Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Kamis, 21 Mei 2015

Tentang sebuah kerang laut ajaib
image source: martinweigel.files.wordpress.com

Tak banyak orang yang tau tentang cerita ini. Seseorang di seberang sana pernah mengisahkannya. Cerita yang diawali dengan sebuah tanya...
"Jika kau bisa memutar waktu, kemanakah kau akan kembali?"

Tentang sebuah kerang laut ajaib. Para tetua mengatakan benda itu sebagai keajaiban yang hanya akan ditemui oleh orang-orang yang putus asa. Karena cinta. Merebak sebagai sebuah legenda. Yang katanya nyata tapi sulit untuk dipercaya. Berada di palung terdalam lautan Hindia.

Puluhan orang mencoba untuk membuktikannya. Datang menghampirinya membawa rasa putus asa. Berharap menemukan benda ajaib yang bisa mengembalikan waktu. Mengulang kembali kehidupan demi menghindari peristiwa yang mereka harap tak pernah terjadi. Tapi, tak seorangpun menemukannya, mereka mati, tak pernah pulang. Tenggelam dalam pencarian. Dan orang-orang pun mulai bertanya, apakah kerang ajaib itu hanyalah sebuah bualan yang sesungguhnya hanya merujuk pada kematian. Kematian yang dapat menghapuskan segala putus asa memang. 

Dan legendapun berakhir sebatas cerita. Siapa pula yang menciptakan cerita macam itu tanpa disertai bukti. Bulan berlalu, tahun berganti. Belasan dasawarsa terlewati. Entah di generasi mana cerita itu terhenti hingga tak ada yang mengingatnya lagi. 

***

Senja hari. Wajarnya tiada alunan lain kecuali debur air laut menghantam burai angin darat di tempat ini. Bibir lautan merekah di balik lindung bukit berbaris. Tempat yang tiada orang tau kecuali lelaki itu. Mencoba menyerap gemuruh damai suara pantai. Meredam penat yang tak jua surut meskipun telah melewati hari. Mata lebarnya menyipit. Menggelembung menampung gugusan-gugusan buih yang siap meleleh.

Hatinya putus asa. Isak diamnya miris menahan lara. Jikalau cinta seperti ini, berharap ia lebih baik tak pernah berjumpa. Tapi, tak pernah itu ia wujudkan dalam kata-kata, apalagi tindakan nyata. Ia simpan dalam-dalam dalam hatinya sendiri. Membiarkannya menumpuk berharap akan surut sendiri suatu hari. Terlalu cinta rasanya. Tak tega pada hatinya sendiri. Tak sanggup bercerai dari satu-satunya gadis yang mengisi batinnya selama ini.

Entah apa yang mendorongnya, kakinya tiba-tiba terseret mendekati lidah ombak. Seolah tanpa sadar ia menyambut dinginnya air malam. Pelan, tapi pasti. Langkah teratur sejejak demi sejejak. Semakin tenggelam dalam gelapnya lautan. Seolah ada yang menyambutnya, bibirnya tersungging perlahan, entah itu siapa. Seakan menyambut damai beberapa jejak lagi di depannya.

Dan langkah terakhirnya tak menjejak. Ia tak menemukan pijakan. Langkahnya bablas. Menembus jauh ke bawah. Tenggelam... Dalam keputusasaan. Cinta yang menenggelamkan. Tanpa disadari. 

***

Tangannya menggenggam. Hendak menjerit ia melihat wujud putih menyilaukan dengan suara menggema dari baliknya.
"Pejamkan matamu, balikkan badanmu, bayangkan wajahnya, dan katakan kau tak pernah bertemu dengannya."
Meronta sang lelaki. Seperti mimpi, tangannya memanas menggenggam benda keras dan sedikit kasar. Semakin panas, seolah membakar. Membuatnya menjerit-jerit ketakutan. Semakin menjerit, semakin tak tertahankan rasa terbakarnya. Jeritannya memilu, hingga akhirnya....

Ia terbangun, tergeletak lemas di hamparan pasir nan hangat. Keringatnya membanjir. Terik surya menyambut kerlip matanya yang baru terbuka. Ternyata semalaman dia ada di dasar sana. Ajaib, dia hidup.

Reflek ia kibaskan telapak tangannya, takut semakin terbakar. Terengah-engah ia menatap benda yang terlempar di dekatnya. Ia terdiam. Mimpi itu nyata. Sosok bercahaya itu benar-benar ada. Lelaki itu mendapatkannya.... Kerang ajaib itu benar-benar ada.

Takut-takut ia membawanya menyusur kembali kampung halamannya. Berdiri termangu di persimpangan jalan itu, tempat pertama kali ia bertemu dengan kekasihnya. Takut rasanya, membayangkan jika setelah ini ia tak lagi mengenalnya. Berimajinasi bahwa gadis itu tak pernah ada. Belum rela. Berat sekali rasanya. Sayang dan sakit bagai dua mata timbangan yang sama rata. Tapi dia menegarkan diri. Perlahan dan berani. Ia lakukan persis seperti apa yang dititahkan dalam mimpi. 

Ia memejamkan matanya, membalikkan badannya, membayangkan wajah gadisnya, dan mengatakan dia tak pernah bertemu dengannya.

Basuhan air mata mengiringi wajahnya yang memudar. Seolah tersedot oleh waktu, tubuhnya perlahan menghilang. Terseok-seok terseret arus kumparan entah apa. Dimensi lain sepertinya. Melemparkannya kesana kemari hingga mual. Berkelebat di sisinya gambar-gambar kenangannya bersama orang yang ingin ia lupakan. Tanpa sadar tangannya menggapai tampakan gambar dirinya yang sedang tersenyum, tapi sekilas berganti dengan wajah gadisnya yang berurai tangis. Semakin mual ia dibuatnya, semakin pusing jika ia membuka mata. Ia putuskan untuk memejam. Dan kemudian....

***

Legenda itu benar-benar ada. Satu cerita membuktikan wujudnya. Seorang lelaki yang putus asa karena cinta, kembali memutar waktu dan merubah semua nasibnya. Kakinya melangkah ke arah yang berbeda. Membuatnya sekalipun tak pernah berjumpa dengan orang yang pernah dicintainya. Melewati sejejak demi sejejak usianya dengan segala keceriaannya. Prestasinya gemilang menuai pujian. Tak perlu kau hitung berapa gadis yang mengidamkannya. Silih berganti menawarkan diri untuk dapat hidup bersamanya. Tak lagi ia mengingat gadis itu. Gadis yang dilupakannya.

Hingga akhirnya, takdir itu membawanya menemukan pengganti cintanya. Hatinya berlabuh pada seorang gadis rupawan yang rendah hati dan berkepribadian menawan. Hidupnya sempurna. 

Gadis itu adalah dia. Dia yang pernah ia lupakan. Ia yang juga dipaksa untuk hilang ingatan. Gadis itu datang kembali. Hanya saja... Di waktu yang lebih tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....