Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Sabtu, 18 Oktober 2014

Tetangga Masa Gitu????

          Ini adalah salah satu problem ketika pulang kampung. Kehidupan di desa memang terbiasa dengan pergaulan yang erat dan akrab. Tuntutan untuk mengenal satu sama lain adalah keharusan. Berkaca dari orang tuaku, mulai dari ujung kulon sampai ujung timur kampung, mereka bisa mengenal dan dikenal, atau minimal tau nama satu sama lain.

Dan disinilah letak problemnya....

          Bermain-main menjelajah kampung hanya berlangsung hingga kelas 6 SD. Begitu masuk SMP di kota, secara otomatis lingkungan pergaulankupun berubah. Beralih ke lingkungan sekolah, dan ketika pulang, lingkungan bergaulkupun menyempit menjadi hanya sebatas satu RW (ibaratnya).

          Beranjak SMA, padatnya kegiatan sekolah makin menyita waktu. Les dan ekstrakurikuler hingga sore hari, ibarat menyempitkan pergaulan rumahku menjadi hanya sebatas satu RT. Dan kemudian kuliah. Jangan ditanya... Pulang hanya enam bulan sekali saat libur semester. Begitu sampai rumah, entah sibuk ini itu, sampai kadang tak sempat bergaul dengan lingkungan. Ditambah dengan ingatanku yang kurang tajam. Disinilah awal mula problemnya.

          Aku mulai lupa. Sulit mengingat nama-nama orang. Nama-nama tetangga. Jangankan ujung kulon sampai ujung timur, orang seberang RW saja sudah susah sekali kuingat namanya.

          Pernah satu ketika ada mbah-mbah datang mengantarkan pesanan ibu. Aku yang kebetulan ada di rumah. Mbah-mbah ini beda RW, aku mengenalnya sangat baik. wajahnya akrab sekali di ingatanku. Akupun menyambutnya dengan ramah seperti (dulu) biasa. Dan kemudian diapun pulang. Ibuku datang. Dan ketika aku hendak menyampaikan pada ibu, aku harus berpusing-pusing dulu mengingat nama mbah itu. Rancu. Beberapa nama muncul di otak. Nama mbah-mbah RW sebelah yang rumahnya berdekatan. Antara Mbah X, Mbah Y, atau Mbah Z.

Akhirnya aku hanya bilang "Bu, itu pesenan ibu tadi dianter."
Terus ibu jawab "Oh, dari Mbah Y ya?"
Barulah aku ingat.  
Ah ya, Mbah Y.

          Pada orang-orang tua yang dulu menjadi "teman pergaulan" masa kecil saja aku lupa. Apalagi dengan orang-orang muda. Anaknya Mbah A yang dari luar Jawa sekarang pindah kesini, pendatang baru. Anaknya Mbah Y yang sekarang sudah besar. Anaknya Mba B yang baru lahir. Aihhhh... tak cukup jika harus diawang dalam pikiran. Perlu dicatat nampaknya. Hingga pernah suatu ketika aku memaksa adikku untuk menyebutkan nama-nama orang-orang dari ujung ke ujung. Dan adikku pun ngomel, bilang aku kurang kerjaan. Ahhh, kau tak mengerti perasaanku #helleh
-____-






















apakah itu wajar?

3 komentar:

  1. Asal tau saja, aku juga ngalamin ini.

    Dan ketika aku cerita ke teman kosku, ternyata dia juga ngalamin ini, satunya lagi juga ngalamin ini, satunya lagi, satunya lagi, dst. Hehehe.

    Wajar atau ga? Entah ya. Tapi kamu ga sendirian. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. #lega#
      ternyata banyak juga yg mengalami...
      #hug#

      Hapus
  2. #wajar
    konsekuensi kita tinggal di kota berbeda

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....