Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Selasa, 13 Maret 2012

Gendut?


Pengen curhat nih, setelah kemaren sempet berantem dengan salah satu teman cewekku gara-gara masalah penampilan.
“Ndut!” kakekku memanggil.
“bunder” kata orang-orang.
“bal (bola)” kata teman-teman SMA.
Julukan-julukan itu sudah biasa kudengar. Dan hidupku bahagia-bahagia saja diberi panggilan seperti itu. Karena memang seperti itu kenyataannya. Toh, hidupku juga masih lancar-lancar saja dengan kondisi fisik yang seperti ini. Sampai kuliah hingga semester 2 pun aku masih menikmati menjadi seseorang yang dipanggil gemuk.
Oke, sebelumnya. Haha, Cuma di blog ini nih aku bocorin berat badanku. Wkwkwk…. Tinggiku sekitar 159. Menurut salah satu rumus yang pernah kubaca di internet. Untuk menghitung berat badan ideal adalah dengan rumus: (tinggi badan-100)-(10%*(tinggi badan-100))
Jadi nih ya kalau dihitung-hitung berat badan idealku itu
= (159-100)-(10%*(159-100))
=59-5,9
=53,1 kg
Dulu, sampai aku kuliah semester 2, taukah berapa berat badanku? Hehe, 58, kadang hampir 60. Haha #ketawamiris. Overweight kan? Banget.
Tapi aku ngga terlalu mikirin. Sampai pada suatu saat, karena suatu hal perkara sebab akibat peristiwa (apadeh) yang akhirnya membuatku sedikit agak menuju stress. Haha. Dan bla bla bla, pokoknya intinya kemudian mulai semester 3 aku mulai mengikuti program diet. Ya, kurang lebih berjalan setahun lah. Dan itu lumayan sukses. Berat badanku saat menjelang liburan di akhir semester 3  adalah 54 kg. dan kemudian terus berlanjut hingga 52 di akhir semester 4.
Oke. Dan kemudian pulanglah saya dalam rangka libur puasa-lebaran. Dan entah kenapa alasannya waktu itu, yang jelas bukan karena berdiet, nafsu makanku selama puasa turun sangat-sangat drastis. Bisa diumpamakan aku hanya makan sahur 3 suap nasi terus buka puasa dengan segelas es dan sepotong kue pun aku sudah sangat-sangat kenyang. Dan itu benar-benar berlangsung selama bulan puasa. Entah saking drastisnya menurun pola makanku, sampai siklus menstruasikupun ikut terganggu. telat 1 bulan. Panik. Tapi kata orang, keterlambatan seperti itu salah satunya bisa disebabkan karena perubahan pola hidup yang sangat drastis, termasuk pola makanku itu mungkin ya. Dan benar saja. Di akhir bulan puasa beratku fantastis turun hampir mendekati 45. #shock? Ngga. Seneng malah. Karena ya itu tadi, memang dari awalnya pengen kurus, walaupun sudah tidak diet.
Tapi kemudian lebaran tiba, tau sendiri kan gimana lebaran, camilan bertebaran dimana-mana. Makanan-makanan bergula berserakan di seluruh penjuru rumah. Dan jadilah berat badanku sedikit mengalami perbaikan. 49 kg. Masih seneng? Iya. Masih tergolong kurus soalnya.
Dan tibalah kemudian waktu aku akan kembali ke perantauan setelah libur panjang itu. Sehari atau dua hari sebelum berangkat aku nimbang ke apotik bareng ayahku (ayahku sendiri hobi banget datang ke apotik itu cuma buat nimbang). Ayahku yang tau berat badanku duluuuuuu itu, kemudian tahu kalau berat badan terakhirku jadi 49, ih waw, langsung…. Aku dikhotbahi pagi siang sore malam.
Dan satu hal yang pada akhirnya membuatku benar-benar ngerasa takut, sangat-sangat takut malah. Waktu ayahku menceritakan tentang salah satu temen wanitanya di kantor. Dia ini katanya dulu semasa sekolah juga diet-diet begitu. Nah begitu sudah berumah tangga, si ibu ini, naudzubillah, ngga bisa punya anak. Mereka sudah menghabiskan ratusan juta agar bisa punya keturunan. Dan setelah diperiksakan ke dokter ternyata salah satu penyebabnya adalah diet. BAYANGPUN!!!!
Hati wanitaku yang lembut ini…. Ehemmm…. Ehehe, hatiku maksudnya, langsung takut setengah mati. Baru membayangkan si ibu itu saja rasanya sudah nelangsa. Apalagi membayangkan kalau itu sampai terjadi pada diriku sendiri. Astagfirullah. Ya Allah…. Naudzubillah. Terenggut sudah kesempurnaan sebagai seorang wanita (-_-‘!l)
Dan semenjak kembali dari liburan penuh khotbah itulah di semester 5 aku mulai memperbaiki kembali pola hidup dan pola makanku. “Say no to Diet”, makan yang biasa-biasa saja, penuhi gizi dan jaga kesehatan. Selain karena rasa takutku sendiri juga sebenarnya karena ayahku yang selalu mengontrol. Bayangkan saja apa ngga ngenes kalau ayahku sampai bilang “ngeliat kamu kurus tuh ayah jadi susah. Orang tua itu mikir kalau ngeliat anaknya kelihatan kurus. Takut anaknya kenapa-kenapa, takut kirimannya kurang, dsb” adudududuhhh, awas jadi anak durhaka bikin orangtua susah.
Dan akhirnya menjelang pulang libur akhir semester 5 berat badanku sudah berkembang lagi jadi 51. Dan aku pulang dengan ceria dong. Minimal tidak separah yang kemarin-kemarin. Tapi ternyata segitu itu masih terlalu kurus untuk ukuran orang-orang rumah. Aku baru datang itu diliatin sama ibuku. Kita sejenak saling pandang. Lha kok terus kalimat pertama yang muncul dari ibuku adalah “nyangik” katanya (baca: kurus banget). Ngik ngik… dan begitulah akhirnya, liburan kali ini pun masih penuh khotbah.
Dan walhasil selama 3 minggu di rumah itu apapun jenis makanan pasti dibelikan oleh ayah ibuku. Dan pasti kumakan. Makmur sejahtera sehat sentosa pokoknya. Dan akhirnya berat badanku berkembang lagi jadi 53, sampai sekarang.
Oke. Panjang yak. Tapi, itu baru preambule. Haha, hiburan sejenak lah nulisin perjalanan panjang kegalauanku mengurusi berat badan.
Haha. Dan sekarang kita masuk inti permasalahan. Nah, jadi liburan itu aku udah bahagia sentosa kan. Bebas makan tanpa memikirkan takut gemuk dan lain perilah. Hidup bahagia menyongsong masa depan dengan penuh percaya diri dan keyakinan tinggi. #oke.
Inti permasalahan kenapa aku nulis ini adalah setelah terjadi insiden kecil di tengah hari-hari tenangku menikmati liburan. Insiden ini adalah antara aku dan teman cewekku semasa SMP. Dia cantik, tinggi, langsing, cantik pokoknya, jauh lah kalau dibandingkan dengan aku yang biasa biasa saja ini. Ahahah…
nah, dia itu padahal di mataku sudah sangat sangat sempurna lah kalau dari sisi penampilan, tapi dia itu masih ngoyo banget diet katanya pengen mencapai berat badan yang menurutku ngga realistis banget kalau dibandingkan dengan tinggi badannya. Dan yang lebih mencengangkan lagi, dan membuatku sedikit terdiam sejenak menarik nafas adalah setelah mendengar alasannya dia? Apa itu? Yaitu agar pacarnya tambah sayang -_-! Oke-oke, kuakui dia ini dilihat dari sejarah perjalanan cintanya emang bersinar lah ya. Beberapa pacarnya yang kukenal memang rata-rata punya wajah yang di atas standar. Pas lah sama dia. Tapi, ya ngga terus dijadiin alasan untuk diet juga kali.
Nah, ini nih, ini…. Ini titik permasalahan yang bikin kami sempet HAMPIR ngambekan (ngga sampai putus hubungan persahabatan dong pastinya). Setelah berdebat panjang lebar. Yang akhirnya sms an kami diakhiri dengan kalimat menggantung yang ngga enak banget. Akhirnya aku ngalah, dalam artian berhenti bales sms (bukan ngalah dalam arti minta maaf. Haha) dan menunggu beberapa saat untuk mendinginkan pikiran. Daripada perang sms semakin memanas dan ujungnya malah lebih ngga enak lagi. Dan nyatanya dia juga diem aja ngga bales sms. Haha, yayaya, pada akhirnya aku yang minta maaf kok. walaupun dalam hati tetep aja aku ngga terima dengan pendapat dia. Biarlah dia tetep kukuh dengan dietnya.
Makanya waktu malam terjadinya pertengkaran itu aku apdet status facebook yang agak bernada emosi. Intinya begini bunyinya “heii!! Aku lebih takut ngga bisa punya anak ya daripada takut gemuk. Kalau ada yang suka sama kamu cuma karena bodymu, nanti kalau ada yang lebih seksi pasti kamu ditinggalin.” habisnya aku kesel (-_-‘!l)
Kenapa dia cuma demi pacarnya rela menyikasa diri begitu.dan lagipula dia itu udah ngga gemuk. Apanya lagi yang mau didietin. Iya sih emang dia ngga seseksi personil SNSD itu, tapi yang dia itu udah bisa dibilang ideal lah. Aku kalau berdiri sama dia aja masih kadang merasa seperti angka 10. Padahal kan kalau seorang laki-laki nih ya, misalnya suka sama cewe, terus cewe itu jadi gemuk dan kemudian si cowo ninggalin, apa ngga kurang ajar itu namanya. Ooppss,… maksudku, apa ngga mengerikan juga tuh, kalau dapet pasangan hidup hanya melihat dari penampilan luar saja. Jangan-jangan kalau nanti kita gemuk karena baru melahirkan, dia sibuk nyeleweng di luar sama cewe-cewe yang lebih seksi. Atau kalau misal nanti wajah kita sudah keriput menua, jangan-jangan dia sibuk selingkuh sama yang lebih muda. Adududuhhhh, membayangkan saja rasanya pengen nangis. #serius
Mumpung temenku itu ngga tau blog ku ini ya, jadi bebas curhat nih. Kalau dia baca pun juga ngga apa-apa. Toh kita sudah sama-sama dewasa. Bisa mengambil sikap masing-masing. Sudah punya pilihan hidup sendiri-sendiri.
Pokoknya aku mewanti-wanti diriku sendiri saja. Ingat kata ayah, ingat kata sahabatku , inget kata teman-temanku. Pokoknya satu yang kuingat. Syukur Alhamdulillah aku sampai detik ini masih diberi kesehatan. Ngga gampang flu, ngga gampang sakit. Ngga punya penyakit aneh-aneh. Jauh dari maag, stroke, diabetes, kanker, tumor, leukemia, dan apapun itu nama-nama penyakit yang mendengar orang lain menderitanya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri. Jaga kesehatan, syukuri hidup, dijaga apa yang sudah diberi, dan yakin pada Allah. Jangan takut ngga dapet jodoh hanya karena fisik ngga sempurna, karena aku tidak ingin dan tidak mau disukai orang hanya karena penampilan. Itu bukan cinta, itu nafsu. Fisik akan menua, tapi hati tidak. Jadi kalau mau mencintai ya cintailah hatiku. Uhuk uhuk…. Kok jadi mengarah kesini. Kembali! Oke… jaga kesehatan pokoknya, jangan nyusahin orang tua kalau sampai ada penyakit aneh mampir ke kita Cuma karena pola makan ngga sehat. Kalau kita sakit kan yang susah juga orang-orang di sekitar kita. Temen-temen, ortu, repot semua juga kan? Lagipula hidup terlalu indah untuk dibikin stress. Nikmati, make it beautiful. Banyak berdoa untuk yang terbaik saja. Ngga usah aneh-aneh dan neko-neko. Menerima apa adanya, dan berarti yang mau kuterima juga harus menerimaku apa adanya. Ahahah… kesitu lagi arahnya….  :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....