Ini tahun pertama STAN menyisipkan satu
kegiatan tambahan berjudul Capacity Building ke dalam agenda wajib yang harus
kami lalui sebelum kelulusan. Seperti layaknya pengumuman-pengumuman mendadak
yang sudah biasa diluncurkan oleh sekre, pengumuman tentang akan diadakannya
Capacity Building inipun menuai banyak pro dan kontra. Apalagi kegiatan ini
bisa termasuk kegiatan jalur kiri (istilah asal comot) alias kegiatan yang
kurang menyenangkan, langsunglah komen-komen bernada protes baik secara halus,
secara frontal, maupun yang pura-pura halus padahal sebenarnya frontal (?) pun
mendadak berebutan muncul di grup facebook Akunisti 2009.
Sementara aku? Tipe-tipe yang diam, sebetulnya
juga merasa keberatan tapi kemudian berpikiran untuk apa protes toh sudah terlanjur
diwajibkan. And then, tinggal berdoa dalam hati mudah-mudahan tidak terlalu
menyeramkan. Haha... tipe apatis (-_-‘!)
Sebenarnya wacana bahwa akan diadakan capacity
building ini telah dipublikasikan dalam sebuah pengumuman resmi di web STAN
jauh-jauh hari (sebelum Hari Raya Idul Fitri kalau tidak salah). Saat pertama
kali membaca pengumuman itu.....Langsung speechless ketika mataku menggaris
bawahi satu kata “KOPASSUS”. Sontak saat itu juga yang terbayang adalah
latihan-latihan gila ala militer serta perjuangan hidup yang berat, dengan
sedikit dramatisasi tentunya. Tapi pada saat itu kadar galauku belum terlalu
parah. Masih suam-suam kuku lah :D
Tapi, begitu aku melepas kepergian temen satu kosku
yang mendapat jatah gelombang 1 (aku gelombang dua), barulah suhu galauku
meningkat drastis, yang tadinya suam-suam kuku langsung mencapai titik didih.
Rasanya ingin sekali ikut gelombang satu, agar semuanya cepat selesai dan aku
bisa kembali menjalani hidupku yang normal bahagia. Tak terbayangkan seminggu
lagi temanku itu akan kembali dengan wajah bahagia nan lega sementara aku baru
akan memulai hari-hari (yang sepertinya) penuh perjuangan itu. Kurang lebih begitulah pikiranku saat itu.
Selama menunggu waktu seminggu itulah merupakan hari-hari paling galau. Kalau udah mentok ngga tahan galau + bosan
sendirian di kosan paling langsung ngungsi ke kosan Mrs. Tsuza. Terus kalau
sudah disana pasti hilang segala gundah gulana (tapi kadangkala juga bisa
memperparah gundah gulana) haha....
Aku membayangkan bahwa Capacity Building ini akan menjadi tak ubahnya seperti kegiatan
Pembantaraan Pramuka yang pernah kujalani selama 4 hari 3 malam saat aku kelas
2 SMA dulu. Kegiatan penuh “penyiksaan” lahir batin, di tengah hutan, diselingi
derai air mata dan pengalaman-pengalaman yang mengenangnya saja rasanya sudah
pusing di kepala. Hehe... maaf untuk kakak-kakak senior, bukan maksudku memprotes. Itu juga termasuk kenangan berharga kok *kalem*
Dan akhirnya, setelah penantian panjang penuh
rasa risau, tibalah juga hari yang dinanti-nanti, tanggal 17 September. Kepala-kepala
plontos berserakan di area poliklinik. Mahasiswa berseragam hitam putih dengan
potongan rambut 1 cm langsung mudah dikenali sebagai calon-calon peserta CB. Beruntung
lah para wanita, tak perlu ada perubahan signifikan dalam penampilan. Haha...
Bertemu
dengan wajah-wajah galau lainnya yang hari itu sama-sama akan menjalani tes
kesehatan sepertinya sedikit memberi perasaan lega. Lebih tepatnya membuatku
tak merasa galau sendirian. Haha.... Dan hasil tes kesehatan hari itu aku mendapat
tanda centang di kolom “normal”. Ya iyalah, secara badan segar bugar begini, beda
cerita mungkin kalau yang dites adalah kejiwaan :P
Dan tanggal 18 menjadi tanggal keberangkatan kami para
gelombang 2. Berangkat di tengah hari saat matahari berada di atas kepala,
sembari menggendong tas ransel dan menjinjing tas besar yang beratnya
seakan-akan bisa membuat tinggiku mnyusut satu Cm (maklum lah perempuan, rempong). Apalagi saat kami
sampai di lapangan A ternyata sudah disambut dengan pemandangan yang aduhai.
Apalagi kalau bukan wajah-wajah hitam kemerahan, sedikit kucal dan berdebu,
dengan suara-suara serak sedang menyanyi-nyanyi (dengan usaha keras agar
terdengar lantang dan bersemangat) meneriakkan yel-yel yang kutahu itu adalah
yel terpanjang yang pernah kudengar sepanjang sejarah kehidupanku *serius*
Dan lebih WOW lagi saat melihat tentara-tentara
berbaju loreng, berbaret merah, berwajah
(tampak) ganas, sedang berdiri garang di depan mereka.
Seringai dan teriakannya seolah mengatakan pada kami “rasakan sekarang
giliranmu (yang dilanjutkan dengan evil laugh)” -_-!
Dan lamunan kami seolah disentak oleh teriakan
para siswa gelombang satu yang bersorak riang sambil melempar topi hitamnya
layaknya para wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan perjalanan panjang
perjuangan. Dan sejak itulah..... dimulailah cerita kami....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....