Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Minggu, 21 September 2014

SEPATU

Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri 

Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan



Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan


Kita sadar ingin bersama
Tapi tak bisa apa-apa
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.

(Lirik lagu Sepatu by Tulus)


Suka sekali dengan lagu ini. Liriknya bagus dan nadanya oke. Pertama mendengarkan karena ada mba-mba meja sebelah yang selalu dengan pedenya menyanyikan lagu ini cukup keras :D
Video clip-nya susah dimengerti awalnya. Tapi setelah membaca komen-komen orang, ternyata kesimpulan video ini adalah tentang cinta kakak beradik tiri yang sama-sama buta. Hmm... 


Rabu, 17 September 2014

Mudik untuk Bersih-Bersih

      Setiap kali pulang ke rumah, dalam rangka apapun, seberapa lamapun, agenda pertama yang harus dilakukan (setelah mandi, makan, istirahat sejenak dan mengobrol sebentar) adalah bersih-bersih.

       Karena setiap pertama kali menginjakkan kaki di rumah setelah sekian hari/minggu/bulan, kesan pertama yang ada pastilah "kotor", "berantakan", dan "suram". Hingga hal pertama yang kucari ketika sampai di rumah adalah sandal karena tanpa itu niscaya aku akan berjalan bahkan dari kamar ke ruang tamu dengan berjingkat. Berdebu.

       Awalnya berpikir betapa manja dan sombong aku jadinya. Mentang-mentang sudah lama hidup di ibukota, kemudian menjadi 'alergi' dengan rumah di desa. Bahkan badan inipun jadi ikut manja. Bertemu debu sedikit, bersinnya tak henti-henti. Terkena air dingin sedikit, gatalnya bukan main. Walaupun demikian, tetap saja, tiada hari yang paling dirindukan selain mudik.

       Mungkin ibu terlalu sibuk hingga tak sempat membersihkan seluruh bagian rumah. Terlebih lagi tipe rumah jawa yang luasnya cukup untuk membuatku merasa langsingan saat nekat mengepel semuanya. Ya, berkeringat. Deras. Bercucuran. Terlebih lagi ada anak kelas 1 SD yang hobinya masih mengacak-acak rumah dan main kotor-kotoran. I know what u feel, Mom...

       Bersih-bersih...
      Mengembalikan semua ke tempatnya, merapikan tatanan rumah seperti sedia kala, membersihkan setiap sudutnya, dan membuang yang tidak perlu (hingga seringkali orang rumah mengomeliku karena barang yang seharusnya masih diperlukan juga ikut kebuang) :D

     Dan setelah bersimbah darah keringat, maka barulah aku bisa berjalan-jalan tanpa sandal, bisa beraktivitas dengan bebas tanpa bersin-bersin, dan bisa menikmati hidup dengan nyaman. Dan suasana rumah yang tadinya kotor jadi bersih, berantakan jadi rapi, dan suram jadi cerah. Kalau sudah begini, barulah aku bisa meninggalkan rumah dengan tenang.

     Karenanya, seringkali aku berpikir... Akan jadi seperti apa rumahku jika aku lama tak pulang. Akan setebal apa debu disana jika aku jarang menengok. Bagaimana jika tamu-tamu ayah datang ke rumah. Bagaimana jika teman-teman ibu berkunjung. Lalu, selelah apa ibuku jika harus bersih-bersih sendiri kalau ada acara tanpa aku disana. Seperti sebelum-sebelumnya. Acara syukuran, halal bihalal, keluarga jauh datang, semuanya tanpa aku disana, jadilah ibu harus bersih-bersih sendiri, dan itupun tetap saja tak sebersih ketika aku datang.

      Haha... dan (yang ngga penting banget) aku pun berpikir jika nanti calon suamiku berkunjung ke rumah. Hahahaha...

   Karenanya, selelah apapun, mari kita pulang. Untuk bertemu ibu, bertemu ayah, bertemu adik-adikku, bertemu kakek. Dan satu lagi.... Untuk  bersih-bersih :D

Note:
1. Adikku yang ganteng: jangan suka berantakin rumah ya, main yang rapi :P
2. Adikku yang cakep, jaga kebersihan! Kamar sendiri lah minimal :)
3. Kakekku tersayang... hehe... ayamnya disembelih aja boleh? biar ngga bikin kotor halaman depan :D
4. Ayahku tercinta.... priyayi itu resikan lho :P
5. Semoga ibu selalu sehat. Banyak sekali check list pekerjaan harian yang harus ibu lakukan. Bersih-bersih... tak papa... serahkan padaku saja :'D

Kamis, 11 September 2014

Diklat Prajabatan Golongan II Periode II


 Link Youtube:
Video Prajab

5 - 23 Mei 2014 @Wisma Duta Wiyata, Komplek Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Jakarta, Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jaksel

H-Banyak

Masih santai tapi deg-degan karena hari-H makin dekat. Menyempatkan diri untuk pulang kampung seminggu sebelumnya demi mengambil perlengkapan yang diperlukan (males beli baru). Menyempatkan survei tempat agar tidak tersesat ketika kelak berangkat. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari cerita para pendahulu.

H-1

Mulai menata koper, setrika ini itu, cek sekali lagi list barang yang harus dibawa, dan menyiapkan mental yang pasti. Sungguh yg terakhir ini lumayan berat. Membayangkan apa yang akan terjadi besok, dan mencoba merefleksikan beberapa adegan berdasarkan cerita teman-teman yang sudah berangkat pada gelombang sebelumnya.

Hari-H

Berangkat naik taksi bersama dua orang teman yang lain sekitar jam setengah 2. Perjalanan terasa begitu mendebarkan. Sesaat ikut larut dalam obrolan ini itu. Namun, kemudian lebih banyak diam dengan pikiran masing-masing.
Dan sampailah kami di Wisma Duta Wiyata, tempat yang dituju. Tempatnya... lumayan...
Sudah ada beberapa teman lain yang check in. Kepala-kepala lelaki yang hampir plontos mewarnai pemandangan disana-sini.

Check-in. Kamar A-106, bersama dua orang temanku yang lain. Sebut saja Weka dan Endang :D

Sore hari sekitar pukul 5 kami bersiap untuk upacara pembukaan. Dengan mengenakan batik, untuk pertama kalinya kami dikumpulkan di sebuah aula besar. Masih di-handle orang-orang BPPK.
Agendanya sore itu adalah pembagian berdasarkan kelas, penunjukan ketua kelas tetap, dan penunjukan senat (ketua angkatan) serta wakil senat.
Aku lupa agenda lainnya, sepertinya maghrib sudah selesai. Dan setelah itu tinggal makan malam dan istirahat sebelum esok hari semuanya akan benar-benar dimulai.

Hari Pertama:

Hari pertama diwajibkan mengenakan kaos orange yang sudah disediakan panitia. Acara lengkapnya aku lupa. Yang bisa kuingat adalah pagi itu kami diharuskan lari bolak-balik kamar-lapangan tiga kali. Alasannnya karena kami lelet waktu disuruh kumpul. Jadilah dalam hitungan sepuluh kami sudah harus mengunci diri di dalam kamar. Dan ketika peluit berbunyi maka secepat mungkin kembali ke lapangan. Begitu seterusnya sampai 3 kali. Dan hati-hati ketika di dalam kamar, jangan lupa pintu dikunci dari dalam. Karena kalau kunci masih tergantung di luar, siap-siap aja dikunciin sama pelatih #sungguh ini terjadi#

Kemudian kami diperkenalkan dengan merayap, merangkak, dan guling. Hari pertama masih ringan. Everything is okay. Saya kuat!!! :D

Tapi yang ngga kuat itu adalah momen makan. Momen makan menjadi saat yang sangat mengerikan. Yang mengerikan bukan makannya. Tapi minumnya. Setelah makan seporsi BESAR, kami masih diharuskan menenggak habis air mineral 600ml (T.T). Aye kagak kuat ngadepin yang ini. Dengan curi-curi terpaksa aye buang-buang itu air. Ampuni hamba ya Allah...

Hari pertama kami tidur sangat larut.  Lewat tengah malam. menyempatkan diri sedikit membersihkan lumpur-lumpur yang nemplok di baju (banyak banget. itu baju udah ngga ada rupa) karena besok baju itu harus tetap dipakai.

Hari Kedua:

Udah dapet spoiler sih dari gelombang sebelumnya. Hari kedua adalah puncak penderitaan (-_-'!)
Dan benar. Everything is no longer fine. I'm sick. Very sick. Se-sick sick nya.
Masih tetap seperti kemaren, lari bolak balik kamar-lapangan tiga kali. Dan kemudian pelatih tanpa disangka melakukan sidak PUDD (sidak kerapian kamar). Bagi yang (menurut pelatih) kamarnya tidak rapi, kami disuruh berlari keliling lapangan sambil memanggul selimut dan berteriak "PUDD saya jelek!". Dan aku? Termasuk lah pasti :D (Padahal perasaan itu kamar udah rapi serapi rapinya.

Dan kemudian, penderitaan yang sesungguhnya pun dimulai. Sudah tak ingat lagi penyebabnya, yang pasti, merayap keliling lapangan, melewati lumpur-lumpur becek, merangkak entah berapa kali bolak-balik melintasi lapangan bola, dan yang paling memusingkan adalah GULING. Iya, guling. Gegulingan.

Untuk part ini mungkin alangkah lebih baiknya jika membacanya tidak sembari makan. Karena sungguh, aku menuliskannya saya sudah mual. Apalagi membayangkannya. #pucat

Entah saat itu karena apa #lupa# pelatih menghukum kami. Kami disuruh guling dari ujung lapangan sampai ujung lapangan lagi. Balik lagi. Guling lagi. Entah berapa kali. Tak terhitung sudah berapa orang yang mengeluarkan isi perutnya di sepanjang lintasan lapangan. So, spot-spot mun*ta*h*a*n pun bertebaran di hamparan lapangan itu. Dan kami harus tetap berguling di atasnya. Tak boleh menghindar, atau hukuman kami akan dilipat gandakan.

"Muntahkan saja! Biar lega!" begitu teriak pelatih. Jadi, ketika itu, muntah adalah main stream. Hanya orang-orang terpilihlah yang bisa bertahan. Termasuk aku. Hampir. Tapi ngga. Eh, salah. Belum.

Beruntung kami perempuan hanya berguling 3 kali bolak-balik. Setelah itu kami disuruh tidur berjajar di tepi lapangan bak ikan asing sedang dijemur. Tengkurap, mencium bumi. Biar cinta tanah air katanya. Baiklah....

Tapi bagi para lelaki, mereka terus digulung entah sampai berapa kali lagi. Melihatnya saja rasanya ingin menangis. Kasihan. Wajah mereka sudah pucat pasi. Ada yang muntah sekali, dua kali, bahkan mungkin tiga kali pun ada sepertinya. Sabar ya... Badai pasti berlalu.

Jam 9, kegiatan gegulingan dihentikan. Karena itu adalah jadwal snack pagi. Snacknya... Seplastik kacang hijau, tahu goreng, kue lapis, sebutir telur rebus setengah matang, seplastik teh tawar, dan tak ketinggalan, 600 ml air putih botolan. Melihat menu yang harus dihabiskan itu saja sudah pucat, apalagi menghabiskannya. Dan walhasil, air 600 ml itu lagi-lagi akan kubuang. Akan. Baru akan, tapi gagal. Karena pelatih mengawasi. Hahahahahaha...

Jadilah dengan wajah pucat pasi, karena makanan yang tertelan rasanya sudah sampai di tenggorokan, susah payah kuhabiskan air itu. Belum lagi telur setengah matang yang mengundang gejolak dalam perut. Gyahhhhh,,,,,

Udah gitu pakai neko-neko suruh duduk berdempetan. terus kita suap-suapan air gitu sama temen di samping. Udah perut ngga enak, posisi minum ngga enak. Dan jadilah, pertahanan ini akhirnya runtuh #muntah.

Dan seiring dengan keluarnya isi perut, keluar jugalah isi mata. Nangis T.T
Malu, tapi apa daya. Tak tertahankan. Dan ketika itu ada pejabat BPPK sedang meninjau. Itu bapak langsung mendekat dan nanya "Mba ngga papa. Duduk sini aja dulu kalau ngga kuat." Tapi aku dengan sok tegarnya bilang "Ngga papa, Pak." Weekkk...

-bersambung-