Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Rabu, 19 September 2012

Capacity Building STAN Part 2 (Pembukaan, day 1)


Kami diberangkatkan dari kampus dengan menggunakan truk (untuk putra) dan bis (untuk putri). Bus yang kami tumpangi kebetulan ber AC, cukup mengundang rasa kantuk. Tapi begitu melihat wajah pelatih Borlak (namanya baru ku ketahui ketika menjalani rangkaian kegiatan CB) di bagian depan bis mengawasi, dengan kalimat ancaman bahwa siapa yang tidur akan direndam di kali Ciliwung, maka segala cara dilakukan agar mata ini setidaknya tak tampak sedang terpejam.

Begitu sampai…. Ngga kebayang kalau kami akan disambut semeriah ini. Haha... Tapi, baru datang pun kami sudah diperkenalkan dengan teriakan-teriakan galak para pelatih. Terutama yang Kowad (sebutan untuk tentara-tentara wanita) noh... Teriak sana-sini gara-gara ada koper salah satu peserta yang tertinggal di bis dan akhirnya harus dibawakan oleh pelatih.

Saat turun dari bis kami langsung diteriaki dan disuruh berlari menuju salah satu badan jalan raya untuk berkumpul dan duduk sebentar disana. Setelah tentunya sempat diberikan pengarahan sebentar sembari duduk beralaskan aspal panas di siang itu, kamipun berjalan beramai-ramai menuju Makopassus dengan diiringi marching band oleh prada-prada Kopassus plus nyanyian yel-yel bak satria muda yang baru kembali dari medan perang. Itulah sambutan yang diberikan kepada kami begitu sampai di ranah Cijantung.

Foto: Pelatih Hendri
Setelah sampai di Makopassus kami langsung dibariskan rapi di depan salah satu gedung bernama Nanggala. Dan di situlah kami dibagi ke dalam kompi dan pleton. Aku masuk ke kompi 1 (untuk selanjutnya disebut kompi A) pleton 3. Dan di sinilah pertama kali kami mengenal pelatih yang nantinya akan menjadi Danton kami, pelatih Hendri. Pelatih gahoel yang kompor abis. Haha...Bakal tahu kenapa disebut kompor nanti kalau udah ke belakang-belakang hari. Dan tentu saja makin girang saat “partner-in-crime” ku, Mrs. Tsuza, akhirnya satu pleton denganku, alamat bakal ada sesuatu nih #kode


             Oke, langsung lah menuju barak untuk pembagian velbed (surga kecil tempat kami melepas lelah alias tidur). Kami ditempatkan di sebuah gedung (barak) yang dari penampakannya sepertinya sebuah bangunan tua. 100 orang siswi ditempatkan di satu ruangan di lantai dua, sementara putra dibagi ke ruangan-ruangan di lantai 3 dan 4. Dari awal masuk pintu, aku dan Mrs Tsuza sudah menempel bak perangko *strategi*. Dan akhirnya Allah mengiyakan untuk membiarkan kami tidur berdampingan velbed *girang*.

Dalam pengaturan peletakkan barang di masing-masing velbed pun ada aturannya. Dimana semua barang harus diletakkan di bawah velbed dan jangan sampai kelihatan dari luar. Yang boleh ada di atas velbed hanyalah selimut dan mukena berkantung rapi. Sementara untuk barang yang diletakkan di bawah velbed pun urutan peletakkannya juga ditentukan. Jadi harus diurutkan mulai dari sepatu pantofel, kemudian sepatu olahraga, dilanjutkan dengan peralatan mandi, barulah kemudian tas-tas. Pokoknya semuanya harus rapi!

Setelah seluruh siswa mendapat jatah velbednya masing-masing kami pun dipersilahkan untuk istirahat hingga selepas maghrib. Setidaknya saat itu kami masih diberi kesempatan sholat ashar, tak seperti gelombang satu yang katanya sholat asharnya sampai dijamak dengan maghrib -_-!

Dan selesai sholat maghrib, tibalah saat pertama kalinya kami makan... hmmmmm.... S-E-S-U-A-T-U... haha.... sebelum makan saja harus dihadapkan dengan serentetan aturan yang lumayan berhak untuk mendapat predikat ribet. Tapi, setidaknya tidak lebih ribet dari LDK OSSIS ku dulu dimana sebelum makan masing-masing orang bergiliran harus meneriakkan kalimat semacam password. Dan itu harus diulang hingga sekian kali sampai benar-benar terdengar di seluruh penjuru lapangan.

Sebelum makan ada pengumuman dari pelatih. Pasalnya mereka akan mengumumkan daftar nama siswa/i yang mendapat pita putih dan pita hijau. Pita putih adalah tanda bagi siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan berat dan sedang. Sementara pita hijau adalah tanda bagi siswa/i yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan berat. Sempat beberapa kali kaget sambil berpikir “Hah?!?!? Dia dapat pita putih/hijau?!?!?” apabila ada teman yang selama ini kutahu sehat lahir batin ternyata ikut dipanggil menjadi siswa/i yang dinyatakan sakit. And me? Pita merah saja. (pita merah adalah tanda bagi anggota kompi A, pita biru untuk kompi B, dan Kuning untuk kompi C). Haha…

Setelah itu kami dipisahkan menjadi dua kelompok besar yaitu putra dan putri. Kemudian masing-masing kelompok harus duduk berbaris dan berhadap-hadapan (putra dengan putra, begitu pula putri dengan putri). Kemudian nasi kotak dibagikan plus 2 gelas air minum. Itupun harus dibariskan sampai benar-benar lurus. Kotak makan bagi masing-masing pasangan harus diletakkan berdempetan, begitu juga dengan aqua gelasnya. Bahkan sedotan pun juga harus diluruskan.


Kami makan dengan diawasi banyak pasang mata. Banyak sekali pelatih yang berkumpul di sana. Mulai dari yang sudah berbaret merah, yang masih bertopi hitam, yang sudah berumur, sampai yang masih muda belia. Dan sempat tertegun melihat mbak-mbak kowad yang penampilannya membuatku tidak yakin kalau mereka pernah dijemur di bawah terik matahari. No kulit item, no muka kusam. Cling cling semua. Dan wajahnya itu unyu-unyu. Ternyata tak cuma polwan-polwan yang jadi pembawa acara berita traffic jam di tv aja yang cantik-cantik. Disini ada beneran ternyata. Haha....
Foto (dari kiri pembaca) : Pelatih Putu, yang tengah aku lupa (maaf), pelatih Linda 













             Kembali ke Makopassus.... Setelah seluruh prosedur persiapan makan selesai, kami pun mulai menyantap sang nasi kotak (di kemudian hari dua kata ini bakal eksis banget). Hooo, tapi jangan dikira kami menghabiskan nasi kotak itu dengan gaya anggun cantik nan mempesona. Kami harus menghabiskannya dalam waktu lima menit? Hufffttt... (ke belakang nanti bakal nyusut jadi 3 menit atau bahkan 2 menit). Tapi setelah percobaan pertama kalinya, aku bisa meyakinkan diriku bahwa itu bukan hal yang sulit #tukang makan#

Tapi, yang membuat suasana perut agak syahdu justru adalah kelanjutan dari makan malam itu. Subhanallah.... Astagfirullah.... masih ada yang harus dituntaskan? Intip punya intip ternyata di atas meja sana tampak malu-malu menunggu tumpukan kotak-kotak berukuran lebih kecil. Rupanya itu adalah kotak snack. Ya, kami diharuskan makan (lagi) satu kotak snack itu -_-! Pengen ngelempar itu snack ke luar jendela rasanya. Cuma takut sama Allah, mubadzir katanya :’) Selain tentunya takut dengan omelan garang para pelatih :D

Selesai ritual makan malam yang cukup mencengangkan itu usai kami pindah ke lapangan yang letaknya di depan barak. Untuk pertama kalinya kami diajarkan bagaimana caranya apel. Dan setelah itu dilanjutkan dengan absensi. Dan setelah serangkaian kegiatan itu selesai, maka berakhir pulalah rangkaian kegiatan kami hari itu. Kami bersiap tidur. Tapiiii.... hmmm.... ingat, itupun belum pembukaan lho, besok adalah the real war. Hohoho...

Hari Pertama (Rabu)

Heboh ngga sih jam setengah 3 udah ada suara gemericik air dari kamar mandi. Padahal setidak-tidaknya aku memprediksi kalau kehidupan baru akan dimulai sekitar ya minimal setengah empat lah. Ngga nyangka ternyata bakal sepagi ini. Ya, tapi wajar lah, baru hari pertama, rasa takut telat masih kental banget terasa. Dan akhirnya mau tak mau aku pun juga ikut beranjak dari surga kecilku.

Jam 5 sesuai arahan dari pelatih semalam, kami pun berduyun-duyun turun menuju lapangan depan barak. Persiapan apel pagi. Setelah itu sarapan pagi. Dan nampaknya perut dan kerongkonganku mulai bersahabat dengan cara makan kilat itu.

Setelah sarapan kami pun digiring (berasa kayak living thing yang lain, baca: hewan) menuju Nanggala. Apalagi kalau bukan untuk Upacara Pembukaan. Kaki mulai 5L karena berdiri lama. Tapi itu belum seberapa, perjuangan sang kaki baru akan dimulai setelah ini.

Agenda selanjutnya adalah.... Long March!!! Ngga long-long amat sih, tapi lumayan lah untuk menggetarkan lutut plus menghabiskan suara karena terus meneriakkan yel-yel sampai itu rute habis. Dan yang pasti dalam long march itu kami (para mahasiswi nan cantik dan tangguh) lalui dengan menggunakan rok dan sepatu pantofel yang mungkin beberapa di antaranya ada yang ber hak tinggi. Hmmm....

Di sepanjang perjalanan, jika bertemu dengan tempat-tempat penting kami akan diberhentikan dan diperintahkan untuk jongkok. Kemudian kami diberi arahan untuk melihat ke sebuah tempat maupun bangunan sebagaimana yang ditunjuk oleh pelatih. Itu dilakukan berkali-kali dengan suasana yang tentunya makin hot karena matahari makin merangkak ke arah ubun-ubun. Dan ketika matahari kira-kira pas banget buat waktu dhuha nih *alim*, kami mangkal sebentar di samping sebuah bangunan (aku lupa namanya) yang cukup rindang dengan naungan pepohonan. Tempat yang cukup sejuk untuk acara yang lumayan menarik pagi itu.

Dan muncullah sosok kalau-kalian-ngga-kenal-saya-itu-artinya-keterlaluan ke hadapan kami. Pertama kali melihat sosoknya... menyeramkan. Tapi begitu ngoceh, eh maaf, ngomong maksud saya, kocak, asik, gahoel, dan yang pasti JOSS adalah semangatnya, Subhanallah..... Inilah dia pelatih Galih. Pelatih khusus per-yel yel-an, pembakar semangat kompi A. Dan agenda istirahat kala itu adalah makan snack dan latihan yel-yel. Yel panjang lebar dengan gerakan super riweuh (menurutku kala itu). Tapi, aku mulai bisa merasakan feel nya, semangatnya, dan...... sesuatunya. Haha... Mungkin sejak kegiatan inilah bagiku yang disebut dengan lupa dimensi waktu, kalau kata Mrs. Tsuza :D

Setelah cukup puas teriak ini itu dan goyang sana sini, dan juga kenyang tentunya, kami pun melanjutkan perjalanan. Dan tentunya matahari makin ketawa lebar di atas kami. Dan lebih sesuatu lagi saat kami di depan sebuah bangunan (yang lagi-lagi aku lupa namanya) diperintahkan tiarap di atas aspal panas untuk sekian menit. And then jalan jongkok (ingat, di antara kami ada yang sepatunya ber hak tinggi).


Setelah makan malam, kami diajarkan yel-yel. Dan heran, kok anak-anak pada bawa catetan semua ya (mayoritas). Sementara itu sebagian kecil orang (termasuk aku dan Mrs. Tsuza) ngga tau sama sekali kalau disuruh membawa catatan. Ini emang tergantung ketajaman pola pikir siaga masing-masing orang atau memang tadi ada pelatih yang memberi instruksi untuk membawa catatan tapi kami tak dengar? But, no problem lah, kata pelatih juga tak apa-apa. Nanti nyewa aja catatan teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....