Allah
4.Penggugur dosa besar
5.Memperpanjang umur
6.Menambah rezeki dan membawa barokah
Aku lupa siapa yang bilang. Katanya, Orang sukses tidak akan terlepas dari 2 bidadari yaitu ibu
dan istri. Hoho….
Lalu apa saja kewajiban kita kepada orang tua? Hal itu tercermin dalam QS. Al Israa’ ayat 23-24
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23). Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (24).”
a. Melakukan perbuatan yang baik. Hal itu dapat kita lakukan dengan menaati apa yang orang tua perintahkan selama apa yang ia perintahkan tidak melanggar syariat agama.
b. Berkata yang baik
c. Merendahkan diri.
Kita dan orang tua kita memang dilahirkan di dua jaman yang berbeda. Jangan sampai kita merasa serba tau. Mentang-mentang kita lahirnya di jaman teknologi, jaman canggih sehingga kita menganggap orang tua kita itu kuno sampai-sampai terlontar ucapan-ucapan yang menyakiti hati mereka. Lebih parah lagi kalau sampai ada yang malu karena orang tuanya gaptek. Astagfirullah…. Orang tua kita memang mungkin ngga tau apa itu facebook, apa itu twitter, apa itu email, apa itu blackberry, tapi mereka memiliki pandangan yang luas tentang kehidupan yang kita tidak miliki. Kedewasaan, kebijaksanaan, kesabaran dan sifat-sifat lain yang tak bisa kita kalahkan dengan teknologi yang ada sekarang. Percaya deh…
d. Mendoakan
Bukan hanya dengan lisan tapi juga dihayati dalam hati. Mungkin kita hafal doa Allahumagfirli waliwalidaya warhamhuma kamma robayani saghira, tapi pernahkan kita benar-benar menghayati apa yang terkandung dalam doa tersebut sehingga saat mengucapkannya kita sampai meneteskan air mata karena begitu inginnya kita agar Allah mengasihi kedua orang tua kita?
Lalu bagaimana jika orang tuanya sudah meninggal, apa saja kewajibannya?
a. Bertobat atas kedurhakaan pada orang tua
b. Berdoa agar Allah mengampuni dosa orang tua
c. Melunasi segala hutang-hutangnya
d. Melaksanakan wasiat
e. Menyambung silaturahim dengan kerabat/ teman orang tua.
Sebenarnya hal ini juga sedikit menyinggungku. Betapa selama ini kalau di rumah, misalnya ada tamu temennya ayah dari kantor, atau mungkin temennya ayah yang ngga kukenal pasti aku males banget untuk sekedar ngeliat seperti apa wajahnya, sekedar nanya sama ibu itu siapa, pasti aku berpikiran bahwa itu ngga ada hubungannya denganku. Orang itu kan temennya ayah, jadi ngga ada urusan sama aku. Padahal, salah satu kewajiban kita kelak adalah menyambung silaturahim dengan kerabat maupun teman dari orang tua kita. Gimana mau menyambung silaturahim kalau kenal atau tau aja ngga? Nah, dengerin tu yip!
Eh, selain kita ngomongin orang tua, sekalian kita belajar jadi orang tua. Hehe…
Ini ada tips n trik cara memperlakukan anak lho. Katanya:
Anak umur 1-7 tahun diperlakukan sebagai raja. Jadi anak umur sampai 7 tahun itu apapun yang diinginkan sebisa mungkin dituruti. Jadi kita sebagai orang tua membatasi kata “jangan, tidak boleh, dsb”. Tapi ya kalau udah bener-bener keterlaluan tentu saja orang tua harus bertindak dong. Ya tau lah apa yang dimaksud disini.
Anak umur 8-14 tahun diperlakukan secara militer. Jangan dibayangkan militer disini kayak tentara atau polisi gitu. Maksudnya, di usia ini anak mulai dilatih kedisiplinan. Mulai diterapkan system hukuman jika melakukan kesalahan dan tindakan-tndakan lain yang bisa mengendalikan emosi anak yang memang sedang berada dalam fase mencari jati diri. Bener tuh, umur-umur segitu kan ababil banget tuh (ABG labil).
Anak umur 15-21 tahun diperlakukan sebagai sahabat. Anak umur segini (seperti saya) itu sedang berada dalam masa-masa memberonak. Jadi kalau pakai system militer, system hukuman maupun system omel mengomel bakalan ngga ngefek. Makanya akan lebih efektif jika orang tua memperlakukan anak sebagai sahabat. Menjadi tempat curhat misalnya.
Dan sebagai seorang wanita sudah sepatutnya lah kita bersyukur. Karena kita memiliki pintu pahala yang terbuka sedemikian lebar karena keistimewaan kita jika kelak menjadi seorang ibu. Setiap tetes air susu yang kita berikan kepada anak kita kelak ada keistimewaannya lho. Dan ketika kita melahirkan, maka perjuangan kita itu tak kalah dengan berjihad. Bahkan jika seorang ibu meninggal ketika melahirkan itu dianggap mati syahid lho. Subhanallah…..
Rasulullah SAW bersabda
“Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetespun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat yang terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai orang yang berpuasa , dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul lail sepanjang masa.Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman “Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu”.” (Mustadrak Al- Wasail 2: bab 47,hlm 623)
“Bagi perempuan antara kehamilan hingga menyapih (30 bulan) seperti pahala orang yang berjuang di jalan Allah. Jika ia mati maka kedudukannya seperti orang yang syahid.” (Biharul Anwar 104:97, hadis ke 56)
SUBHANALLAH!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....