Kami diberangkatkan dari kampus dengan menggunakan truk (untuk putra) dan bis
(untuk putri). Bus yang kami tumpangi kebetulan ber AC, cukup mengundang rasa
kantuk. Tapi begitu melihat wajah pelatih Borlak (namanya baru ku ketahui ketika menjalani rangkaian kegiatan CB) di bagian depan bis mengawasi, dengan kalimat ancaman bahwa siapa yang
tidur akan direndam di kali Ciliwung, maka segala cara dilakukan agar mata ini
setidaknya tak tampak sedang terpejam.
Begitu sampai…. Ngga kebayang kalau kami akan disambut semeriah ini. Haha... Tapi, baru
datang pun kami sudah diperkenalkan dengan teriakan-teriakan galak para
pelatih. Terutama yang Kowad (sebutan untuk tentara-tentara wanita) noh... Teriak
sana-sini gara-gara ada koper salah satu peserta yang tertinggal di bis dan
akhirnya harus dibawakan oleh pelatih.
Saat turun dari bis kami langsung diteriaki dan disuruh berlari menuju salah satu badan jalan raya untuk berkumpul dan duduk sebentar disana. Setelah tentunya sempat diberikan pengarahan sebentar sembari duduk beralaskan aspal panas di siang itu, kamipun berjalan beramai-ramai menuju Makopassus dengan diiringi marching band oleh prada-prada Kopassus plus nyanyian yel-yel bak satria muda yang baru kembali dari medan perang. Itulah sambutan yang diberikan kepada kami begitu sampai di ranah Cijantung.
Foto: Pelatih Hendri |
Setelah sampai di Makopassus kami langsung
dibariskan rapi di depan salah satu gedung bernama Nanggala. Dan di situlah
kami dibagi ke dalam kompi dan pleton. Aku masuk ke kompi 1 (untuk selanjutnya
disebut kompi A) pleton 3. Dan di sinilah pertama kali kami mengenal pelatih
yang nantinya akan menjadi Danton kami, pelatih Hendri. Pelatih gahoel yang kompor
abis. Haha...Bakal tahu kenapa disebut kompor nanti kalau udah ke
belakang-belakang hari. Dan tentu saja makin girang saat “partner-in-crime” ku, Mrs. Tsuza, akhirnya satu pleton
denganku, alamat bakal ada sesuatu nih #kode
Oke, langsung lah menuju barak untuk pembagian velbed (surga kecil tempat kami melepas lelah alias tidur). Kami ditempatkan di sebuah gedung (barak) yang dari penampakannya sepertinya sebuah bangunan tua. 100 orang siswi ditempatkan di satu ruangan di lantai dua, sementara putra dibagi ke ruangan-ruangan di lantai 3 dan 4. Dari awal masuk pintu, aku dan Mrs Tsuza sudah menempel bak perangko *strategi*. Dan akhirnya Allah mengiyakan untuk membiarkan kami tidur berdampingan velbed *girang*.
Oke, langsung lah menuju barak untuk pembagian velbed (surga kecil tempat kami melepas lelah alias tidur). Kami ditempatkan di sebuah gedung (barak) yang dari penampakannya sepertinya sebuah bangunan tua. 100 orang siswi ditempatkan di satu ruangan di lantai dua, sementara putra dibagi ke ruangan-ruangan di lantai 3 dan 4. Dari awal masuk pintu, aku dan Mrs Tsuza sudah menempel bak perangko *strategi*. Dan akhirnya Allah mengiyakan untuk membiarkan kami tidur berdampingan velbed *girang*.
Dalam pengaturan peletakkan barang di masing-masing
velbed pun ada aturannya. Dimana semua barang harus diletakkan di bawah velbed
dan jangan sampai kelihatan dari luar. Yang boleh ada di atas velbed hanyalah
selimut dan mukena berkantung rapi. Sementara untuk barang yang diletakkan di
bawah velbed pun urutan peletakkannya juga ditentukan. Jadi harus diurutkan
mulai dari sepatu pantofel, kemudian sepatu olahraga, dilanjutkan dengan
peralatan mandi, barulah kemudian tas-tas. Pokoknya semuanya harus rapi!
Setelah seluruh siswa mendapat jatah velbednya
masing-masing kami pun dipersilahkan untuk istirahat hingga selepas maghrib.
Setidaknya saat itu kami masih diberi kesempatan sholat ashar, tak seperti
gelombang satu yang katanya sholat asharnya sampai dijamak dengan maghrib -_-!
Dan selesai sholat maghrib, tibalah saat
pertama kalinya kami makan... hmmmmm.... S-E-S-U-A-T-U... haha.... sebelum
makan saja harus dihadapkan dengan serentetan aturan yang lumayan berhak untuk
mendapat predikat ribet. Tapi, setidaknya tidak lebih ribet dari LDK OSSIS ku
dulu dimana sebelum makan masing-masing orang bergiliran harus meneriakkan kalimat semacam
password. Dan itu harus diulang hingga sekian kali sampai benar-benar terdengar
di seluruh penjuru lapangan.
Sebelum makan ada pengumuman dari pelatih.
Pasalnya mereka akan mengumumkan daftar nama siswa/i yang mendapat pita putih
dan pita hijau. Pita putih adalah tanda bagi siswa/i yang tidak diperbolehkan
mengikuti kegiatan berat dan sedang. Sementara pita hijau adalah tanda bagi
siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan berat. Sempat beberapa kali
kaget sambil berpikir “Hah?!?!? Dia dapat pita putih/hijau?!?!?” apabila ada
teman yang selama ini kutahu sehat lahir batin ternyata ikut dipanggil menjadi
siswa/i yang dinyatakan sakit. And me? Pita merah saja. (pita merah adalah
tanda bagi anggota kompi A, pita biru untuk kompi B, dan Kuning untuk kompi C). Haha…
Setelah itu kami dipisahkan menjadi dua kelompok besar yaitu putra dan putri. Kemudian masing-masing
kelompok harus duduk berbaris dan berhadap-hadapan (putra dengan putra, begitu
pula putri dengan putri). Kemudian nasi kotak dibagikan plus 2 gelas air minum. Itupun harus
dibariskan sampai benar-benar lurus. Kotak makan bagi masing-masing pasangan
harus diletakkan berdempetan, begitu juga dengan aqua gelasnya. Bahkan sedotan
pun juga
harus diluruskan.
Kami makan dengan diawasi banyak pasang mata.
Banyak sekali pelatih yang berkumpul di sana. Mulai dari yang sudah berbaret
merah, yang masih bertopi hitam, yang sudah berumur, sampai yang masih muda
belia. Dan sempat tertegun melihat mbak-mbak kowad yang penampilannya membuatku
tidak yakin kalau mereka pernah dijemur di bawah terik matahari. No kulit item,
no muka kusam. Cling cling semua. Dan wajahnya itu unyu-unyu. Ternyata tak cuma polwan-polwan yang
jadi pembawa acara berita traffic jam di tv aja yang cantik-cantik. Disini ada
beneran ternyata. Haha....
Foto (dari kiri pembaca) : Pelatih Putu, yang tengah aku lupa (maaf), pelatih Linda |
Kembali ke Makopassus.... Setelah seluruh prosedur persiapan makan selesai, kami pun mulai menyantap sang nasi kotak (di kemudian hari dua kata ini bakal eksis banget). Hooo, tapi jangan dikira kami menghabiskan nasi kotak itu dengan gaya anggun cantik nan mempesona. Kami harus menghabiskannya dalam waktu lima menit? Hufffttt... (ke belakang nanti bakal nyusut jadi 3 menit atau bahkan 2 menit). Tapi setelah percobaan pertama kalinya, aku bisa meyakinkan diriku bahwa itu bukan hal yang sulit #tukang makan#
Tapi, yang membuat suasana perut agak syahdu justru
adalah kelanjutan dari makan malam itu. Subhanallah.... Astagfirullah.... masih
ada yang harus dituntaskan? Intip punya intip ternyata di atas meja sana tampak
malu-malu menunggu tumpukan kotak-kotak berukuran lebih kecil. Rupanya itu
adalah kotak snack. Ya, kami diharuskan makan (lagi) satu kotak snack itu -_-!
Pengen ngelempar itu snack ke luar jendela rasanya. Cuma takut sama Allah,
mubadzir katanya :’) Selain tentunya takut dengan omelan garang para pelatih :D
Selesai ritual makan malam yang cukup
mencengangkan itu usai kami pindah ke lapangan yang letaknya di depan barak.
Untuk pertama kalinya kami diajarkan bagaimana caranya apel. Dan setelah itu
dilanjutkan dengan absensi. Dan setelah serangkaian kegiatan itu selesai, maka
berakhir pulalah rangkaian kegiatan kami hari itu. Kami bersiap tidur.
Tapiiii.... hmmm.... ingat, itupun belum pembukaan lho, besok adalah the real
war. Hohoho...
Hari Pertama (Rabu)
Heboh ngga sih jam setengah 3 udah ada suara
gemericik air dari kamar mandi. Padahal setidak-tidaknya aku memprediksi kalau
kehidupan baru akan dimulai sekitar ya minimal setengah empat lah. Ngga nyangka
ternyata bakal sepagi ini. Ya, tapi wajar lah, baru hari pertama, rasa takut
telat masih kental banget terasa. Dan akhirnya mau tak mau aku pun juga ikut
beranjak dari surga kecilku.
Jam 5 sesuai arahan dari pelatih semalam, kami
pun berduyun-duyun turun menuju lapangan depan barak. Persiapan apel pagi.
Setelah itu sarapan pagi. Dan nampaknya perut dan kerongkonganku mulai
bersahabat dengan cara makan kilat itu.
Setelah sarapan kami pun digiring (berasa kayak
living thing
yang lain, baca: hewan) menuju Nanggala. Apalagi kalau bukan untuk Upacara Pembukaan.
Kaki mulai 5L karena berdiri lama. Tapi itu belum seberapa, perjuangan sang
kaki baru akan dimulai setelah ini.
Agenda selanjutnya adalah.... Long March!!!
Ngga long-long
amat sih, tapi lumayan lah untuk menggetarkan
lutut plus menghabiskan suara karena terus meneriakkan
yel-yel sampai itu rute habis. Dan yang pasti dalam long march itu kami (para
mahasiswi nan cantik dan tangguh) lalui dengan menggunakan rok dan sepatu
pantofel yang mungkin beberapa di antaranya ada yang ber hak tinggi. Hmmm....
Di sepanjang perjalanan, jika bertemu dengan
tempat-tempat penting kami akan diberhentikan dan diperintahkan untuk jongkok.
Kemudian kami diberi arahan untuk melihat ke sebuah tempat maupun bangunan
sebagaimana yang ditunjuk oleh pelatih. Itu dilakukan berkali-kali dengan
suasana yang tentunya makin hot karena matahari makin merangkak ke arah
ubun-ubun. Dan ketika matahari kira-kira pas banget buat waktu dhuha nih *alim*,
kami mangkal sebentar di samping sebuah bangunan (aku lupa namanya) yang cukup
rindang dengan naungan pepohonan. Tempat yang cukup sejuk untuk acara yang
lumayan menarik pagi itu.
Dan muncullah sosok
kalau-kalian-ngga-kenal-saya-itu-artinya-keterlaluan ke hadapan kami. Pertama
kali melihat sosoknya... menyeramkan. Tapi begitu ngoceh, eh maaf, ngomong
maksud saya, kocak, asik, gahoel, dan yang pasti JOSS adalah semangatnya,
Subhanallah..... Inilah dia pelatih Galih. Pelatih khusus per-yel yel-an,
pembakar semangat kompi A. Dan agenda istirahat kala itu adalah makan snack dan
latihan yel-yel. Yel panjang lebar dengan gerakan super riweuh (menurutku kala
itu). Tapi, aku mulai bisa merasakan feel nya, semangatnya, dan......
sesuatunya. Haha... Mungkin sejak kegiatan inilah bagiku yang disebut dengan
lupa dimensi waktu, kalau kata Mrs. Tsuza :D
Setelah cukup puas teriak ini itu dan goyang
sana sini, dan juga kenyang tentunya, kami pun melanjutkan perjalanan. Dan
tentunya matahari makin ketawa lebar di atas kami. Dan lebih sesuatu lagi saat
kami di depan sebuah bangunan (yang lagi-lagi aku lupa namanya) diperintahkan
tiarap di atas aspal panas untuk sekian menit. And then jalan jongkok (ingat,
di antara kami ada yang sepatunya ber hak tinggi).
Setelah makan malam, kami diajarkan yel-yel.
Dan heran, kok anak-anak pada bawa catetan semua ya (mayoritas). Sementara itu
sebagian kecil orang (termasuk aku dan Mrs. Tsuza) ngga tau sama sekali kalau
disuruh membawa catatan. Ini emang tergantung ketajaman pola pikir siaga masing-masing
orang atau memang tadi ada pelatih yang memberi instruksi untuk membawa catatan
tapi kami tak dengar? But, no problem lah, kata pelatih juga tak apa-apa. Nanti
nyewa aja catatan teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....