Kenangan adalah usia kedua dari seorang manusia...

Jumat, 21 September 2012

Capacity Building STAN Part 3 (Day 2, 3)

Hari kedua (Kamis)

Ada yang berbeda di awal kegiatan hari ini. Ada senam pagi!!! Dan disinilah kami mengenal pelatih Johnson, orang timur yang menurutku wajahnya unyu (seneng aja ngeliatnya, kayaknya orangnya lucu dan humoris). Pelatih inilah yang selama beberapa hari ke depan akan membina kami dalam hal bersenam ria. Tapi, ada satu syarat untuk  bisa mengikuti kegiatan ini, yaitu bagi yang merasa sakit silahkan istirahat saja. Begitupun yang merasa rematik otot, rematik engsel, sampai rematik jari, bahkan rematik hidung, rematik kuku dan rematik rambut pun boleh ikut istirahat. Haha.... ada-ada saja Pak Johnson ini. Dan hati-hati dengan beliau, dia bilang di badannya ada radar. Radar itu bisa mendeteksi kalau ada siswa yang gerakan senamnya ngga bener, dan juga bisa mendeteksi aqua gelas yang belum habis saat makan :D

Dan yang paling eksis dari kegiatan senam-bersenam ini ya pasti si “Sikap Pokok!!!!!” kata-kata penuh arti dan makna yang selalu tak pernah ketinggalan di awal setiap gerakan pemanasan. Hingga akhirnya kata-kata ini pun ikut eksis dalam yel-yel kompi A kami :D

Selesai senam akan dilanjutkan dengan makan pagi kemudian diteruskan dengan apel pagi. Setelah itu barulah dimulai rangkaian kegiatan inti hari ini, yaitu pelatihan dasar baris berbaris. Jadi, sejak hari ini kami bakal dijemur habis-abisan dalam rangka PBB ini.

Dan aku, rasanya hampir menangis saat pertama kali menjalani pelatihan PBB ini. Bukannya apa-apa, aku merasa seperti terlempar ke masa-masa SMA dulu, PBB adalah makanan sehari-hari. Ratusan kali push up sudah kujalani karena salah melakukan gerakan PBB, dan banyak kegiatan berskala lumayan yang sudah kuikuti karena PBB ini juga. Ahhhh, PBB, tak kusangka aku akan sebegitu terharunya saat bertemu kembali denganmu setelah perpisahan yang cukup lama (padahal dulu girang bukan main saat akhirnya pensiun dari urusan PBB). Oke, hentikan kelebaian ini, kita lanjut.....


    Pagi itu kami dijemur macam ikan asin di samping Balai Komando. Duduk rapi, anteng, manis dan cantik memperhatikan peragaan cara baris-berbaris yang diselingi dengan penjelasan-penjelasannya oleh para pelatih. Peragaan ini dibawakan oleh beberapa Prada/Cako/pelatih-pelatih bertopi hitam. Diawali dengan peragaan bagaimana memanggil pasukan untuk membentuk sebuah barisan. Yang ditunjuk sebagai komandan adalah pelatih Gilang. Dan setelah pelatih gilang mengucapkan mantra tertentu (hehe, yang pernah belajar PBB tahu lah) maka berduyun-duyun datanglah 9 orang Cako lain yang dalam sepersekian menit kemudian telah rapi berbaris membentuk 3 saf dan 3 banjar. Dan peragaan pun dimulai...

Di sela-sela latihan seperti biasa kami kembali dibariskan berhadap-hadapan. Apalagi kalau bukan untuk makan snack pagi. Barisan manusia plus barisan kotak snack yang panjaaaaaaang dari ujung ke ujung wajib rapi. Sampai ada siswa paling ujung yang hampir tiarap demi mengintip kelurusan barisan kotak snacknya. Hmmmm.... Dan setelah ritual makan snack selesai maka peragaan PBB pun dilanjutkan hingga saatnya ishoma.

Setelah selesai ishoma kami kembali menuju Balai Komando untuk meneruskan latihan PBB. Kegiatan ini berlanjut hingga waktu sholat asar dan diteruskan kembali setelahnya.

Hari ketiga (Jumat)

 Hari ketiga ini masih full of PBB. Pasalnya, besok adalah puncaknya, yaitu lomba PBB. Dimana menurut informan dari gelombang satu, kompi mana yang kalah maka hukumannya adalah berbasah-basahan kemudian merayap dan guling-guling di atas aspal. Info ini cukup untuk membuat kami pasang otot demi setidaknya menghindari peringkat terakhir.

Dan para pelatih pun tak mau kalah tentunya. Demi mempertahankan harkat dan martabat kompi yang ia bawahi, plus juga harkat dan martabatnya sendiri tentunya, mereka melatih kami dengan semangat 5-5 (ini juga salah satu kata-kata eksis). Dari sini udah mulai nampak mana yang berjiwa kompor :D Seru lah melihat pelatih Hendri dan pelatih Borlak saling lirik-lirikan dan saling lempar sindiran. Haha...

Siang ini latihan PBB dipisah antara putra dan putri. Ribet memang ngikutin langkah cowo cowo yang cepet banget. Maka karena itulah kompi A putri dilatih sendiri oleh pelatih Edi. Sekedar selingan, pelatih ini wajahnya kebapakan sekali. Adem lihat wajahnya. Kalem tapi tegas. Jadi kangen bapak di rumah. Hoho...

Dan setelah kami berlatih selama beberapa jam, tanpa disangka kami diminta untuk melakukan peragaan di depan kompi A putra. Heeeeeee?!?!? Ngga salah? Tapi mau bagaimana lagi, masa iya kita mau bilang “ngga mau pelati~iih” sambil berwajah memelas. Ya pasti langsung kita iyain aja lah, walaupun mau maju ke depan itu rasanya maju mundur maju mundur. Haha... hasilnya? Ya lumayan lah, dapet pujian dari pelatih. “Lihat  itu yang putri, rapi, bagus” *nyombong*

Dan sebagai hadiahnya, setelah selesai peragaan itu kami yang putri dipersilahkan beristirahat sembari menonton para putra latihan. Hoho... kipas kipas like a boss...

Tapi ada sedikit tragedi lah hari ini. Ada salah satu siswa yang (entah keceplosan atau gimana) ngomong kasar pada pelatih saat dilatih PBB. Walhasil siwa itu jadi bulan-bulanan lah. Disuruh basah-basahan, dipajang di depan, dll. Dan bahkan sampai makan malam pun siswa ini tetep jadi pajangan.

Berhubung hari ini sholat jumat maka kegiatan kami dihentikan lebih awal agar para lelaki bisa mempersiapkan diri untuk menunaikan kewajibannya. Dan kami para wanita diijinkan untuk beristirahat di barak sampai mereka kembali. Istirahat? Jangan coba-coba untuk tidur. Atau kalau tidak kalian akan di-push up-kan oleh pelatih siswak, eh, pelatih Linda maksudnya. Dan kata-kata “Siswaaaaa’!!! (jangan sampai lupa dengan apostrop di akhir kata, karena tanpa tanda ini kata-kata tersebut bukanlah siapa-siapa :D ) adalah panggilan paling eksis seusai CB. Jadi, pasalnya, beberapa orang siswi siang itu mendapat hadiah kecil dari pelatih Linda yaitu push up karena ketahuan tidur. Sementara aku, aku lupa saat itu aku sedang apa yang jelas aku tidak tidur (faktor keberuntungan dan kebetulan).

Setelah para lelaki itu pulang dari masjid maka agenda selanjutnya adalah makan siang, dan setelah itu kami diperbolehkan untuk istirahat kembali sampai sekitar jam 2 (sepertinya).

Setelah puas menghela nafas selama istirahat siang (ingat, tanpa tidur), kamipun melanjutkan hari kami, yang memang masih panjang, dengan kembali menjalani latihan PBB. Di sesi latihan kali ini kami baris berbaris dalam satu pleton. Dan saat itulah pelatih Hendri bertanya pada kami siapa saja yang mau ikut mewakili dalam lomba PBB besok. Beberapa orang ada yang memutuskan mengundurkan diri dan tentu saja harus ada yang bertahan. Masing-masing pasti sudah memikirkan dampak baik dan buruknya untuk kompi kami. Dan aku sendiri? Tak ada alasan untuk tak ikut. Malu pada diri sendiri kalau sampai tidak ikut karena kondisi badan juga sehat walafiat, dan lagi aku bergumul dengan PBB sudah dalam hitungan tahun, bukan hari ataupun minggu.

Sore ini langit Cijantung kurang bersahabat. Perjalanan kami menuju barak selepas latihan PBB agak sedikit berbeda sore ini. Pasalnya kami kembali ke barak bukan dengan berjalan, tapi berlari, berkejaran dengan hujan yang makin deras. Berhubung aku, dan beberapa kaum hawa lainnya mungkin memang tak berbakat berlari, jadilah sore itu kami basah kuyup (tos sama Mrs. Tsuza yang saat itu sama denganku menjadi kloter terakhir yang menginjakkan kaki di barak).

Apel malam hari ini sedikit berbeda, dan berkesan (khususnya bagi para lelaki. Malam ini mereka diberi sebuah keistimewaan karena diijinkan untuk memandangi langit malam yang syahdu kala itu. Hoho, terdengar menyenangkan, tapi sebenarnya....

Jadi, malam itu pelatih menghukum seluruh siswa (kami para siwi dipersilahkan untuk “menonton” dari pinggir lapangan, hanya berdiri memandangi perjuangan mereka tanpa bisa berbuat apa-apa -_-! ). Alasan mereka dihukum, karena katanya waktu sholat jumat tadi mereka berisik dan tidak rapi. Selain itu masih ada faktor tambahan yaitu karena kami makan snacknya lama (mentang-mentang ga dibatasin waktunya).

   Yang pasti malam itu mereka harus tiarap, kemudian berguling-guling kesana kemari di atas serakan sampah bekas snack malam, kemudian tidur telentang menghadap langit, dan kemudian berguling lagi, lagi, dan lagi, dan setelahnya mereka disuruh membersihkan semua sampah yang ada di lapangan itu. Dan kami, tetap terdiam tanpa bisa berbuat apapun. Hingga akhirnya rangkaian kegiatan hukum menghukum itu ditutup dengan menyanyikan lagu syukur bersama-sama (-_-‘!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan komentar ya....