Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Sabtu, 29 September 2012

Capacity Building STAN Part 6 (Epilog)


Sabtu, 29 September 2012. Setelah sekitar 3 hari menganggur tanpa tujuan hidup (dramatisasi) akhirnya hari ini aku memutuskan untuk menjemput sahabatku yang siang ini akan pulang dari CB gelombang 3. Selain itu juga sekaligus dalam rangka memenuhi undangan Kompi A untuk kumpul-kumpul kembali. Hmmm, gelombang 3 dipangkas waktu CB nya jadi cuma sampai hari Sabtu. Membuatku sedikit bersyukur bisa mendapat waktu lebih lama mengukir kenangan disana *terharu*

Waahhhh..... melihat kembali baret merah rasanya senang sekali. Mendengar lagi banyolan pelatih Hendri dan pelatih Galih benar-benar sesuatu sekali. Serasa bertemu kawan lama *sok akrab*. Dan suasana CB kembali terbawa saat kompi B alumni CB gelombang 2 kompak menyanyikan yel Salam Satu Cinta nya. Hmmm..... terharu... *serius*

Tak banyak pelatih yang ikut hari itu. Aku hanya melihat pelatih You-Know-Who (maaf, sampai sekarang aku belum ingat namanya), duo kompor (pelatih Hendri & Galih), Trio kwek-kwek, pelatih Roxy, dan satu lagi Cako yang aku lupa namanya dan pelatih Joseph.

Setelah gelombang 3 dibubarkan sebenarnya masih ada sesi foto-foto untuk terakhir kalinya bersama para pelatih. Tapi aku memilih untuk tidak ikut karena tampaknya sahabatku sudah begitu lelah dan aku ingin segera mengantarnya pulang. Dan sepanjang perjalanan kampus-PJMI (kosan sahabatku) rentetan cerita tentang CB mengalir mulus dari kami berdua. Haha hihi mengenang ini itu, ketawa saat ternyata kami merasakan hal yang sama. Haha....

Capacity Building, bahkan berminggu-minggu setelah acara itu berakhir, cerita tentang kegiatannya masih tetap menjadi topik seru yang menarik untuk diperbincangkan. Di acara kumpul kelas, kumpul kosan, kumpul-kumpul bersama sahabat, selalu saja kenangan tentang CB nyempil. “gagal move on” istilah yang aku dan dua orang sahabatku pakai untuk menyebut sindrom CB-nisme ini. Malah ketika aku dan teman-teman tingkat satuku kumpul-kumpul makan malam, sempet ada yang BT gara-gara kita terus-terusan ngebahas CB, padahal saat itu kita harusnya ngomongin rencana jalan-jalan bareng kelas. Haha….

Bahkan di dua momen penting kami selanjutnya, yaitu judisium dan wisuda, CB tetap terbawa-bawa. Saat judisium misalnya, kami kembali dikumpulkan per gelombang CB. Kemudian kami bergiliran menggetarkan gedung G dengan teriakan yel-yel per gelombang. Aku yang saat itu berada di tribun atas saja sempat khawatir kalau lantai yang kuinjak akan runtuh karena hentakan kaki kami :D Dan tentunya tak lupa juga foto-foto selama CB ikut terpampang di slide kenangan yang diputar oleh sekre.

Dan kisah CB semakin tak berujung saat akhirnya kompi A mengadakan first gathering di taman CD. Walaupun tak semua anggota hadir tapi cukup untuk memeriahkan suasana pagi itu.

Sementara itu, saat wisuda, kami disambut dengan lagu yang pasti sudah hafal luar kepala bagi alumni CB. Walaupun liriknya berbeda (karena memang yang diputar adalah versi originalnya) tapi feelingnya sama. Selamat datang satria muda....

Dan lebih waw lagi saat ada salah satu kelas yang mengadakan push up massal di depan lokasi wisuda. Waw, never ending CB, haha....

Dan yang pasti harus tak pernah terlupa adalah....

Maaf.... Tolong.... Terima kasih...

Tiga kata yang baru benar-benar kusadar ketika di CB adalah trio yang dampaknya bagi kehidupan sangat luar biasa. Setiap kali salah, ucapkan maaf. Sebelum meminta bantuan pun ucapkan maaf. Dan ketika meminta bantuan ucapkan tolong. Dan setelah menerima bantuan ataupun sebuah pemberian ucapkan terimakasih. Pada siapapun... bukan hanya bawahan pada atasan maupun antar teman. Ketika menjadi atasan maupun orang yang status sosialnya lebih tinggi, tiga kata ini akan membawa kita menjadi orang yang dihargai, dihormati, disenangi dan memiliki nilai lebih dalam kehidupan. I’ll remember that!

Capacity Building STAN 2012..... Never ending feeling......

Salam satu cinta!! :D



















             Song : Trouble is a Friend by Lenka
             Lyric:


Siswa STAN gelombang dua selalu tetap semangat, hooo~
Siswa STAN gelombang dua tetap gagah perkasa, hooo~
Kitalah sang juara berlatih di Makopassus
Jangan terpecah belah ayo kita semua bersatuuu~

Reff:
            Gelombang dua kita paling kompak
Kompi ABC semua tetap semangat
Gelombang dua selalu tetap Berjaya

Gelombang dua tetap semangat
Satu tujuan raih kemenangan
Gelombang dua selalu tetap Berjaya

Gelombang dua!!!!

Thanks to:
-Mrs. Tsuza dan Jeng Dizzy atas cerita-ceritanya.
-Mahasiswa STAN dan Sekre yang telah memosting foto CB di manapun (FB, blog, web), saya lupa foto-foto ini nyomot dari mana saja. Yang merasa salah satu foto itu bersumber dari situsnya, monggo boleh minta credit kesini :)

Selasa, 25 September 2012

Capacity Building STAN Part 5 (Day 6, penutupan)

Hari Keenam (Senin)


Aku lupa lebih tepatnya kapan air di kamar mandi mulai mati. Dan itu benar-benar merusak hari-hari indahku di CB. Haih... oke lupakan! Jalani dengan cinta.

Hari terakhir ini full ceramah. Hhh... aku lebih suka dijemur latihan PBB, atau gerak kesana-kemari daripada harus duduk dengerin materi begini. Ngantuknya itu yang ngga ngenakin.


Sesi pertama adalah materi tentang GPS. Materi ini khusus ada di gelombang 2 karena kemaren pelatih U-Know-Who (again, lupa namanya) menjanjikan ini pada kami. Materinya menarik, jadi sempat berpikiran untuk beli GPS buat ngawasin orang. Haha...

Dilanjutkan dengan materi Tata Upacara Militer. Gyaaahhh!!! diselipin kuis lagi di tengah-tengahnya. Haduh…. Mata terkantuk-kantuk dimana materi hidup segan mati tak mau masuk ke otakku, plus ingatan yang ngga bagus-bagus amat, membuatku cukup bersyukur karena ngga kena tunjuk. Hehe…

Makan siang hari terakhir. Ada kejutan. Hmmm....*curiga*. Ya, makan siang kali ini bisa jadi salah satu momen makan paling adorable (?) selama CB. Bukan hanya diperintahkan untuk menghabiskan makan secepat mungkin, tapi kami diharuskan untuk suap-suapan. Begitu mendengar pengumuman itu sontak mata langsung membidik teman di depanku yang akan menjadi pasangan suap menyuapku siang ini. Dan.... haha.... Pandanganku bertemu dengan mata Mrs. Tsuza yang sudah duduk manis di depanku. Haha, ya iyalah, ini sudah masuk dalam skenario kami berdua memang. So, siang itu aku menikmati makan siang romantis bersama Mrs. Tsuza. Entah saat itu caraku menyuapi dia manusiawi atau tidak, yang pasti kami habis tepat waktu dengan bahagia. Haha...

Setelah makan siang ini seingatku masih ada agenda ceramah. Tapi aku lupa ceramah apa. Atau ceramah yang dari KPK itu ya? Maybe. Yang pasti sebelum ceramah dimulai kami ber yel-yel ria dulu. Habis makan nih, jadi lumayan gahar lah pita suara dan hentakan kaki kami. Apalagi kalau tidak salah saat itu ada yang bilang bahwa itulah penilaian yel-yel nya, makin gila aja lah gerak badan kami ikut irama :D

Malam terakhir ini menjadi malam yang paliiiiiiiiiiing panjang selama CB, dan paling berkesan. Bagaimana tidak, seingatku aku baru bisa benar-benar memjamkan mata sekitar jam satu lebih. Acaranya panjang tapi menyenangkan. Dan tak terlupakan.

Setelah ritual makan malam terakhir kami bergerak menuju Nanggala untuk mengikuti Bintal Motivasi. Satu penyesalan di malam itu adalah kenapa aku lupa membawa tisuuuuu?!?!? Dan itu fatal *kumatlebay*. Tak ada penyelamat dikala air mata ini membanjir. Hhh...

Bintal motivasi selesai sekitar pukul 9. Dan sejak itulah the real fun dimulai. Hahaha.... acara selanjutnya adalah... malam perpisahan!!! Atau lebih kami kenal dengan istilah dangdutan :D

Yang berkesan dari malam ini.... mmm... apa ya? Bingung.... terlalu banyak yang istimewa. Kalau Mbak Tsuza pasti yang terkenang adalah goyang jempol :P

Intinya malam ini kami bebas bernyanyi dan menari. Tapi tentunya saya ngga ikut goyang koplo jejingkrakan lah. Cukup duduk manis sambil ngelambai-lambaiin tangan dengan sesekali nyumbang suara samar-samar ikut nyanyi.

Jam sebelas sepertinya pelatih sudah mulai menghentikan acara nyanyi dan goyang massal itu. Kami berbaris menuju depan barak. Dan agenda selanjutnya ternyata bukan tidur, melainkan kami diberi kebebasan apabila ingin perpisahan masing-masing kompi. Dan akhirnya, dengan mata setengah melek setengah merem kami duduk di bagian timur lapangan depan barak. Menggerombol membentuk setengah lingkaran, memperhatikan petuah-petuah dari pelatih Hendri dan pelatih Galih.

Malam itu pelatih Pratiwi turut bergabung bersama kami. Berhubung kemaren dia belum kenalan, maka malam in puas-puasin deh tu tanya ini itu saat pelatih Pratiwi perkenalan. Hmm, anak SMA 5 Madiun lho, ya, tetangga kampung lah. Hehe... berhubung pelatih Tiwi ini satu-satunya kowad muda yang perkenalan malam itu, jadilah dia dimanja sekali sama para siswa. Tanya ini tanya itu. Saya maklum kok *merem*.

Dan selain itu trio kwek kwek entah kenapa disuruh perkenalan lagi. Saat pelatih Fomy dan Alam yang perkenalan, semuanya sunyi senyap, entah itu karena emang sudah tahu atau karena emang ngga mau tahu tentang mereka. Haha. Tapi begitu de’ Ficky yang kenalan, hmmm, mulai deh itu pertanyaan dari segala nomor hp, pesbuk, Pin, dll meluncur. Ya ya ya.... serah deh.... mataku udah dari tadi ngelirik-lirik ke lantai dua dimana surga kecilku seolah melambai-lambaikan tangan memanggilku.

Lagi-lagi pelatih Galih yang banyak berbagi kisah di malam ini. Hhh... namanya juga malam perpisahan, suasana haru dan semburat-semburat kesedihan pasti ada lah. Walaupun aku terkantuk-kantuk tapi hatiku tak tidur (Eciiee), tetap bisa merasakan aura-aura perpisahan yang sedikit disayangkan.

Acara terus berlanjut hingga setengah satu sepertinya. Setelah beberapa orang mulai tampak menguap terkantuk-kantuk, akhirnya acara malam perpisahan itu diakhiri dan kamipun beranjak dengan sisa tenaga yang ada menuju barak.

Penutupan

Senam pagi kemarin ternyata menjadi senam pagi terakhir di CB. Yaahh, ngga bakal ada lagi gerakan-gerakan tambahan gara-gara tepukan tangan berlebihan saat gerakan pemanasan dong? Tak ada lagi teriakan sikap pokok? Ngga ada lagi orasi tentang rematik kuku? Yaahhh….yasudahlah, ikhlaskan. Pagi itu kami hanya menjalani apel pagi sebagai pengawal kegiatan. Setelah itu seperti biasa, sarapan pagi, terakhir.

Setelah itu, kami membereskan barak, dan bersiap menyeret seluruh barang kami untuk turun ke bawah. Berduyun-duyun kami menenteng tas besar, menyeret koper, dan menjinjing tas tangan menuju Nanggala. Kami semua sudah berpakaian hitam putih rapi, sama seperti saat pertama kali kami datang.

Kami berbaris secara acak di samping Nanggala, tidak lagi berdasar pleton, kelas, maupun kompi. Kompi A, B, C semua berbaur jadi satu. Dan saat itulah kami menyanyikan yel gelombang 2. Selain yel dasar yang diajarkan memang khusus untuk gelombang 2, kami juga mencomot satu yel dari masing-masing kompi untuk diubah liriknya dan dijadikan yel gelombang. Kompi A mengajarkan yel nya pada kompi B dan C, begitu juga kompi B dan C mengajarkan yelnya pada kami semua. Saat-saat hendak berpisah seperti ini memang kadang menimbulkan kesan tersendiri.

Setelah itu kami masuk ke dalam Nanggala untuk gladi resik upacara penutupan. Disini kami kembali berbaris per kompi. Upacara Penutupan berjalan lancar. Dan disana kami diijinkan untuk membawa alat komunikasi dengan tujuan agar kami bisa mengabadikan momen-momen terakhir ini. Alhasil setelah upacara penutupan selesai kami bebas jeprat-jepret sana sini.

Selain berfoto dengan kamera masing-masing, kami juga diberi kesempatan untuk foto per pleton secara bergiliran bersama para pelatih. Aku mau foto yang itu tapi minta ke siapa ya?  

Kemarin sempat ada yang bilang kalau sebelum pulang akan diputarkan video yang isinya kumpulan foto-foto selama CB. Tapi ternyata yang ditunggu-tunggu tak datang. Padahal sejak beberapa hari lalu pelatih Rosida sudah wara-wiri kesana kemari dengan kamera digitalnya. Jepret sana jepret sini siap tayang gitu deh. Ternyata.... *kecewa* Tapi ini bukan semata-mata karena pengen liat mukaku nampang lho ya, lagipula aku juga ngga eksis di depan kamera kok. Cuma pengen mengenang masa-masa CB aja. Yang awalnya penuh wajah-wajah muram durja, makin bertambah hari nampaknya mulai banyak tawa.

Setelah ini agendanya adalah makan snack + makan siang. Makan kali ini tidak ditentukan batas waktunya. Kami bebas menikmatinya. Dan bahkan beberapa pelatih ikut makan berbaris bersama kami. Tampak beberapa siswa makan sambil mengobrol juga dengan para pelatih. Dan setelah makan selesai, maka kami diberi waktu istirahat sebentar sebelum persiapan pulang. Nah, disinilah barisan kami mulai berantakan. Pasalnya anak-anak mulai wara-wiri kesana kemari, minta foto bareng pelatih ini pelatih itu, fotoin gerombolan siswa sini siswa situ. Tapi tenang saja, tidak akan dimarahi, kami diberi kebebasan untuk berfoto sesuka hati.


Foto: Kompi A bersama Papa Joseph
Foto: Kompi A bersama Pelatih Galih (baret merah) dan Pelatih Ficky
Foto: Kompi A bersama pelatih Hendri
Foto: Komandan Yel bersama Pelatih Galih

Foto: Kata-kata perpisahan dari Pelatih Joseph
















             Menjelang keberangkatan, kami dibariskan kembali. Pelatih membagi kami menjadi beberapa kelompok berdasarkan nomor bus. Setelah itu kami dipersilahkan untuk mengambil barang-barang yang tadi ditinggal begitu saja di samping Nanggala dan segera naik ke bus yang telah ditentukan. Nah, mulailah disini berasa sedihnya....

Dari dalam bis yang panasnya lumayan itu, aku duduk bersandar di kursiku sambil memandangi setiap sudut Makopassus yang bisa tertangkap mataku. Memuas-muaskan hasrat untuk mengukir kenangan terakhir di tempat yang sebenarnya mulai kusukai itu. Hhh.... sebentar lagi pulang. Saat pertama kali datang aku tak pernah menyangka bahwa akan seberat ini meninggalkan Makopassus *tanpa dramatisir*

Setelah lumayan lama puas bersauna ria di dalam bis tanpa AC itu kamipun diberangkatkan. Di perjalanan pulang kali ini tak ada lagi pelatih Borlak yang mengatakan bahwa kami akan direndam di kali Ciliwung kalau sampai tertidur. Haha.... jadilah wajah-wajah lelah itu terlelap sepanjang perjalanan Cijantung-Bintaro, begitupun denganku.

Dan ketika kaki kami menginjak kembali tanah Bintaro, melihat teman-teman gelombang 3 yang telah menanti dengan wajah masih segar putih berkilau, semangat kami pun seolah terbakar. Semangat untuk menunjukkan bahwa kami pulang sebagai satria muda yang lebih baik. Dan semangat untuk menunjukkan pada para pelatih, untuk terakhir kalinya, semangat kami yang telah sekian hari mereka gembleng *membara*

Di lapangan A siang itulah kami menumpahkan sisa-sisa tenaga kami untuk berteriak sekencang mungkin, bergerak selincah mungkin, bernyanyi sesemangat mungkin. Dan setelah menyelesaikan upacara serah terima, dan mendengarkan sepatah dua patah kata dari pelatih Galih (yang entah kenapa mendengarnya jadi sedih sedih haru gimana gitu) kamipun dibubarkan dan dilepas untuk kembali ke kosan masing-masing.

Dan sejak itulah, kami berpisah dengan para pelatih. Tapi, bukan akhir dari kisah kami.....

Minggu, 23 September 2012

Capacity Building STAN Part 4 (Day 4, 5)

Hari Keempat (Sabtu)

Ingatanku yang memang terkadang kurang bisa diandalkan membuatku tak bisa menjabarkan kegiatan yang kami jalani pagi sampai siang ini. Aku lupa -_-!

Dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Today is the day. Yang ngga mau basah-basahan dan guling-gulingan di aspal mari kita konsentrasi hingga titik maksimal demi mendengarkan aba-aba pimpinan barisan. Saatnya lomba PBB. Dan pada akhirnya kami semua ikut lomba, tanpa terkecuali.

                             Dimulai dari Kompi A putra, kemudian barulah giliran kami (kompi A putri). Hhh... nervous? Tak terhindarkan. Melihat kompi A putra berlaga ini bibir udah sibuk komat kamit doa. Dan ketika tiba giliran kami, eeaaaa..... al iz wel..... semoga ....  :D yang pasti kami sudah berusaha sebisa mungkin, sekonsentrasi mungkin, sefokus mungkin.

Hmmm... dan para pelatih ketiga kompi pun ngga mau tinggal diam. Ini dalam artian sebenarnya. Yaitu mereka ngga diam. Ya ngga diam. Jiwa kompor mulai nampak lagi lah. Apalagi waktu kompi C beraksi dan setelah diketahui ternyata jumlah kesalahannya lebih banyak dari kompi A. Ingat banget lah ketawa ngikiknya pelatih Hendri sambil bilang “Lihat itu, Borlak pusing itu.” Haha.... Lucu lah lucu....

Setelah sempat terhenti sejenak karena kami diharuskan melakukan penghormatan saat di kejauhan nampak beberapa orang Kopassus melakukan penurunan bendera, akhirnya perlombaan usai saat matahari sudah sepenuhnya tergelincir. Dan kami pun kembali ke barak untuk pembersihan (mandi + istirahat sejenak).

Makan malam..... auranya beda. Haha..., aura kemenangan emang beda rasanya *nyombong* :P Pasalnya sebelum makan malam diumumkanlah hasil dari perlombaan tadi. Dan... Yeay, kami (Kompi A putri) juara pertama. Sedangkan untuk putra dipegang oleh kompi C. Selamat yaaa.... hadiahnya, bukan uang bukan barang, tapi waktu. Ecieee.... maksudnya, hadiah sebagai pemenang adalah kami diberi tambahan waktu makan. Jadi 8 menit apa ya? (lupa). Pokoknya setidaknya bisa untuk menikmati daging ayam yang gedenya ngga kira-kira itu lah. Hadiahnya emang ngga seberapa, tapi feel semangatnya itu.... Membara.... Oh iya, untuk kompi A putra mendapat juara 2. Selamat ya Bro...

Di malam harinya, dengan masih diselimuti semarak aura kemenangan, kami berkesempatan untuk mengobrol panjang lebar dengan para pelatih. Malam itu agendanya adalah kumpul kompi untuk membicarakan masalah perkembangan yel-yel kami plus ada acara perkenalan pelatih bagi kompi A. Entah kenapa baru sekarang perkenalannya padahal kegiatan bersama mereka sudah dari kapan hari. Jadilah aku baru ngeh kalau ternyata tiap-tiap kompi itu sudah dibagi pelatihnya sendiri-sendiri. Haha... 

Jadi, kami kompi A, kebagian dibimbing oleh pelatih Hendri, pelatih Galih, pelatih Trio Kwek-Kwek (istilah ini bukan aku lho ya yang bikin, pelatih Hendri ini yang ngasih julukan), pelatih Tiwi, pelatih Edi dan Papa Joseph (maaf jika ada yang kurang atau malah mungkin kelebihan). Tapi malam itu yang bisa berkenalan hanya pelatih Hendri, pelatih galih, dan pelatih trio kwek-kwek.

Pelatih Hendri, dari hari pertama juga aku sudah tahu kalau beliau ini pelatih kami, danton kami malah. Pelatih Galih juga sejak orientasi lapangan kemaren sudah memperkenalkan diri sebagai juru yel-yel kompi A. Pelatih Edi yang melatih PBB khusus siswi, sementara Papa Joseph sering nampil (?) di depan memberikan motivasi atau pengarahan-pengarahan untuk kompi A. Nah, pelatih trio kwek-kwek ini yang aku baru tahu kalau ternyata mereka pelatih khusus kompi A. Aku pikir mereka pokoknya ngelatih kompi mana saja.

Dan ternyata trio kwek-kwek itu benar-benar lebih muda dari saya?!?! Ada yang jauh banget malah?!?! I can’t believe it *lebay*. Ya, dari kemaren-kemaren sempat dengar sih kalau rata-rata pelatih bertopi hitam di CB ini mungkin lebih muda, tapi ya kupikir cuma sebulan dua bulan lah. Ternyata.... si Ficky (sekarang boleh manggil sekenanya) anak 92, si Alam apalagi....

Jadi teringat malam sebelumnya saat pelatih Fomy memerintahkan salah satu siswa untuk push up dengan nada sedikit membentak karena marah, aku pun langsung menaikkan alis sebelah dengan tatapan huh!!-anak-kecil-main-bentak-orang-tua. Haha.... Dan maaf Pelatih Fomy, ternyata kesimpulan yang kudapat malam ini dia satu-satunya trio kwek-kwek yang lebih tua dariku -_-! Kabar burungnya simpang siur sih *nyalahinorang*. Maaf, selingan tak penting, kita kembali ke malam syahdu.

Malam itu pelatih Galih cerita banyaaaaaaaaaaakkkk banget. Sayangnya suaranya tak begitu jelas. Tapi tetap bisa terdengarlah untaian kisah mengharu biru pelatih Galih menjadi seorang tentara. Haih, teringatlah salah satu kalimatnya menanggapi adanya siswa yang sakit engsel. Kurang lebih “Kalau tentara itu baru bisa disebut sakit engsel kalau jatuh dari pesawat terbang”. Hmmm… *manggut-manggut*

BTW, mempertemukan mahasiswa/i STAN seluruh spes dalam CB ternyata memiliki manfaat tersendiri bagi beberapa orang. Ya, baik untuk sekedar lirik-lirik teman sekampus yang ternyata banyak yang cling, atau bahkan ada juga yang sempet PDKT (bahkan di gelombang satu katanya sempet ada yang main tembak menembak di muka umum). Dan disini saya jadi saksi salah satu proses PDKT yang terjadi antar pleton 3 kompi A. Siapa? Ada deh. Bukan untuk konsumsi publik. Haduh haduh, walaupun wajah si cewe udah BT gimana gitu, si cowo tetep gencar lah ya :D *ngelirik sambil nyengir*

Hari Kelima (Minggu)

Pagi ini tak ada senam pagi. Begitu selesai apel pagi kami langsung diarahkan menuju gedung Candrasa untuk mengikuti Bintal Keagamaan. Hmmm, benar-benar Bintal Keagamaan yang unik. Baru kali ini aku melihat, sekaligus mengikuti Bintal Keagamaan macam begini.

Kami sudah siap duduk berbaris rapi di lantai Candrasa yang dingin ber AC itu. Di hadapan kami telah nampak sebuah meja panjang dengan 4 mic di atasnya. Mulai bertanya-tanya kenapa ada begitu banyak mic. Dan lebih bertanya-tanya lagi saat di depan masing-masing mic itu telah duduk 4 orang pria dengan penampilan yang berbeda-beda, dimana pasti kami semua bisa menebak dari penampilan mereka bahwa mereka berkeyakinan berbeda. Dan benar saja, keempat orang itu ada disana memang untuk menyampaikan bintal 4 agama sekaligus. Islam, Hindhu, Kristen, dan satu lagi..... apa ya, Katolik kah? Aku tidak tahu pasti.

Jadi, pagi itu (dalam keadaan lapar :D ) kami diharuskan mendengarkan ceramah 4 agama secara bergantian. Diawali dengan ceramah agama Islam. Isinya.... tentang hati..... Islam sekali lah pokoknya. Mengutip ayat ini, mengingat hadits itu, dll. Sedikit awkward saat melihat penceramah yang lain mulai menunjukkan gelagat aneh karena waktu ceramah agama Islam ini molor jadi panjaaaaang banget. Dan akhirnya waktu ceramah 3 orang lainnya tinggal bersisa kurang dari setengah jam.

Awalnya kupikir 3 orang penceramah nonis itu akan menyampaikan materi yang agama banget, mengutip kitab ini itu layaknya ceramah Islam tadi, tapi ternyata tidak, mereka menyampaikan hal yang berlaku umum bagi kehidupan sehari-hari. Malah ada yang menyampaikan tentang bagaimana membedakan sifat seseorang dari cara tidurnya. Hahai....

Oh iya, tak lupa pagi itu ada Papa Kusmono ikut berkunjung. Senang? Iya lah... kenapa? I dunno :D Papaaaa~!!

Setelah acara bintal keagamaan selesai langsung lah dilanjutkan dengan sarapan pagi. Sepertinya para pelatih pun juga tidak menyangka kalau acara bintal tadi bisa sedemikian molor sehingga jam makan pagi pun ikut mundur.

               Next session adalah Materi Kepemimpinan. Merasa kembali terlempar ke masa-masa LDK OSSIS dulu :’) Materinya mirip-mirip gitu deh. Materi ini dibawakan oleh pelatih yang langsung bikin mata melek. Bukan apa-apa lho ya. Pasalnya, setelah kami tadi sempat terkantuk-kantuk (Astagfirullah) selama bintal keagamaan (walaupun tak sampai benar-benar tertidur karena kalau sampai tertidur maka kami diharuskan berbasah-basahan di pagi sedingin itu), begitu pelatih ini memulai materinya dengan penuh semangat dan kalimat-kalimat yang ditata sedemikian menariknya kami pun turut semangat memperhatikannya. Dan setelah sesi ini beberapa siswi (mungkin juga siswa) kagum pada sifat kepemimpinan Bapak itu (lagi-lagi aku lupa namanya).

Setelah itu adalah materi Pertolongan Pertama Lapangan. Beda pembicara, beda mood. Setelah tadi semangat 5-5 mendengar Materi Kepemimpinan, begitu menginjak materi Longmalap ini rasa kantuk mulai wara-wiri di sekelilingku. Hoahhmmm.... cukup menguras tenaga juga untuk bertahan agar mata tidak terpejam... tapi sedikit-sedikit aku masih bisa menyerap lah materi Longmalap yang disampaikan pelatih itu (lagi-lagi lupa namanya) dengan pelatih Ficky sebagai alat peraganya.

Berhubung ini hari Minggu, maka agenda selanjutnya adalah Kebaktian (bagi siswa siswi yang beragama Non Muslim). Sementara itu kami yang muslim diberi kesempatan untuk berlatih yel-yel, karena yel-yel ini juga akan dilombakan loh. Dan makin hari urusan per yel-yelan ini udah berasa kayak perang antar kompi. Yel-yel balasan sudah disiapkan untuk memblokade serangan kompi sebelah. Makin rame, makin panas, makin berantakan. Haha..... tapi makin seru...

Setelah dhuhur agendanya adalah ceramah tentang Fiskal. Seperti layaknya kuliah di kelas saat masih aktif KBM di kampus, banyak yang terkantuk-kantuk. Cuma yang otaknya Joss joss aja yang masih bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermutu di akhir materi. Aku? Cukup mengangguk-angguk tanda mengerti. Setidaknya ngga blank-blank amat :D Dan satu metode kutemukan cukup ampuh mengusir kantuk. Duduk siap, itu caranya. Believe me, it works!!

Dilanjutkan dengan Building game. Terus terang aja nih ya, baru melihat peralatan game berderet di atas meja saja aku udah ngerasa bad feeling. Ya, memang sejak dulu aku paling ngga suka, dan ngga berminat dengan yang namanya game. Jadilah acara Building Game ini menjadi acara di CB yang paling tak kunikmati, dan ingin segera diakhiri, ya walaupun bisa lah menikmati sedikit-sedikit, tapi ngga banyak-banyak amat, tapi ya menarik lah, tapi tetep ngga suka, tapi seru sih, tapi tetep pengen cepet selesai, tapi ngga juga.... (-_-‘!)-c<’0’) #apasiiihhh?!?!?















Dan acara Building Game yang dimulai sejak sebelum ashar ini terus berlanjut hingga setelah sholat ashar dan baru berakhir saat matahari hampir tenggelam.

Cara makan malam hari ini berbeda dari biasanya. Lebih unik. Kami tidak diijinkan untuk memakan lauk bersama nasi atau sayur secara bersamaan. Pelatih memberi kami aba-aba untuk menyantap masing-masing jenis makanan yang ada di dalam kotak secara TERPISAH. Jika pelatih berkata “habiskan sayurnya!!” maka kami pun hanya diijinkan untuk melahap sayur saja, tidak lebih. Begitu juga dengan lauknya, lauk saja. Dan akhirnya, tinggallah sang nasi seorang diri. Ketika pelatih berteriak “Sekarang habiskan nasinya!” maka mau tak mau kami harus memaksakan butiran-butiran nasi tanpa pendamping itu meluncur kesepian di tenggorokan, secepat mungkin. Nasi yang kering tanpa siraman kuah, dan yang pasti tanpa rasa, cukup sulit untuk melenggang kangkung menuju lambung, butuh usaha cukup keras. Sulitkah? Aku tak pernah menemui kesulitan dalam cara makan, satu-satunya problem adalah frekuensi makan. Too much!

Sejauh ini, aku menjadi manusia yang cukup berguna lah disaat makan. Pasalnya aku bisa memenuhi permintaan tolong dari kawan kanan/kiri/depan untuk membantu mereka menghabiskan makanan. Haha.... bukan karena akunya rakus. Tapi karena aku masih punya banyak waktu tersisa, sementara teman di kanan kiriku masih kesulitan dan nyaris terkena hukuman. So, jiwa korsa dong. Tapi, yang menyebalkan itu pelatih yang tidak sependapat satu sama lain. Pelatih satunya ngomong “ayo, dibantu temannya yang belum habis” sementara yang satu lagi ngomong “Jangan dibantu! Siapa yang nyuruh kalian main bantu-bantu begitu?!?!?” Ngik ngek....

Jumat, 21 September 2012

Capacity Building STAN Part 3 (Day 2, 3)

Hari kedua (Kamis)

Ada yang berbeda di awal kegiatan hari ini. Ada senam pagi!!! Dan disinilah kami mengenal pelatih Johnson, orang timur yang menurutku wajahnya unyu (seneng aja ngeliatnya, kayaknya orangnya lucu dan humoris). Pelatih inilah yang selama beberapa hari ke depan akan membina kami dalam hal bersenam ria. Tapi, ada satu syarat untuk  bisa mengikuti kegiatan ini, yaitu bagi yang merasa sakit silahkan istirahat saja. Begitupun yang merasa rematik otot, rematik engsel, sampai rematik jari, bahkan rematik hidung, rematik kuku dan rematik rambut pun boleh ikut istirahat. Haha.... ada-ada saja Pak Johnson ini. Dan hati-hati dengan beliau, dia bilang di badannya ada radar. Radar itu bisa mendeteksi kalau ada siswa yang gerakan senamnya ngga bener, dan juga bisa mendeteksi aqua gelas yang belum habis saat makan :D

Dan yang paling eksis dari kegiatan senam-bersenam ini ya pasti si “Sikap Pokok!!!!!” kata-kata penuh arti dan makna yang selalu tak pernah ketinggalan di awal setiap gerakan pemanasan. Hingga akhirnya kata-kata ini pun ikut eksis dalam yel-yel kompi A kami :D

Selesai senam akan dilanjutkan dengan makan pagi kemudian diteruskan dengan apel pagi. Setelah itu barulah dimulai rangkaian kegiatan inti hari ini, yaitu pelatihan dasar baris berbaris. Jadi, sejak hari ini kami bakal dijemur habis-abisan dalam rangka PBB ini.

Dan aku, rasanya hampir menangis saat pertama kali menjalani pelatihan PBB ini. Bukannya apa-apa, aku merasa seperti terlempar ke masa-masa SMA dulu, PBB adalah makanan sehari-hari. Ratusan kali push up sudah kujalani karena salah melakukan gerakan PBB, dan banyak kegiatan berskala lumayan yang sudah kuikuti karena PBB ini juga. Ahhhh, PBB, tak kusangka aku akan sebegitu terharunya saat bertemu kembali denganmu setelah perpisahan yang cukup lama (padahal dulu girang bukan main saat akhirnya pensiun dari urusan PBB). Oke, hentikan kelebaian ini, kita lanjut.....


    Pagi itu kami dijemur macam ikan asin di samping Balai Komando. Duduk rapi, anteng, manis dan cantik memperhatikan peragaan cara baris-berbaris yang diselingi dengan penjelasan-penjelasannya oleh para pelatih. Peragaan ini dibawakan oleh beberapa Prada/Cako/pelatih-pelatih bertopi hitam. Diawali dengan peragaan bagaimana memanggil pasukan untuk membentuk sebuah barisan. Yang ditunjuk sebagai komandan adalah pelatih Gilang. Dan setelah pelatih gilang mengucapkan mantra tertentu (hehe, yang pernah belajar PBB tahu lah) maka berduyun-duyun datanglah 9 orang Cako lain yang dalam sepersekian menit kemudian telah rapi berbaris membentuk 3 saf dan 3 banjar. Dan peragaan pun dimulai...

Di sela-sela latihan seperti biasa kami kembali dibariskan berhadap-hadapan. Apalagi kalau bukan untuk makan snack pagi. Barisan manusia plus barisan kotak snack yang panjaaaaaaang dari ujung ke ujung wajib rapi. Sampai ada siswa paling ujung yang hampir tiarap demi mengintip kelurusan barisan kotak snacknya. Hmmmm.... Dan setelah ritual makan snack selesai maka peragaan PBB pun dilanjutkan hingga saatnya ishoma.

Setelah selesai ishoma kami kembali menuju Balai Komando untuk meneruskan latihan PBB. Kegiatan ini berlanjut hingga waktu sholat asar dan diteruskan kembali setelahnya.

Hari ketiga (Jumat)

 Hari ketiga ini masih full of PBB. Pasalnya, besok adalah puncaknya, yaitu lomba PBB. Dimana menurut informan dari gelombang satu, kompi mana yang kalah maka hukumannya adalah berbasah-basahan kemudian merayap dan guling-guling di atas aspal. Info ini cukup untuk membuat kami pasang otot demi setidaknya menghindari peringkat terakhir.

Dan para pelatih pun tak mau kalah tentunya. Demi mempertahankan harkat dan martabat kompi yang ia bawahi, plus juga harkat dan martabatnya sendiri tentunya, mereka melatih kami dengan semangat 5-5 (ini juga salah satu kata-kata eksis). Dari sini udah mulai nampak mana yang berjiwa kompor :D Seru lah melihat pelatih Hendri dan pelatih Borlak saling lirik-lirikan dan saling lempar sindiran. Haha...

Siang ini latihan PBB dipisah antara putra dan putri. Ribet memang ngikutin langkah cowo cowo yang cepet banget. Maka karena itulah kompi A putri dilatih sendiri oleh pelatih Edi. Sekedar selingan, pelatih ini wajahnya kebapakan sekali. Adem lihat wajahnya. Kalem tapi tegas. Jadi kangen bapak di rumah. Hoho...

Dan setelah kami berlatih selama beberapa jam, tanpa disangka kami diminta untuk melakukan peragaan di depan kompi A putra. Heeeeeee?!?!? Ngga salah? Tapi mau bagaimana lagi, masa iya kita mau bilang “ngga mau pelati~iih” sambil berwajah memelas. Ya pasti langsung kita iyain aja lah, walaupun mau maju ke depan itu rasanya maju mundur maju mundur. Haha... hasilnya? Ya lumayan lah, dapet pujian dari pelatih. “Lihat  itu yang putri, rapi, bagus” *nyombong*

Dan sebagai hadiahnya, setelah selesai peragaan itu kami yang putri dipersilahkan beristirahat sembari menonton para putra latihan. Hoho... kipas kipas like a boss...

Tapi ada sedikit tragedi lah hari ini. Ada salah satu siswa yang (entah keceplosan atau gimana) ngomong kasar pada pelatih saat dilatih PBB. Walhasil siwa itu jadi bulan-bulanan lah. Disuruh basah-basahan, dipajang di depan, dll. Dan bahkan sampai makan malam pun siswa ini tetep jadi pajangan.

Berhubung hari ini sholat jumat maka kegiatan kami dihentikan lebih awal agar para lelaki bisa mempersiapkan diri untuk menunaikan kewajibannya. Dan kami para wanita diijinkan untuk beristirahat di barak sampai mereka kembali. Istirahat? Jangan coba-coba untuk tidur. Atau kalau tidak kalian akan di-push up-kan oleh pelatih siswak, eh, pelatih Linda maksudnya. Dan kata-kata “Siswaaaaa’!!! (jangan sampai lupa dengan apostrop di akhir kata, karena tanpa tanda ini kata-kata tersebut bukanlah siapa-siapa :D ) adalah panggilan paling eksis seusai CB. Jadi, pasalnya, beberapa orang siswi siang itu mendapat hadiah kecil dari pelatih Linda yaitu push up karena ketahuan tidur. Sementara aku, aku lupa saat itu aku sedang apa yang jelas aku tidak tidur (faktor keberuntungan dan kebetulan).

Setelah para lelaki itu pulang dari masjid maka agenda selanjutnya adalah makan siang, dan setelah itu kami diperbolehkan untuk istirahat kembali sampai sekitar jam 2 (sepertinya).

Setelah puas menghela nafas selama istirahat siang (ingat, tanpa tidur), kamipun melanjutkan hari kami, yang memang masih panjang, dengan kembali menjalani latihan PBB. Di sesi latihan kali ini kami baris berbaris dalam satu pleton. Dan saat itulah pelatih Hendri bertanya pada kami siapa saja yang mau ikut mewakili dalam lomba PBB besok. Beberapa orang ada yang memutuskan mengundurkan diri dan tentu saja harus ada yang bertahan. Masing-masing pasti sudah memikirkan dampak baik dan buruknya untuk kompi kami. Dan aku sendiri? Tak ada alasan untuk tak ikut. Malu pada diri sendiri kalau sampai tidak ikut karena kondisi badan juga sehat walafiat, dan lagi aku bergumul dengan PBB sudah dalam hitungan tahun, bukan hari ataupun minggu.

Sore ini langit Cijantung kurang bersahabat. Perjalanan kami menuju barak selepas latihan PBB agak sedikit berbeda sore ini. Pasalnya kami kembali ke barak bukan dengan berjalan, tapi berlari, berkejaran dengan hujan yang makin deras. Berhubung aku, dan beberapa kaum hawa lainnya mungkin memang tak berbakat berlari, jadilah sore itu kami basah kuyup (tos sama Mrs. Tsuza yang saat itu sama denganku menjadi kloter terakhir yang menginjakkan kaki di barak).

Apel malam hari ini sedikit berbeda, dan berkesan (khususnya bagi para lelaki. Malam ini mereka diberi sebuah keistimewaan karena diijinkan untuk memandangi langit malam yang syahdu kala itu. Hoho, terdengar menyenangkan, tapi sebenarnya....

Jadi, malam itu pelatih menghukum seluruh siswa (kami para siwi dipersilahkan untuk “menonton” dari pinggir lapangan, hanya berdiri memandangi perjuangan mereka tanpa bisa berbuat apa-apa -_-! ). Alasan mereka dihukum, karena katanya waktu sholat jumat tadi mereka berisik dan tidak rapi. Selain itu masih ada faktor tambahan yaitu karena kami makan snacknya lama (mentang-mentang ga dibatasin waktunya).

   Yang pasti malam itu mereka harus tiarap, kemudian berguling-guling kesana kemari di atas serakan sampah bekas snack malam, kemudian tidur telentang menghadap langit, dan kemudian berguling lagi, lagi, dan lagi, dan setelahnya mereka disuruh membersihkan semua sampah yang ada di lapangan itu. Dan kami, tetap terdiam tanpa bisa berbuat apapun. Hingga akhirnya rangkaian kegiatan hukum menghukum itu ditutup dengan menyanyikan lagu syukur bersama-sama (-_-‘!)

Rabu, 19 September 2012

Capacity Building STAN Part 2 (Pembukaan, day 1)


Kami diberangkatkan dari kampus dengan menggunakan truk (untuk putra) dan bis (untuk putri). Bus yang kami tumpangi kebetulan ber AC, cukup mengundang rasa kantuk. Tapi begitu melihat wajah pelatih Borlak (namanya baru ku ketahui ketika menjalani rangkaian kegiatan CB) di bagian depan bis mengawasi, dengan kalimat ancaman bahwa siapa yang tidur akan direndam di kali Ciliwung, maka segala cara dilakukan agar mata ini setidaknya tak tampak sedang terpejam.

Begitu sampai…. Ngga kebayang kalau kami akan disambut semeriah ini. Haha... Tapi, baru datang pun kami sudah diperkenalkan dengan teriakan-teriakan galak para pelatih. Terutama yang Kowad (sebutan untuk tentara-tentara wanita) noh... Teriak sana-sini gara-gara ada koper salah satu peserta yang tertinggal di bis dan akhirnya harus dibawakan oleh pelatih.

Saat turun dari bis kami langsung diteriaki dan disuruh berlari menuju salah satu badan jalan raya untuk berkumpul dan duduk sebentar disana. Setelah tentunya sempat diberikan pengarahan sebentar sembari duduk beralaskan aspal panas di siang itu, kamipun berjalan beramai-ramai menuju Makopassus dengan diiringi marching band oleh prada-prada Kopassus plus nyanyian yel-yel bak satria muda yang baru kembali dari medan perang. Itulah sambutan yang diberikan kepada kami begitu sampai di ranah Cijantung.

Foto: Pelatih Hendri
Setelah sampai di Makopassus kami langsung dibariskan rapi di depan salah satu gedung bernama Nanggala. Dan di situlah kami dibagi ke dalam kompi dan pleton. Aku masuk ke kompi 1 (untuk selanjutnya disebut kompi A) pleton 3. Dan di sinilah pertama kali kami mengenal pelatih yang nantinya akan menjadi Danton kami, pelatih Hendri. Pelatih gahoel yang kompor abis. Haha...Bakal tahu kenapa disebut kompor nanti kalau udah ke belakang-belakang hari. Dan tentu saja makin girang saat “partner-in-crime” ku, Mrs. Tsuza, akhirnya satu pleton denganku, alamat bakal ada sesuatu nih #kode


             Oke, langsung lah menuju barak untuk pembagian velbed (surga kecil tempat kami melepas lelah alias tidur). Kami ditempatkan di sebuah gedung (barak) yang dari penampakannya sepertinya sebuah bangunan tua. 100 orang siswi ditempatkan di satu ruangan di lantai dua, sementara putra dibagi ke ruangan-ruangan di lantai 3 dan 4. Dari awal masuk pintu, aku dan Mrs Tsuza sudah menempel bak perangko *strategi*. Dan akhirnya Allah mengiyakan untuk membiarkan kami tidur berdampingan velbed *girang*.

Dalam pengaturan peletakkan barang di masing-masing velbed pun ada aturannya. Dimana semua barang harus diletakkan di bawah velbed dan jangan sampai kelihatan dari luar. Yang boleh ada di atas velbed hanyalah selimut dan mukena berkantung rapi. Sementara untuk barang yang diletakkan di bawah velbed pun urutan peletakkannya juga ditentukan. Jadi harus diurutkan mulai dari sepatu pantofel, kemudian sepatu olahraga, dilanjutkan dengan peralatan mandi, barulah kemudian tas-tas. Pokoknya semuanya harus rapi!

Setelah seluruh siswa mendapat jatah velbednya masing-masing kami pun dipersilahkan untuk istirahat hingga selepas maghrib. Setidaknya saat itu kami masih diberi kesempatan sholat ashar, tak seperti gelombang satu yang katanya sholat asharnya sampai dijamak dengan maghrib -_-!

Dan selesai sholat maghrib, tibalah saat pertama kalinya kami makan... hmmmmm.... S-E-S-U-A-T-U... haha.... sebelum makan saja harus dihadapkan dengan serentetan aturan yang lumayan berhak untuk mendapat predikat ribet. Tapi, setidaknya tidak lebih ribet dari LDK OSSIS ku dulu dimana sebelum makan masing-masing orang bergiliran harus meneriakkan kalimat semacam password. Dan itu harus diulang hingga sekian kali sampai benar-benar terdengar di seluruh penjuru lapangan.

Sebelum makan ada pengumuman dari pelatih. Pasalnya mereka akan mengumumkan daftar nama siswa/i yang mendapat pita putih dan pita hijau. Pita putih adalah tanda bagi siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan berat dan sedang. Sementara pita hijau adalah tanda bagi siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan berat. Sempat beberapa kali kaget sambil berpikir “Hah?!?!? Dia dapat pita putih/hijau?!?!?” apabila ada teman yang selama ini kutahu sehat lahir batin ternyata ikut dipanggil menjadi siswa/i yang dinyatakan sakit. And me? Pita merah saja. (pita merah adalah tanda bagi anggota kompi A, pita biru untuk kompi B, dan Kuning untuk kompi C). Haha…

Setelah itu kami dipisahkan menjadi dua kelompok besar yaitu putra dan putri. Kemudian masing-masing kelompok harus duduk berbaris dan berhadap-hadapan (putra dengan putra, begitu pula putri dengan putri). Kemudian nasi kotak dibagikan plus 2 gelas air minum. Itupun harus dibariskan sampai benar-benar lurus. Kotak makan bagi masing-masing pasangan harus diletakkan berdempetan, begitu juga dengan aqua gelasnya. Bahkan sedotan pun juga harus diluruskan.


Kami makan dengan diawasi banyak pasang mata. Banyak sekali pelatih yang berkumpul di sana. Mulai dari yang sudah berbaret merah, yang masih bertopi hitam, yang sudah berumur, sampai yang masih muda belia. Dan sempat tertegun melihat mbak-mbak kowad yang penampilannya membuatku tidak yakin kalau mereka pernah dijemur di bawah terik matahari. No kulit item, no muka kusam. Cling cling semua. Dan wajahnya itu unyu-unyu. Ternyata tak cuma polwan-polwan yang jadi pembawa acara berita traffic jam di tv aja yang cantik-cantik. Disini ada beneran ternyata. Haha....
Foto (dari kiri pembaca) : Pelatih Putu, yang tengah aku lupa (maaf), pelatih Linda 













             Kembali ke Makopassus.... Setelah seluruh prosedur persiapan makan selesai, kami pun mulai menyantap sang nasi kotak (di kemudian hari dua kata ini bakal eksis banget). Hooo, tapi jangan dikira kami menghabiskan nasi kotak itu dengan gaya anggun cantik nan mempesona. Kami harus menghabiskannya dalam waktu lima menit? Hufffttt... (ke belakang nanti bakal nyusut jadi 3 menit atau bahkan 2 menit). Tapi setelah percobaan pertama kalinya, aku bisa meyakinkan diriku bahwa itu bukan hal yang sulit #tukang makan#

Tapi, yang membuat suasana perut agak syahdu justru adalah kelanjutan dari makan malam itu. Subhanallah.... Astagfirullah.... masih ada yang harus dituntaskan? Intip punya intip ternyata di atas meja sana tampak malu-malu menunggu tumpukan kotak-kotak berukuran lebih kecil. Rupanya itu adalah kotak snack. Ya, kami diharuskan makan (lagi) satu kotak snack itu -_-! Pengen ngelempar itu snack ke luar jendela rasanya. Cuma takut sama Allah, mubadzir katanya :’) Selain tentunya takut dengan omelan garang para pelatih :D

Selesai ritual makan malam yang cukup mencengangkan itu usai kami pindah ke lapangan yang letaknya di depan barak. Untuk pertama kalinya kami diajarkan bagaimana caranya apel. Dan setelah itu dilanjutkan dengan absensi. Dan setelah serangkaian kegiatan itu selesai, maka berakhir pulalah rangkaian kegiatan kami hari itu. Kami bersiap tidur. Tapiiii.... hmmm.... ingat, itupun belum pembukaan lho, besok adalah the real war. Hohoho...

Hari Pertama (Rabu)

Heboh ngga sih jam setengah 3 udah ada suara gemericik air dari kamar mandi. Padahal setidak-tidaknya aku memprediksi kalau kehidupan baru akan dimulai sekitar ya minimal setengah empat lah. Ngga nyangka ternyata bakal sepagi ini. Ya, tapi wajar lah, baru hari pertama, rasa takut telat masih kental banget terasa. Dan akhirnya mau tak mau aku pun juga ikut beranjak dari surga kecilku.

Jam 5 sesuai arahan dari pelatih semalam, kami pun berduyun-duyun turun menuju lapangan depan barak. Persiapan apel pagi. Setelah itu sarapan pagi. Dan nampaknya perut dan kerongkonganku mulai bersahabat dengan cara makan kilat itu.

Setelah sarapan kami pun digiring (berasa kayak living thing yang lain, baca: hewan) menuju Nanggala. Apalagi kalau bukan untuk Upacara Pembukaan. Kaki mulai 5L karena berdiri lama. Tapi itu belum seberapa, perjuangan sang kaki baru akan dimulai setelah ini.

Agenda selanjutnya adalah.... Long March!!! Ngga long-long amat sih, tapi lumayan lah untuk menggetarkan lutut plus menghabiskan suara karena terus meneriakkan yel-yel sampai itu rute habis. Dan yang pasti dalam long march itu kami (para mahasiswi nan cantik dan tangguh) lalui dengan menggunakan rok dan sepatu pantofel yang mungkin beberapa di antaranya ada yang ber hak tinggi. Hmmm....

Di sepanjang perjalanan, jika bertemu dengan tempat-tempat penting kami akan diberhentikan dan diperintahkan untuk jongkok. Kemudian kami diberi arahan untuk melihat ke sebuah tempat maupun bangunan sebagaimana yang ditunjuk oleh pelatih. Itu dilakukan berkali-kali dengan suasana yang tentunya makin hot karena matahari makin merangkak ke arah ubun-ubun. Dan ketika matahari kira-kira pas banget buat waktu dhuha nih *alim*, kami mangkal sebentar di samping sebuah bangunan (aku lupa namanya) yang cukup rindang dengan naungan pepohonan. Tempat yang cukup sejuk untuk acara yang lumayan menarik pagi itu.

Dan muncullah sosok kalau-kalian-ngga-kenal-saya-itu-artinya-keterlaluan ke hadapan kami. Pertama kali melihat sosoknya... menyeramkan. Tapi begitu ngoceh, eh maaf, ngomong maksud saya, kocak, asik, gahoel, dan yang pasti JOSS adalah semangatnya, Subhanallah..... Inilah dia pelatih Galih. Pelatih khusus per-yel yel-an, pembakar semangat kompi A. Dan agenda istirahat kala itu adalah makan snack dan latihan yel-yel. Yel panjang lebar dengan gerakan super riweuh (menurutku kala itu). Tapi, aku mulai bisa merasakan feel nya, semangatnya, dan...... sesuatunya. Haha... Mungkin sejak kegiatan inilah bagiku yang disebut dengan lupa dimensi waktu, kalau kata Mrs. Tsuza :D

Setelah cukup puas teriak ini itu dan goyang sana sini, dan juga kenyang tentunya, kami pun melanjutkan perjalanan. Dan tentunya matahari makin ketawa lebar di atas kami. Dan lebih sesuatu lagi saat kami di depan sebuah bangunan (yang lagi-lagi aku lupa namanya) diperintahkan tiarap di atas aspal panas untuk sekian menit. And then jalan jongkok (ingat, di antara kami ada yang sepatunya ber hak tinggi).


Setelah makan malam, kami diajarkan yel-yel. Dan heran, kok anak-anak pada bawa catetan semua ya (mayoritas). Sementara itu sebagian kecil orang (termasuk aku dan Mrs. Tsuza) ngga tau sama sekali kalau disuruh membawa catatan. Ini emang tergantung ketajaman pola pikir siaga masing-masing orang atau memang tadi ada pelatih yang memberi instruksi untuk membawa catatan tapi kami tak dengar? But, no problem lah, kata pelatih juga tak apa-apa. Nanti nyewa aja catatan teman.

Selasa, 18 September 2012

Capacity Building STAN Part 1 (Pengantar)

             12 September 2012, satu-satunya teman tingkat tiga yang satu kosan denganku akhirnya berangkat menuju medan perang. Melepas kepergiannya meninggalkan rasa campur aduk untuk diriku sendiri. Antara sedih, khawatir, dan juga takut. Haha…

Ini tahun pertama STAN menyisipkan satu kegiatan tambahan berjudul Capacity Building ke dalam agenda wajib yang harus kami lalui sebelum kelulusan. Seperti layaknya pengumuman-pengumuman mendadak yang sudah biasa diluncurkan oleh sekre, pengumuman tentang akan diadakannya Capacity Building inipun menuai banyak pro dan kontra. Apalagi kegiatan ini bisa termasuk kegiatan jalur kiri (istilah asal comot) alias kegiatan yang kurang menyenangkan, langsunglah komen-komen bernada protes baik secara halus, secara frontal, maupun yang pura-pura halus padahal sebenarnya frontal (?) pun mendadak berebutan muncul di grup facebook Akunisti 2009.

Sementara aku? Tipe-tipe yang diam, sebetulnya juga merasa keberatan tapi kemudian berpikiran untuk apa protes toh sudah terlanjur diwajibkan. And then, tinggal berdoa dalam hati mudah-mudahan tidak terlalu menyeramkan. Haha... tipe apatis (-_-‘!)

Sebenarnya wacana bahwa akan diadakan capacity building ini telah dipublikasikan dalam sebuah pengumuman resmi di web STAN jauh-jauh hari (sebelum Hari Raya Idul Fitri kalau tidak salah). Saat pertama kali membaca pengumuman itu.....Langsung speechless ketika mataku menggaris bawahi satu kata “KOPASSUS”. Sontak saat itu juga yang terbayang adalah latihan-latihan gila ala militer serta perjuangan hidup yang berat, dengan sedikit dramatisasi tentunya. Tapi pada saat itu kadar galauku belum terlalu parah. Masih suam-suam kuku lah :D

Tapi, begitu aku melepas kepergian temen satu kosku yang mendapat jatah gelombang 1 (aku gelombang dua), barulah suhu galauku meningkat drastis, yang tadinya suam-suam kuku langsung mencapai titik didih. Rasanya ingin sekali ikut gelombang satu, agar semuanya cepat selesai dan aku bisa kembali menjalani hidupku yang normal bahagia. Tak terbayangkan seminggu lagi temanku itu akan kembali dengan wajah bahagia nan lega sementara aku baru akan memulai hari-hari (yang sepertinya) penuh perjuangan itu. Kurang lebih begitulah pikiranku saat itu.

Selama menunggu waktu seminggu itulah merupakan hari-hari paling galau. Kalau udah mentok ngga tahan galau + bosan sendirian di kosan paling langsung ngungsi ke kosan Mrs. Tsuza. Terus kalau sudah disana pasti hilang segala gundah gulana (tapi kadangkala juga bisa memperparah gundah gulana) haha....

Aku membayangkan bahwa Capacity Building ini akan menjadi tak ubahnya seperti kegiatan Pembantaraan Pramuka yang pernah kujalani selama 4 hari 3 malam saat aku kelas 2 SMA dulu. Kegiatan penuh “penyiksaan” lahir batin, di tengah hutan, diselingi derai air mata dan pengalaman-pengalaman yang mengenangnya saja rasanya sudah pusing di kepala. Hehe... maaf untuk kakak-kakak senior, bukan maksudku memprotes. Itu juga termasuk kenangan berharga kok *kalem*

Dan akhirnya, setelah penantian panjang penuh rasa risau, tibalah juga hari yang dinanti-nanti, tanggal 17 September. Kepala-kepala plontos berserakan di area poliklinik. Mahasiswa berseragam hitam putih dengan potongan rambut 1 cm langsung mudah dikenali sebagai calon-calon peserta CB. Beruntung lah para wanita, tak perlu ada perubahan signifikan dalam penampilan. Haha...

 Bertemu dengan wajah-wajah galau lainnya yang hari itu sama-sama akan menjalani tes kesehatan sepertinya sedikit memberi perasaan lega. Lebih tepatnya membuatku tak merasa galau sendirian. Haha.... Dan hasil tes kesehatan hari itu aku mendapat tanda centang di kolom “normal”. Ya iyalah, secara badan segar bugar begini, beda cerita mungkin kalau yang dites adalah kejiwaan :P

Dan tanggal  18 menjadi tanggal keberangkatan kami para gelombang 2. Berangkat di tengah hari saat matahari berada di atas kepala, sembari menggendong tas ransel dan menjinjing tas besar yang beratnya seakan-akan bisa membuat tinggiku mnyusut satu Cm (maklum lah perempuan, rempong). Apalagi saat kami sampai di lapangan A ternyata sudah disambut dengan pemandangan yang aduhai. Apalagi kalau bukan wajah-wajah hitam kemerahan, sedikit kucal dan berdebu, dengan suara-suara serak sedang menyanyi-nyanyi (dengan usaha keras agar terdengar lantang dan bersemangat) meneriakkan yel-yel yang kutahu itu adalah yel terpanjang yang pernah kudengar sepanjang sejarah kehidupanku *serius*

Dan lebih WOW lagi saat melihat tentara-tentara berbaju loreng, berbaret merah, berwajah (tampak) ganas, sedang berdiri garang di depan mereka. Seringai dan teriakannya seolah mengatakan pada kami “rasakan sekarang giliranmu (yang dilanjutkan dengan evil laugh)” -_-!

Dan lamunan kami seolah disentak oleh teriakan para siswa gelombang satu yang bersorak riang sambil melempar topi hitamnya layaknya para wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan perjalanan panjang perjuangan. Dan sejak itulah.....  dimulailah cerita kami....